lustrasi (foto: sciencekids.co.nz) |
JAKARTA - Indonesia merupakan salah satu pusat penyebaran pisang di dunia. Beragam varietas pisang dengan bermacam genetik tumbuh subur di daratan nusantara ini. Sayang, keberadaannya sebagai alternatif bahan pangan belum tergarap secara baik. Apalagi, kualitas kebanyakan pisang Indonesia masih kurang baik dan rentan terserang penyakit.
Kenyataan ini memicu Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan terobosan penelitian untuk menciptakan varietas pisang baru yang berkualitas unggul dan tahan penyakit. Diusahakan pula agar pisang tidak hanya dikonsumsi untuk buah semata, tapi juga diolah menjadi tepung berkarbohidrat tinggi untuk alternatif bahan pangan. Penelitian ini mendukung riset bidang ketahanan pangan.
Selain mengembangkan varietas baru, riset dimaksudkan juga untuk meningkatan kualitas pisang Indonesia agar pisang tersebut berkualitas ekspor. Dr. Ir. Witjaksono M.Sc., Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI memaparkan, Indonesia sebenarnya kaya dengan keanekaragaman hayati pisang. Jenis pisang yang dikenal dan dikonsumsi saat ini hanya ada 20 spesies dan masih ada ratusan spesies lainnya yang belum dimanfaatkan.
Sejauh ini, LIPI telah melakukan penyilangan beberapa jenis pisang. Misalnya saja, penyilangan antara pisang madu dari Sumatera Barat dengan pisang liar Musa acuminata malaccensis. Hasilnya adalah pisang enak dari segi rasa, tampilan bagus, bentuknya besar (satu tandan berisi bertumpuk-tumpuk), sekaligus tahan terhadap penyakit hama layu Fusarium dan hama lainnya.
Saat ini, pihaknya juga masih terus mencari indukan sampai semua sifat unggul pisang terkumpul di indukan yang terpilih. Hasil penelitian tersebut diperkirakan baru bisa dinikmati 5 – 10 tahun lagi. Targetnya adalah terciptanya pisang yang panjang, berukuran besar alias gemuk, tahan penyakit serta lezat.
Selain berupaya menciptakan pisang varietas baru yang unggul, peneliti LIPI ini juga menekankan perlunya riset untuk menyelesaikan persoalan penyakit pada tanaman pisang. Ada tiga penyakit utama pisang di Indonesia, dimana solusi untuk mengatasi penyakit tersebut masih dalam tahap riset.
Penyakit pertama adalah layu fusarium yang disebabkan jamur fusarium, menyerang akar tanaman dan menyebabkan daun menjadi layu kemudian mati.
Kedua, penyakit darah yang disebabkan oleh bakteri, yang membuat tanaman pisang hancur, terutama Pisang Kepok yang ada di wilayah Kalimantan.
Dan ketiga, penyakit bunchy top yang membuat tanaman pisang (Pisang Kepok) menjadi seperti sapu, sehingga tidak bisa menghasilkan buah alias berproduksi.
Menurut Witjaksono, pihaknya saat ini sedang melakukan riset untuk memperoleh solusi mengatasi penyakit tersebut.
“Solusi sebenarnya sudah ada untuk setiap penyakit, namun kami memerlukan proses yang lebih cepat,” imbuhnya.
Dengan pengembangan varietas pisang baru dan terselesaikannya beragam penyakit tersebut, Indonesia diharapkan bisa menambah daftar sumber pangan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dalam negeri.
Bahkan, pisang bisa dimanfaatkan sebagai alternatif sumber makanan pokok. Secara ekonomi, pisang juga diharapkan dapat menjadi salah satu komoditas yang mendapat prioritas untuk dikembangkan karena pisang sangat potensial untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. (Humas BKPI-LIPI) (adv)(/) (yhw)
(Okezone)
0 comments:
Post a Comment