BANDUNG, KOMPAS - Pemanfaatan aplikasi teknologi informasi oleh pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Kota Bandung masih sangat rendah. Padahal, selain dapat dimanfaatkan untuk mencari peluang pasar, sistem informasi juga berpotensi menjadi sarana promosi sekaligus memperluas jaringan pasar.
Ketua Kadin Kota Bandung Deden Y Hidayat, di sela-sela seminar "Pemanfaatan Teknologi Informasi pada Dunia Usaha" di Hotel Grand Aquilla, Kota Bandung, Kamis (7/10), mencontohkan, dari sekitar 17.000 UMKM di Kota Bandung, hanya sekitar 120 di antaranya yang memanfaatkan layanan teknologi informasi Kadin Bandung Bisnis Centre (KBBC).
"Memang cukup sulit mengubah konsep pemikiran pelaku usaha kecil yang cenderung mengandalkan pemasaran konvensional. Padahal, pada era digital seperti sekarang, pengembangan usaha dituntut dinamis, salah satunya menggunakan fasilitas teknologi informasi seperti internet dan jejaring sosial dunia maya," paparnya.
Terlebih, Bandung merupakan wilayah yang minim sumber daya alam sehingga dituntut mengandalkan sumber daya manusia. Inovasi yang menjadi bagian dari dunia teknologi harus mampu dimanfaatkan untuk menggerakkan perekonomian daerah yang juga bertumpu pada industri kreatif.
Deden mengakui, biaya aplikasi teknologi informasi untuk UMKM tergolong mahal. Selain harus membuat peranti lunak khusus yang didaftarkan ke penyedia jaringan, pelaku usaha juga harus membayar staf khusus untuk mengoperasikan program itu.
KBBC, ujar Deden, dimaksudkan untuk membantu pelaku UMKM. Untuk mendapat fasilitas layanan standar, pengguna wajib membayar biaya langganan KBBC Rp 250.000 per bulan, sudah termasuk pembuatan laman khusus profil produk, serta jasa konsultasi pemasaran via internet.
Peran vital
Bambang Tris Bintoro, Manajer Badan Promosi dan Pengelola Keterkaitan Usaha Kadin Kota Bandung, mengatakan, teknologi informasi menjadi hal penting untuk diikuti perkembangannya oleh pelaku UMKM. Sayangnya, pada praktiknya usahawan sering kesulitan, terutama dalam pemeliharaan.
"Pelaku UMKM yang siap memasarkan produk lewat internet harus memiliki kreasi dan inovasi tinggi sehingga produknya selalu sesuai dengan tren dan disukai konsumen," ujarnya.
Ia mengakui, masih jarang pelaku UMKM yang melek teknologi informasi. Akibatnya, potensi pasar di dunia maya tidak teroptimalkan. Ia berharap, pelaku UMKM memanfaatkan Pusat Informasi Bisnis (PIB) dan Klinik Konsultasi Bisnis (KKB) Kadin Kota Bandung guna mendapatkan informasi dan pengenalan seluas-seluasnya mengenai pemasaran lewat internet.
Ketua Asosiasi Peranti Lunak Telematika Indonesia Djarot Subiantoro menjelaskan, bisnis teknologi informasi di Indonesia kini sudah tertinggal jauh dari India. Pada tahun lalu, total belanja bidang teknologi informasi di Indonesia baru mencapai 2 miliar dollar AS (Rp 17,8 triliun), sedangkan India sudah sekitar 20 miliar dollar AS (Rp 178 triliun).
"Padahal, India berupa daratan yang tidak terlalu membutuhkan teknologi informasi. Beda dengan Indonesia yang dominan lautan sehingga wajib memakai perangkat internet untuk menyambungkan rantai perdagangan amtarwilayah," ujarnya. (GRE)
0 comments:
Post a Comment