”Minggu ini kami fokus mempersiapkan sistem peringatan dini itu. Hal ini penting karena kita tidak tahu sampai kapan banjir lahar dingin akan terus mengancam Code,” kata Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto di Balaikota Yogyakarta, Rabu (8/12).
Herry menjelaskan, sistem peringatan dini ini akan mencakup sistem komunikasi yang tersentral di posko penanggulangan bencana banjir Code yang dimiliki Pemerintah Kota Yogyakarta. Informasi akan diteruskan ke warga melalui pengeras suara yang akan dipasang di sepanjang 6 kilometer bantaran Code di wilayah Yogyakarta.
Sistem itu akan langsung memberi peringatan kepada warga, khususnya terkait informasi ketinggian air di hulu Code yang dipantau aparat. Informasi ini penting untuk patokan warga kapan harus mengungsi dan kapan tetap tinggal.
Informasi satu pintu itu diharapkan Herry akan menjadi patokan resmi bagi warga dalam bertindak. Selama ini, warga banyak memperoleh sumber informasi terkait banjir lahar dingin yang kerap membingungkan.
Ditemui terpisah, Kepala Kantor Penanggulangan Kebakaran, Bencana, dan Perlindungan Masyarakat Kota Yogyakarta Sudarsono mengatakan, pihaknya sudah menghitung. Terdapat 22 titik di sepanjang Code yang akan dipasangi pengeras suara peringatan dini itu yang akan terhubung dengan posko induk Pemkot.
Soal biaya
Namun, pengadaan sistem dan peralatannya membutuhkan waktu, setidaknya hingga awal Januari. ”Kami sekarang fokus pada penanganan bencana banjir. Selain itu, ada juga permasalahan biaya yang tidak sedikit yang harus dikeluarkan,” katanya.
Di Bantul, kerugian akibat banjir yang melanda sejumlah tempat pada Senin lalu ditaksir mencapai Rp 2,1 miliar. Kerugian tersebut meliputi putusnya lima jembatan dan ambrolnya dua talud sepanjang 70 meter.
Lima jembatan yang putus berada di Segoroyoso, Seloharjo, Banguntapan, dan Blawong. Talud ambrol berada di Banguntapan dan Bangunharjo.
”Untuk talud, semua berada di muara Sungai Code. Masih banyaknya material vulkanik dari Merapi membuat talud tidak mampu menahan arus sungai,” kata Kepala Kantor Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Bantul Eddy Susanto.
Putusnya jembatan membuat aktivitas warga terganggu. Di Desa Seloharjo, dua buah jembatan yang menghubungkan Desa Seloharjo dengan Srihardono putus. Di Desa Seloharjo ada 17 dusun yang memanfaatkan jembatan yang melintasi Sungai Opak.
”Karena penghubungnya putus, warga jalan memutar melalui Kretek dan Imogiri dengan jarak 10 kilometer. Kami berharap pemerintah segera turun tangan supaya aktivitas warga bisa kembali normal,” kata Sekretaris Camat Pundong Dwi Daryanto.(ENY/ENG)• KOMPAS
0 comments:
Post a Comment