"Ini baru pertama kali di Indonesia. UGM menjadi pelopornya," kata Prof Dr Suratman, Dekan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, Jumat 4 Februari 2011.
Rintisan sekolah berbasis mitigasi itu rencananya diaplikasikan di sejumlah kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Bali, Banjarmasin, Yogyakarta, dan Kupang. Di setiap provinsi hanya dipilih satu sekolah.
Khusus untuk Daerah Istimewa Yogyakarta, akan dipilih satu sekolah di setiap kabupaten dan kota. Dengan demikian, akan ada lima sekolah yang akan mengikuti kurikulum sekolah berbasis mitigasi bencana.
Belum dirintisnya sekolah berbasis mitigasi, menurut Suratman, karena biayanya mahal. Selain itu, memerlukan sumber daya manusia yang matang dalam kemitigasian bencana.
Dengan pengembangan sekolah berbasis mitigasi bencana dan pengelolaan lingkungan itu, diharapkan siswa usia SMA mampu menguatkan kesadarannya dan peka terhadap lingkungannya.
Suratman menambahkan, pentingnya merintis sekolah berbasis mitigasi bencana dan pengelolaan lingkungan karena Indonesia memiliki banyak bencana. "Lengkap, dari tsunami, letusan gunung api, kekeringan, banjir, hingga gempa," kata dia. Rencananya, kurikulum sekolah itu diluncurkan bertepatan dengan peringatan Hari Bumi, 22 April mendatang, di Yogyakarta[BERNADA RURIT]
0 comments:
Post a Comment