PT Telkomsel (Telkomsel) mengoperasikan base transceiver station (BTS)mikro hidro di Desa Sumber Agung, Kecamatan Suoh, Lampung Barat. Kehadiran BTS bertenaga air pertama di Asia itu tak hanya memenuhi kebutuhan listrik untuk menjalankan BTS, tetapi juga berguna bagi penduduk sekitar.
''Ini yang pertama kali di Asia. Dibangun enam bulan lalu (Maret 2010) di Suoh. Penggunaan panel surya (solar cell) sebagai pembangkit listrik kurang efektif karena cahaya matahari kurang,'' ungkap General Manager Regional Network Operation Sumatra Bagian Selatan Telkomsel Ivan Cahya Permana usai acara serah terima pekerjaan dari kontraktor pelaksana proyek pembangunan rumah pembangkit (power house) dari PT Gerbang Mutindo Nusantara kepada Telkomsel di Desa Sumber Agung, Kecamatan Suoh, Lampung Barat, Minggu (26/9).
Menurutnya, Telkomsel sudah memasang BTS bertenaga surya dan genset di Suoh sejak 2007. Pembangunan BTS pada 2007 itu seiring dengan program pengembangan layanan hingga ke ibu kota kecamatan (IKC).
Namun, solar cell hanya mampu menghasilkan listrik rata-rata 10 jam dalam sehari. Sebab, selama 12 jam pada malam hari tidak ada cahaya matahari. Ditambah pula mendung sekitar 2 jam. Sedangkan pembangkit listrik tenaga air dapat menghasilkan listrik selama 24 jam nonstop.
Hemat 30 persen
Project Manager PT Gerbang Multindo Nusantara Nofrizal mengatakan modal untuk membangun pembangkit listrik mikro hidro dengan daya 16 KW lebih murah 30-40 persen dibandingkan solar cell dengan daya yang sama.
Modal, antara lain, digunakan untuk membangun rumah pembangkit (power house) atau biasa disebut pula rumah turbin. Dari pemantauanmediaindonesia.com, di dalam rumah turbin seluas 4x3 meter persegi yang dibangun Telkomsel terdapat satu unit turbin, generator dan controller.
Untuk menyalurkan listrik dari rumah pembangkit ke BTS, Telkomsel memasang kabel sepanjang 1.500 meter. Selain itu, mereka membuat pula jaringan distribusi sepanjang 1.500 meter. Pihak Telkomsel mengklaim sistem transmisi dan distribusi itu mengikuti standar kelistrikan di Indonesia.
Rumah turbin itu, ujar Nofrizal, mampu mampu membangkitkan daya listrik sebesar 16,47 KW. Dari 16,47 KW, sebanyak 7,7 KW disalurkan untuk memenuhi kebutuhan daya listrik di BTS dan fasilitas umum. Sementara sisanya, 7,94 KW untuk cadangan.
''Debit air terukur untuk membangkitkan listrik 70 liter per detik. Yang didesain untuk mengantisipasi kondisi ekstrem seperti kemarau, 20 liter per detik,'' kata Nofrizal.
Pemberdayaan masyarakat
Selain memasok listrik ke BTS, pembangkit mikro hidro Telkomsel digunakan pula untuk menyediakan listrik ke rumah penduduk. Sejak beroperasi pada 25 Agustus 2010, sekitar 20 rumah yang terlewati jaringan listrik sudah memanfaatkan pasokan listrik dari Telkomsel.
Saat ini, 20 kepala keluarga yang rumahnya dilewati jaringan listrik
bergabung dalam paguyuban warga pemakai listrik mikro hidro Telkomsel yang diketuai Sugiman. Seluruh anggota paguyuban itu mendapat sambungan listrik yang kapasitas dayanya cukup untuk menyalakan tiga buah lampu 8 watt.
Selanjutnya, anggota paguyuban bertugas melakukan pemeliharaan pembangkit mikro hidro yang ringan seperti membersihkan sampah di saluran pipa, mengecek jaringan, memotong dahan pohon dan melaporkan masalah sistem kelistrikan kepada Telkomsel.
BTS mikro hidro di Suoh ini merupakan satu dari 132 BTS ramah lingkungan Telkomsel. Setelah Suoh, Telkomsel berencana membangun BTS mikro hidro di 10 titik lagi di seluruh Indonesia.
Saat ini, ujar Ivan, pihaknya juga sedang mengembangkan prototipe pembangkit listrik tenaga gelombang laut untuk BTS. (Noy/X-12)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment