PLTS di Mucangan
Pasuruan (ANTARA News) - Sinar Surya menerangi Dusun Mucangan, Desa Kalipucang, Kecamatan Tutur (Nongkojajar), Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, siang dan malam.
Dusun terpencil di kaki Gunung Bromo yang dulu gelap gulita itu telah berubah terang benderang setelah mendapat fasilitas Pusat Listrik Tenaga Surya (PLTS) dari Kementerian Energi, Sumberdaya dan Mineral (ESDM).
Sebanyak 82 rumah milik warga di dusun itu telah teraliri listrik. Energi tersebut telah membangkitkan semangat warga untuk belajar, bekerja, serta menikmati hiburan keluarga.
Anak-anak yang semula belajar hanya dengan menggunakan lampu cempluk (lampu minyak), kini bisa membaca dan menulis dengan sinar yang cukup terang.
Para orang tua juga bisa bekerja memelihara dan memerah susu sapi peliharaannya lebih dini. Dengan masuknya aliran listrik pula warga bisa menikmati berbagai hiburan keluarga dan informasi.
Pendar sinar Dusun Mucangan yang terisolir di kaki Gunung Bromo itu kini menjadi perhatian setelah mendapat ASEAN Energy Awards dalam ASEAN Renwable Project Competition di Kualalumpur Malaysia.
Dalam kompetsi tersebut PLTS terpusat Mucaangan mendapat penghargaan sebagai juara ketiga (2nd runner-up winner) untuk kategori OFF-GRID.
Ketua Koperasi Sapi Perah `Setia Kawan? Nongkojajar, M. Kusnan yang ditemui, Senin (15/11) menjelaskan, , PLTS di Dusun Mucangan yang dibangun pada 2008 lalu itu merupakan bantuan hibah dari Kementerian Energi, Sumberdaya dan Mineral (ESDM).
Kusnan tidak menyebutkan berapa nilai nominal bantuan hibah tersebut. Ia mengaku hanya menjadi mediator antara warga yang sebagian besar peternak anggota koperasi, dengan Kementerian ESDM.
"Saat itu saya hanya mengajukan usulan ke Kementerian ESDM, bahwa ada sebagian anggota koperasi yang belum bisa menikmati fsilitas listrik, dengan kondisi lokasi yang terpencil. Tahu-tahu dikabulkan," kata Kusnan.
Pertimbangannnya saat itu, lanjut Kusnan, usulan tersebut untuk pengembangan kesejahteraan ekonomi warga yang sebagian besar merupakan para peternak anggota koperasi.
Kusnan memberikan gambaran, warga Dusun Mucangan berada di lokasi terpisah sekitar 2 Km dari Desa Kalipucang. Untuk memasuki desa tersebut jalannnya masih berupa jalan tanah.
Para peternak sebelumnya memerah susu sapinya pada pagi hari sekitar pukul 04.30 pagi dengan menggunakan lampu cempluk, yakni lampu sumbu dengan bahan bakar minyak.
Diharapkan, dengan adanya listrik masuk ke Dusun Mucangan akan bisa meningkatkan kesejahteraan ekonomi warga.
"Kini hal itu telah menjadi kenyataan," kata Kusnan.
Para peternak di Dusun Mucangan setiap harinya sudah bisa memulai melakukan aktivitasnya, merawat sapi dan memerah susunya, sejak dini hari karena desanya telah terang benderang. Begitu pula aktivitas malam harinya juga makin panjang, karena listrik telah menyala di dusun tersebut.
Pasangan suami istri Sikam (70) dan Misnah (44) mengungkapkan, sejak listrik mulai menyala sejak Desember 2008, kegiatan merawat 2 ekor sapi perahnya makin terasa ringan.
Misnah mengungkapkan, saat sebelum ada listrik, perawatan dan memerah susu sapinya dilakukan menunggu sinar matahari yang terbit agak siang hari. Namun jika dilakukan pada dini hari terpaksa menggunakan lampu penerang cempluk.
Namun setelah sudah ada listrik, lampu penerangan tinggal menekan. Kandang sapi terlihat terang, dan kegiatan memerah susu dengan mudah dilakukannya.
Manfaat listrik juga sangat diarasakan manfaatnya bagi anak-anak yang masih sekolah. Waktu belajarnya bisa lebih panjang hingga malam hari. Sebelumnya saat masih menggunakan lampucempluk anak-anak akan lebih cepat lelah belajarnya.
Hampir semua warga masyarakat Dusun Mucangan yang dutemui mengungkapkan, rasa bahagianya dengan adanya listrik masuk ke dusunnya itu. Meski mereka juga masih mengharapkan ada perbaikan jalan dari tanah ke batu atau bahkan lebih sempurna lagi, diaspal.
Sehingga hasil susu peternak di dusun yang masih terpencil tersebut bisa lebih cepat sampai ke pos penampungan.
Ketua Kelompok Peternak Sapi Perah di Dusun Mucangan, Kumanan menyebutkan, sebagian besar warga dusunnya adalah peternak sapi perah. Disebutkan, dari 82 kepala keluarga, sebanyak 50 orang adalah peternak sapi perah dengan kepemilikan rata-rata 2 ekor.
Untuk melestarikan PLTS, Kumanan juga diberi tugas menjadi ketua untuk mengelolanya.
Kuamanan menyebutkan, kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Dusun Mucangan mampu untuk memasok listrik ke 100 unit rumah.
Namun di Dusun Mucangan, jumlah rumah yang mendapat pasokan listrik jumlahnya sebanyak 82 rumah, dengan masing-masing rumah medapat daya listrik 250 watt dengan empat titik.
Sehingga seluruh warga di Dusun Mucangan semuanya sudah terlayani listrik. Sedangkan sisa daya yang masih ada digunakan untuk penerangan tempat-tempat ibadah, dan jalan desa.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang menggunakan 300 sel surya, dan 375 baterai itu kaspasitasnya mampu untuk melayani sekitar 100 rumah dengan masing-masing daya 250 watt.
Untuk menghemat daya, siang hari saat sinar matahari terik dimanfaatkan untuk mengisi daya listrik yang ditampung dalam 375 baterai.
Setiap harinya lsitrik dinyalakan mulai pukul 18.00 sore hingga pukul 20.00 malam. Sedangkan pagi harinya dinyalakan sejak pukul 04.00 hingga pukul 05.00.
Jadwal tersebut disesuaikan dengan kebutuhan warga. Malam hari untuk penerangan, belajar, dan hiburan. Sedangkan pagi harinya untuk menunjang kegiatan perawatan dan pemerahan susu sapi ternaknya.
Untuk biaya operasional, setiap warga ditarik iuran Rp 15 ribu per bulan. Namun mulai tahun ini atas dasarpermukatan warga, iuran diturunkan hanya menjadi Rp 7.500,00 per bulan.
Penurunan tersebut dilakukan karena biaya operasional yang dihimpun dari para warga selalu tersisa.
Atas dasar penilaian keberhasilan manajemen pengelolaan yang mandiri tersebut PLTS Mucangan mendapatkan ASEAN Energy Awards. (MSW/K004)
• ANTARAnews
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment