Friday, 10 December 2010

Berbagi Lewat Antivirus

SUATU hari Muliani Tedjakusuma kedatangan tamu. Salah seorang mahasiswanya di Institute Informatika Indonesia (Ikado), Surabaya, menawarkan satu unit komputer standar dengan spesifikasi Pentium 4, RAM 512 MB, VGA 128 MB, NVIDIA 5200 FX. Harganya dinilai miring, Rp 1 juta. Dosen bahasa Inggris ini pun tak berpikir panjang. Kebetulan anak semata wayangnya, Vincencius Alvin Loenardo, yang saat itu duduk di kelas 1 Sekolah Menengah Pertama Katolik Stella Maris, butuh komputer untuk belajar di kamarnya.

Mendapat mainan baru, Alvin senang bukan kepalang. Ia tak perlu lagi meminjam komputer jinjing kedua orang tuanya untuk sekadar mengerjakan tugas sekolah, bermain game, Facebook, Twitter, atau berselancar di dunia maya. Sang bunda hanya mensyaratkan satu hal: tidak membuka situs porno. Muliani beruntung lantaran Alvin tidak berbuat macam-macam. "Alvin malah suka beternak virus," kata ibu 42 tahun ini, Rabu pekan lalu.

Beternak virus? Anda jangan salah tangkap. Alvin memang senang mengumpulkan berbagai macam virus komputer. Berbeda dengan kebanyakan orang yang menganggap virus sebagai hantu yang patut dijauhi, Alvin malah tertarik dan mempelajari bagaimana virus bekerja sampai akhirnya merusak sistem. "Jika ada virus, sudah pasti ada antivirusnya," kata remaja 15 tahun buah perkawinan Muliani dengan Surya Mutiara ini.

Berbekal komputer bekas yang telah dipenuhi virus itu, Alvin menciptakan antivirus bernama Blue Atom. Kini Blue Atom telah diakui dunia lantaran kemampuannya mengenali sekitar 400 ribu virus, lokal dan internasional. Antivirus ini mendapat garansi 100 persen bersih dari Softpedia-situs penyedia peranti lunak dan antivirus ternama di dunia-dengan predikat bintang 4 dari skala 5.

Di situs lainnya seperti Soft 82, Windows 7 Download, Top 4 Download, Best Freeware Download, Best Vista Download, hingga Best Software 4 Download, Blue Atom bahkan mendapat pengakuan dengan predikat bintang 5 (sangat baik). Inilah yang membuat Alvin dianugerahi penghargaan Indonesia Berprestasi Awards (IBA) 2010 kategori Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada 25 November lalu.

Juri IBA 2010, Profesor Umar Anggara Jenie, bangga dengan kemampuan Alvin. Guru besar Universitas Gadjah Mada yang pernah menjadi Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ini langsung teringat Thomas Alva Edison, yang mulai menemukan sesuatu dari usia belasan tahun. "Alvin punya peluang menjadi Thomas Edisonnya Indonesia," katanya. Lebih-lebih karena Alvin memperoleh pengetahuannya secara otodidak.

Alvin bercerita, kemampuannya membuat antivirus tidak didapat dengan mudah. Ia butuh dua tahun untuk belajar bahasa pemrograman Visual Basic, C+, dan Assembler sekaligus. Dan metode trial and error-lah yang menjadi senjata utamanya. "Modalnya rasa ingin tahu saja, Mas," katanya.

Tetapi dukungan orang tua menjadi penting. Beberapa kali Alvin meminta buku pemrograman, yang saat itu dinilai belum pantas dikonsumsi siswa sekolah menengah pertama. Muliani sampai terheran-heran dari mana Alvin bisa tahu buku pemrograman Assembler, bacaan anak kuliah. Internetlah sesungguhnya tempat Alvin bertanya. "Ya sudah, asal tidak yang negatif, pasti tidak saya larang," kata Muliani.

Tiga bahasa pemrograman itu yang membuat Alvin andal membuat antivirus. Minat Alvin beternak virus lahir dari keluhan orang sekitar. "Banyak saudara dan teman jengkel karena komputer atau flash disk diganggu virus," katanya. Dua tahun mempelajari, Alvin tahu sistem kerja antivirus itu gampang.

Alvin berhasil menyelesaikan proyek antivirusnya pada September 2009 dengan nama Fire Antivirus. Nama ini hanya bertahan sebentar lantaran sudah ada di pasar. Diputuskanlah nama baru, yaitu Blue Atom Antivirus. Biru melambangkan ketenangan, sedangkan atom merupakan bagian terkecil dari semua benda sesuai dengan kapasitas Blue Atom yang kecil dan tidak memberatkan sistem. "Alvin percaya bisa membersihkan cyberspace dari kotoran-kotoran virus," kata Profesor Umar.

Blue Atom pun berhasil membabat tuntas bermacam virus yang menjadi masalah bagi orang-orang terdekat Alvin. Sebutan Dokter Virus pun melekat kepadanya. Alvin mengerjakan semua dengan senang, tanpa memungut bayaran. Jiwa berbagi Alvin kian tergugah. Ia bukan saja ingin membantu orang di sekitarnya, melainkan juga seluruh penghuni dunia.

Virus komputer memang sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Sejak virus komputer pertama lahir pada 1986, silih berganti aneka virus mengancam ruang maya, mulai Brain, Michelangelo, Melissa, Kode Merah, Nimda, Klez, Conficker, sampai Stuxnet, yang dibuat khusus untuk mengincar reaktor nuklir. Sedikitnya muncul 200 virus baru, bahkan ribuan, yang memang sengaja dibuat untuk mengganggu kenyamanan pengguna komputer. Indonesia pun masuk lima besar negara pembuat virus di dunia.

Bagi sebagian orang dan perusahaan antivirus, kehadiran virus bisa menjadi ladang mencari uang. Tapi Alvin tidak mau mengejar materi. "Blue Atom untuk membantu sesama," katanya.

Dia pun mendaftarkan Blue Atom ke Softpedia secara online. Kurang dari seminggu, Alvin mendapat jawaban melalui e-mail yang menyatakan antivirus buatannya lolos uji coba dan dijamin sehingga bisa diunduh melalui Softpedia. Konsekuensinya, saban 10 hari Alvin harus terus meng-upgrade kemampuan Blue Atom agar layak dan sesuai dengan perkembangan virus yang beredar di dunia. Kini ratusan ribu lebih pengguna Blue Atom di 136 negara bisa menikmati kehebatan antivirus buatan Alvin.

Menurut Hasnul Suhaimi, Presiden Direktur XL, penyelenggara IBA 2010, selalu saja ada orang hebat dari pelosok Indonesia yang tanpa pamrih mencurahkan tenaga dan pikirannya, bahkan harta bendanya, untuk tujuan memuliakan masyarakat dan lingkungannya. Alvin termasuk di antara mereka. Karyanya, kata Hasnul, "Patut dikenal dan diteladani dalam usaha menemukan solusi atas berbagai persoalan sosial."[Rudy Prasetyo]


TEMPOInteraktif

0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...