“Rencananya tahun depan kami akan mulai mengembangkan teknologi tepat guna untuk tanaman rumput laut yang nantinya diperkenalkan kepada para petani yang ada disini,” kata Kepala LIPI Ambon, Augy Syahailatua kepada ANTARA di Ambon, Kamis.
Ia menjelaskan, teknologi tepat guna yang dimaksudkan adalah terobosan baru yang dibuat oleh LIPI Ambon untuk membantu petani agar dapat mengolah sendiri rumput laut yang dibudidayakannya menjadi tepung, makanan maupun produk bernilai ekonomis lainnya.
“Selama ini para petani di Maluku hanya mengeringkan rumput laut yang sudah dipanen, jika dikembangkan lagi dengan metode yang lebih baik dipastikan harganya bisa lebih tinggi di pasaran,” ujarnya.
Syahailatua mengatakan, jika teknologi tepat guna tersebut sudah dikembangkan, LIPI Ambon tidak hanya akan mensosialisasikannya kepada petani, tetapi juga masyarakat yang berminat untuk belajar pembudidayaan dan pengolahannya karena rumput laut tidak hanya bisa dimakan, namun dimanfaatkan pula sebagai bahan pembuatan kosmetik dan obat-obatan.
“Kami tidak hanya memberikan metode dan cara mengolah rumput laut, tetapi juga teknik-teknik yang baik untuk membudidayakanya,” katanya.
Ia menambahkan, air laut yang belum tercemar mampu memberikan pertumbuhan rumput laut dan mempermudah proses fotosintesis. Di perairan yang bersih tanaman tersebut bisa dibudidayakan dengan jarak tanam berkisar antara 30 hingga 60 cm dari permukaan laut, bahkan bisa mencapai 90 cm.
“Masa panennya hanya memakan waktu 40 hingga 45 hari,” kata Augy Syahailatua.
Pemprov Maluku telah menetapkan rumput laut sebagai komoditas andalan daerah di di masa mendatang.
Bahkan, bersama Maluku Utara, Sulawesi Utara, NTT, NTB, Kepulauan Riau dan Bangka Belitung yang memperjuangkan provinsi kepulauan telah sepakat untuk menjadikannya komoditas ekspor karena tersedia areal luas didukung lokasi budidaya yang strategis.
Antara Maluku, Desember 2010
0 comments:
Post a Comment