TANGERANG, KOMPAS.com — Bukan hanya bidang ekonomi dan politik yang perlu diplomasi, melainkan juga bidang sains. Evvy Kartini PhD, Kepala Bidang Bahan Industri Nuklir Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir Badan Tenaga Atom Nasional mengatakan, kemampuan Indonesia dalam diplomasi sains ini perlu diperkuat.
"Indonesia perlu mengembangkan kemampuan diplomasi sains. Diplomasi dalam bidang sains diperlukan agar keunggulan Indonesia dalam bidang penelitian dikenal dan diakui oleh dunia," kata Evvy di Tangerang, Rabu (20/10/2010).
Pengembangan diplomasi sains itu sangat diperlukan agar kerja sama-kerja sama dengan negara lain dalam bidang ilmu pengetahuan bisa ditingkatkan. Kerja sama yang terjalin diharapkan membuahkan keuntungan, baik meningkatkan peran Indonesia dalam bidang ilmu pengetahuan sebagai proses edukasi dan pengembangan diri bagi para ilmuwan muda Indonesia, maupun meningkatkan jumlah produk ilmu pengetahuan dalam negeri yang aplikatif dan berkualitas.
Sadar pada pentingnya diplomasi sains ini, Evvy menggagas International Conference On Materials Science and Technology. Dalam seminar yang diadakan di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek) di Serpong, Tangerang, Evvy berusaha memberikan ruang bagi para peneliti muda Indonesia untuk berdialog dan berdiplomasi dengan para peneliti asing yang sudah mumpuni. Acara ini sekaligus menjadi ajang unjuk gigi para peneliti Indonesia dalam menunjukkan hasil karya mereka.
Dalam konferensi ini, setidaknya 30 peneliti dari dalam dan luar negeri hadir untuk mempresentasikan karyanya, khususnya dalam bidang ilmu rekayasa bahan. Beberapa presentasi yang dibawakan oleh peneliti Indonesia adalah "Peran Oksigen Untuk Konduktivitas Manganit" oleh MA Majidi dan "Pengembangan Gelas Lithium Lithium Padat sebagai Bahan Elektrolit Baterai" oleh Makhsun Toha.
Manfaat konferensi sebagai ajang berdiplomasi sebenarnya juga sudah dirasakan oleh beberapa peneliti Indonesia. Dengan datang ke konferensi, peneliti dapat memperluas jaringan dan mulai menjalin kerja sama secara informal untuk melakukan penelitian tertentu. Saat ini, Badan Tenaga Atom Nasional (Batan) tengah berusaha menjalin kerja sama dengan institusi luar negeri dalam bidang nuklir, misalnya yang terkait dengan pengembangan produk pangan.
Sebagai tindak lanjut penciptaan ruang berdiplomasi ini, pada akhir konferensi akan dibentuk Material Science Society (MRS), sebuah perkumpulan ilmuwan yang mengkaji rekayasa bahan. Pembentukan perkumpulan ini akan disaksikan oleh Prof Chowdary, President International Union of Materials Research Society.
• KOMPAS
0 comments:
Post a Comment