JAKARTA--MICOM: Pemerintah memastikan ada lima bandar udara di Indonesia yang dipersiapkan untuk menghadapi program liberalisasi penerbangan Asia Tenggara atau ASEAN Open Sky pada 2015 mendatang. Satu bandara sudah siap, sementara empat lainnya memerlukan pembenahan.
Keempat bandara itu adalah Soekarno-Hatta (Jakarta), Polonia (Medan), Ngurah Rai (Denpasar), dan Juanda (Surabaya). Menteri Perhubungan Freddy Numberi menilai, empat pelabuhan udara itu masih memerlukan pengembangan lebih lanjut untuk menghadapi ASEAN Open Sky. Saat ini, satu-satunya bandara yang sudah siap menerapkan program itu hanyalah Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar.
"Bandara Sultan Hasanuddin sudah sangat siap, landasan bagus, radar memenuhi syarat. Sementara empat bandara lainnya perlu dikembangkan oleh Angkasa Pura I dan II. Tapi bukan berarti empat bandara itu belum siap. Modernisasi perlu dilakukan supaya bisa dengan lancar beroperasi saat ASEAN Open Sky dimulai," jelasnya.
Pengembangan keempat bandara tersebut akan dilakukan dengan menambah kapasitas terminal penumpang serta modernisasi peralatan pendukung penerbangan seperti sistem navigasi dan radar. Menurutnya, pengembangan sudah semakin mendesak untuk dilakukan.
"Contohnya, Bandara Juanda. Itu sudah sangat mendesak untuk dikembangkan. Yang saya dengar, sudah ada rencana dari AP I untuk mengaktifkan kembali bandara lama untuk mendukung operasional terminal penumpang yang ada saat ini," ungkapnya.
Menurut Freddy, saat ini kondisi terminal penumpang di bandara utama Jawa Timur itu sudah semakin padat. Kapasitas terminal penumpangnya hanyai 6 juta orang per tahun, sementara arus penumpang mencapai 11 juta orang per tahun.
Bandara lain yang juga dinilai mendesak untuk dikembangkan adalah Soekarno-Hatta. Freddy mengungkapkan, pihaknya sudah meminta kepada AP II selaku operator untuk membenahi dan melakukan pengembangan di bandara tersebut.
"Saya ingin AP II dalam waktu dekat segera lelang pengadaan radar. Kami sarankan juga supaya sistem yang ada berlanjut sehingga tidak merusak sistem yang sudah ada. Radar harus punya kualitas yang baik dan bisa diintegrasikan ke berbagai daerah untuk konektivitas nasional," jelasnya.
"Seluruh bandara yang masuk dalam program ASEAN Open Sky juga harus terkoneksi secara baik, secara layanan penumpang dan radar [navigasi]. Infrastruktur landasan pacu, taxiway, dan apron juga harus sempurna. SDM di bandara-bandara juga harus memenuhi standar," katanya.
Ia mengungkapkan, dalam persiapan penerapan ASEAN Open Sky yang akan dimulai lima tahun mendatang, pemerintah hanya menyiapkan lima bandara di Indonesia. Hal itu dilakukan untuk membatasi gerak maskapai asing, terutama dari Asia Tenggara, di Indonesia.
Sementara itu, Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Herry Bakti S Gumay menyatakan, sebetulnya saat ini sistem radar yang ada di lima bandara itu sudah terintegrasi. Namun, sistem tersebut masih tetap membutuhkan pengembangan untuk menciptakan konektivitas yang lebih baik.
"Jakarta Automated Air Traffic Services (JAATS) yang ada di Bandara Soekarno-Hatta perlu dikembangkan. Saat ini, kami dan AP II sedang mempersiapkan. Pemerintah akan berperan di pembangungan gedung, sementara AP II ada di sistem," tukasnya.
Herry mengaku, pihaknya belum bisa memastikan nilai investasi untuk pengembangan empat bandara tersebut. Namun, menurutnya, sebagian besar dana investasi itu nantinya akan ditanggung oleh operator yang bersangkutan.
"Dana masih dihitung. Saat ini semuanya memang masih proses persiapan. Mudah-mudahan Nvember sudah mulai proses lelang dan TOR sudah selesai tahun ini sehingga awal tahun pengembangan sudah bisa dimulai," tandasnya. (OL-3)
• MediaIndonesia
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment