LAHAN bisnis yang melibatkan uang memang menggiurkan, dimana ada potensi keuntungan di sana para pebisnis akan mengejarnya. Tidak terkecuali bisnis pengiriman uang baik dari dalam atau pun luar negeri.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) pengiriman uang dari luar negeri (remitansi) yang dilakukan tenaga kerja Indonesia (TKI) sampai September 2010 mencapai USD5,03 miliar. Angka tersebut naik tipis sebesar 2,44 persen dibandingkan September 2009 USD4,91 miliar. Transaksi remitansi terbesar berasal dari Malaysia, Arab Saudi, Hongkong, Taiwan, Singapura, juga Uni Emirat Arab. Untuk remitansi TKI dari Malaysia mencapai USD1,72 miliar, sementara remitansi TKI di Arab Saudi mencapai USD1,7 miliar.
Kemudian, remitansi TKI di Taiwan mencapai USD338 juta, Hong Kong USD336 juta, Singapura USD164 juta dan Uni Emirat Arab USD145 juta. Jumlah tersebut dikirim oleh TKI yang saat ini mencapai 4,32 juta orang. Jika dahulu hanya perbankan dan perusahaan jasa keuangan yang mengurusi bisnis pengiriman uang. Kini tidak lagi, berbagai perusahaan ingin mencicipi gurihnya bisnis yang lebih dikenal dengan sebutan remitansi ini. Termasuk perusahaan telekomunikasi, setelah koleganya PT Telkomsel, PT XL Axiata Tbk dan PT Indosat Tbk lebih dulu merambah bisnis remitansi.
Kini giliran PT Telkom Tbk yang berekspansi ke bisnis pengiriman uang. Dengan menggunakan nama Delima (Delivery Money Access), Telkom mengklaim layanan ini sangat aman dan langsung sampai. Pengirimannya pun tak hanya di dalam negeri tetapi juga akan dikembangkan ke negara-negara yang mempunyai potensi pengiriman uangnya cukup besar. Head of Corporate Communication and Corporate Affair PT Telkom Tbk,Eddy Kurnia mengatakan, untuk menyelenggarakan kegiatan ini perseroan telah mendapatkan izin kegiatan usaha pengiriman uang (KUPU) dari Bank Indonesia (BI).
“Karena izin sudah kita dapatkan dan kita juga sudah melakukan uji coba, maka dalam waktu dekat kita akan segara launching,” ujar Eddy. Menurut Eddy, sebagai penyelenggara pengiriman uang, sebenarnya Telkom sudah mendapatkan izin dari BI sejak 5 Agustus 2009. Lalu setelah mendapatkan izin tersebut Telkom melakukan uji coba beberapa kali hingga akhir tahun lalu. Eddy menuturkan, alasan Telkom merambah bisnis pengiriman uang karena bisnis tersbut sangat menjanjikan dan diperlukan sebagian besar orang. Apalagi Telkom Group sebagai operator telekomuniasi telah memiliki lebih dari 100 juta.
“Jadi ini layak untuk digarap dengan serius,” tegas Eddy. Total pelanggan yang mencapai 100 juta, kata Eddy, merupakan modal awal yang cukup baik untuk mengembangkan bisnis pengiriman uang. Jika dari 100 juta pelanggan itu, Telkom bisa menggarap 30 persennya saja, hal itu sudah sangat bagus. Untuk dapat mengirim uang melalui Delima, lanjut Eddy, pengirim uang tinggal datang saja ke mitra Cashpoint Internasional yang berlogo Delima, atau bisa di Plasa Telkom yang tersebar di Indonesia.
Semua orang yang telah memiliki identitas resmi (KTP, SIM, paspor) boleh mempergunakan layanan ini. Adapun layanan yang diberikan Delima antara lain: real time, pengiriman uang langsung sampai ke penerima. Secure, pengiriman uang dilengkapi dengan kode transfer sehingga hanya penerima yang dapat mengambil dananya. Anywhere, pengambilan uang dapat dilakukan di Cashpoint mana saja yang berlogo Delima.Dan easy, untuk dapat mengirimkan uang menggunakan Delima tidak harus memiliki account.
Eddy mengatakan, untuk tarif cukup kompetitif, pengirim hanya membayar uang sebesar Rp12.500 jika mengirim uang hingga Rp500.000.Kemudian, untuk yang mengirimkan uang Rp500.001-2 juta akan dikenakan biaya pengiriman Rp15.000 dan pengiriman uang Rp2.000.001-5 juta hanya dikenakan biaya Rp20.000.
“Penerima mendapatkan uang secara utuh,” kata Eddy. Sama seperti pengiriman uang, untuk penerimaan uang juga bisa dilakukan di Cashpoint bertanda Delima dan sebagian Plasa Telkom yang sudah berlogo Delima.
Untuk tahap awal ada 25 lokasi Plasa Telkom yang bisa melakukan transaksi ini. “Untuk ke depannya akan terus dikembangkan,” jelas Eddy. Eddy menjelaskan, layaknya transfer uang, layanan pengiriman uang melalui Delima juga bisa langsung diambil dan dicarikan pada saat itu juga oleh penerima. Syaratnya mudah hanya mengisi aplikasi pengiriman uang yang berisi data pengirim, data penerima termasuk nomor ponsel dan alamat.
“Setelah melakukan pembayaran, pengirim akan menerima resi pengiriman dan form warna kuning yang perlu diberitahukan hanya kepada penerima,” katanya. Pengamat telekomunikasi Heru Sutadi mengatakan, masuknya operator telekomunikasi ke bisnis pengiriman uang merupakan tren yang harus terjadi. Bahkan dia memprediksi ke depan penyelenggara telekomunikasi bisa menjadi ‘bank’ maupun stasiun TV.
“Sehingga memang arah operator telekomunikasi masuk ke bisnis jasa keuangan adalah sesuai tren,” kata anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) ini. Menurut Heru, prospek industri jasa keuangan yang dilakukan operator telekomunikasi seperti Telkom sangat cerah. Pasalnya, saat ini Telkom Group menguasai pasar telekomunikasi di Indonesia. Namun bagi operator yang merupakan anak usaha dari perusahaan di luar negeri juga punya potensi besar untuk menggarap jasa remitansi TKI yang ada di Malaysia, Qatar, Arab Saudi dan negaranegara potensial lainnya.
“Hanya memang secara regulasi harus lebih diperjelas kembali oleh otoritas jasa keuangan,” jelas Heru. Ceo Remax Capital Lucky Bayu Purnomo menilai, diversifikasi bisnis yang dilakukan Telkom harus ditunjang dengan Infrastruktur yang tepat guna, mengingat bisnis utama Telkom ada pada industri telekomunikasi. Dan untuk menunjang bisnis tersebut,Telkom harus merencanakan sistem bisnis yang terintegrasi dengan instisusi asing maupun lokal, seperti perbankan, penyedia produk yang berkualitas serta sumber daya manusia (SDM) yang mampu melakukan penetrasi pada diversifikasi bisnis pengiriman uang.
“Perlu kita cermati Telkom lebih baik melakukan kegiatan akuisisi di industri telekomunikasi, karena hal tersebut akan memberikan pengaruh positif bagi para investor dan berpotensi meningkatkan kinerja keuangan secara fundamental dibanding harus melakukan diversifikasi di lain industri,” katanya.
Menurut Lucky, jika infrastruktur Telkom menunjang dan memadai dilengkapi dengan SDM, maka diversifikasi produk Telkom, merupakan terobosan yang inovatif, membuka cakrawala baru bagi masyarakat maupun dunia perbankan tentang jasa transfer uang, karena sementara ini fasilitas Telkom hanya untuk lewat data transaksi keuangan saja, contoh RTGS, ATM dan transaksi elektronik lainnya.
“Mereka hanya sewa network saja. Sekarang Telkom berpikir, daripada hanya disewa utk keuntungan penyewa, maka kenapa tidak sekaligus menyediakan pengiriman uang,” papar Lucky. Sementara itu, pengamat pasar modal Muhammad Alfatih menilai langkah Telkom masuk bisnis jasa pengiriman uang masih terkait dengan bisnis new wave-nya. Pengiriman uang,menurut dia merupakan content dari infrastruktur yang telah dimiliki Telkom.
“Dengan jaringan Telkom yang luas dibandingkan jaringan bank atau ATM, tentu pelayanan ini akan menjadi strategis,” kata Alfatih. Pendapat Alfatih ini senada dengan pernyataan Direktur Utama Telkom Rinaldi Firmansyah yang menyatakan Telkom akan terus menjadikan strategi strengthen the core and grow new wave sebagai acuan dalam menjaga kesinambungan dan meningkatkan performansi bisnis Telkom ke depan.
“Upaya untuk mempertahankan keunggulan Telkom di seluruh produk dan layanan pada akhirnya berhasil meningkatkan performansi perusahaan di tengah persaingan usaha yang sangat ketat,” ungkap Rinaldi. (Koran SI/ Rahmad Baihaqi) (srn)
• SINDO
0 comments:
Post a Comment