Tuesday, 26 October 2010
Indonesia Siap Terapkan Komputasi Awan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Menilik ketersediaan infrastruktur yang dimiliki, Indonesia sebenarnya sudah siap mengadopsi sistem cloud computing (komputasi awan). Namun sayangnya, masih banyak kalangan yang belum memahami manfaatnya.
Hal ini dikemukakan Tony Seno Hartono, National Technology Officer Microsoft Indonesia, dalam sesi media tentang komputasi awan yang digelar di cafe Rumakopi, kawasan Kebayoran Jakarta, hari ini (26/10).
Saat ini, sektor bisnis di Indonesia baru mulai peduli dengan sistem awan ini. "Demikian halnya di sektor pemerintahan juga mulai sadar akan manfaatnya," kata Tony Seno, di hadapan sejumlah jurnalis bidang teknologi.
Sistem komputasi awan, secara umum didefinisikan sebagai semua layanan yang bisa diakses lewat internet atau dari berbagai perangkat, mulai dari komputer pribadi (PC) sampai smartphone. Bagi konsumen, komputasi awan memungkinkan mereka untuk mengakses data-data yang mereka simpan, kapanpun dibutuhkan dan melalui perangkat apapun. Sementara, bagi dunia bisnis, komputasi awan menjadi layanan TI (teknologi informasi) yang terstandarisasi.
Menurut Tony, sistem cloud terbagi menjadi dua jenis, yakni layanan yang berbayar (komersial) serta layanan gratis (free). Layanan gratisan ini contohnya layanan surat elektronik (email) yang sudah digunakan secara luas. "Seperti Hotmail, layanan email yang dimiliki Microsoft," ujarnya.
Data-data milik konsumen pengguna Hotmail ini disimpan di Pusat Data (Data Center) Microsoft yang tersebar di sejumlah kawasan di dunia. Pengguna sendiri tidak mengetahui dimana data mereka disimpan, kendati mereka bisa mengaksesnya kapanpun. Nah, layanan penyimpanan data model inilah yang sering digunakan sebagai gambaran sebuah komputasi awan.
Demikian halnya dengan layanan komputasi awan yang berbayar. Sektor bisnis (perusahaan) atau sektor pemerintahan bisa menyewa "ruang" di pusat data vendor penyedia layanan awan untuk menyimpan data-data yang dimilikinya. Jadi, sebuah perusahaan tak perlu membuat sebuah pusat data sendiri yang membutuhkan biaya yang sangat besar.
Menurut Tony, adopsi sistem komputasi awan ini bisa membawa sederet keuntungan. "Contohnya, pertama, kita bisa menghemat uang karena tidak perlu membangun sebuah pusat data sendiri. Kedua, sistem IT bisa lebih simpel karena tidak perlu lagi server atau email server," katanya.
Komputasi awan juga tidak memerlukan investasi awal seperti halnya membangun data center sendiri. Dengan mengadopsi cloud, kita bisa memilih layanan sesuai dengan kebutuhannya.
"Seperti kebutuhan komputasi yang berubah-ubah, kadang tinggi kadang rendah. Kalau sedang tinggi ya biayanya lebih tinggi tetapi saat rendah bayarnya juga rendah," kata Tony.
Secara garis besar, ada tiga jenis layanan awan. Yakni Software as a Service (SaaS), Infrastructure as a Service (Iaas) dan Platform as a Service (PaaS).
SaaS adalah model penyampaian aplikasi perangkat lunak oleh vendor perangkat lunak yang mengembangkan aplikasi web untuk digunakan pelanggannya melalui internet. PaaS adalah layanan yang menyediakan modul-modul siap pakai yang dapat digunakan untuk mengembangkan sebuah aplikasi. Sedangkan IaaS adalah layanan yang 'menyewakan' sumber daya TI dasar yang meliputi media penyimpanan, tenaga pemroses, memori, sistem operasi, kapasitas jaringan dan lain-lain yang bisa dipakai oleh pengguna untuk menjalankan aplikasi yang dimilikinya.
Microsoft sendiri memiliki berbagai model layanan awan ini. Di Indonesia, Microsoft telah menjalin kerjasama dengan empat mitra lokal yang mendukung layanan online tersebut. Antara lain PT Telkom Indonesia, AGIT, INFYNIS serta GreenViews.(DIM)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment