Wednesday, 8 August 2012

Telkom Ungkap Penyebab Hilangnya Satelit

 Satelit Telkom 3 hilang setelah diluncurkan dari Kazakhstan.

Ilustrasi
Satelit Telkom-3 milik PT Telkom Indonesia dikabarkan hilang pasca diluncurkan ke luar angkasa dari Cosmodrome Baikonur di Kazakhstan. Pihak Telkom sudah mendapatkan keterangan awal dari ISS Reshetnev Rusia, selaku kontraktor utama Satelit milik Telkom, tentang penyebab gagalnya pengorbitan satelit tersebut.

"Kami telah mendapat informasi tertulis dari First Deputy General Designer & General Director dari ISS Reshetnev, Rusia bahwa telah terjadi anomali pada saat peluncuran Satelit Telkom-3 di tahap pengoperasian roket peluncur Breeze-M sehingga menyebabkan satelit hanya mencapai intermediate orbit," kata Slamet Riyadi, Head of Corporate Communication and Affair Telkom dalam keterangan tertulis, Rabu 8 Agustus 2012.

Slamet mengatakan saat ini pihak ISS Reshetnev sedang melakukan investigasi lebih lanjut atas kejadian ini. Kemudian, mereka akan segera menyampaikan hasilnya kepada Telkom.

Melalui koordinasi intensif dengan pihak ISS Reshetnev, Telkom berharap mendapatkan informasi rinci dalam waktu dekat. Melalui keterangan tertulisnya, Telkom menjelaskan bahwa peluncuran satelit Telkom-3 ini diasuransikan secara penuh.

“Anomali ini tidak mengganggu operasional dan layanan Telkom.  Karena Telkom saat ini mengoperasikan dan menggunakan beberapa satelit,” jelasnya.

Satelit Telkom-3 memiliki kapasitas 42 peralatan transmisi (transponder) aktif, yang terdiri dari 24 transponder pada Standard C-band 36MHz, 8 transponder pada C-band 54 MHz dan 4 transponder pada 36 MHz, bersama dengan 6 transponder 54 MHz Ku Band .

Satelit Telkom-3 dibangun oleh ISS-Reshetnev dengan perangkat komunikasi dibuat oleh Thales Aleniaspace. Satelit ini dirancang untuk memenuhi meningkatnya permintaan peralatan transmisi dalam pengembangan layanan bisnis satelit Indonesia, terutama untuk Grup Telkom yang telah menginvestasikan US$ 200 juta ke dalam proyek ini. (umi)

 Satelit Telkom Hilang, Internet RI Rugi Besar

Satu transponder bisa capai kapasitas 70 Mbps. Telkom 3 bawa 42 unit.

Satelit Telkom-3 yang diduga hilang pasca peluncuran di Kazakhstan dapat berpengaruh pada kualitas akses internet di Indonesia.

"Itu akan menyebabkan kerugian kapasitas akses. Saya tidak tahu rencana Telkom seperti apa, tapi jaringan akan terhambat baik akses maupun backbone," ujar Ketua Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Sammy Pangerapan, di Jakarta, 8 Agustus 2012.

Sammy mengatakan, satelit yang mendukung jaringan di Indonesia sudah menipis. Untuk itu sebenarnya Satelit Telkom-3 sangat penting untuk mengurangi beban kapasitas trafik jaringan. "Ini bisa untuk melayani area terpencil, karena jaringan kita sudah kewalahan melayani 17 ribu pulau," katanya.

Ia mengatakan kapasitas yang dibawa oleh satelit ini cukup mumpuni. Sebagai gambaran, satu satelit dengan kapasitas yang menggunakan teknologi terbaru kapasitasnya mampu mendukung 36 Mbps untuk satu transponder. Sedangkan Satelit Telkom-3 membawa 42 tranponder.

"Terlebih satelit itu pakai KU band, kalau kapasitas KU band, ini bisa mencapai 70 Mbps untuk satu transponder," ujarnya.

Jika benar satelit tersebut hilang, maka kapasitas yang berpotensi hilang yakni 70 Mbps dikalikan dengan 42 transponder yang ada pada satelit tersebut.

Untuk itu, Sammy mengatakan pemerintah harus melihat hal ini sebagai sebuah kebutuhan. "Pemerintah harus lihat ini bahwa masih banyak dibutuhkan satelit," katanya.

Satelit yang dibangun pemerintah, lanjutnya, hendaknya lebih diprioritaskan untuk kebutuhan akses internet. Ini mengingat kebutuhan satelit untuk penyiaran sudah cukup. (umi)

 Satelit Hilang, Roket Proton-M Dibekukan

Roscosmos menunda peluncuran hingga penyebab diketahui secara pasti.

Roket Proton-M milik Rusia gagal mengorbitkan dua satelit komunikasi, kemarin. Salah satu satelit komunikasi yang gagal mengorbit adalah Telkom-3 milik perusahaan plat merah bidang telekomunikasi, Telkom.

Laman Business Week mencatat, ini merupakan kegagalan keempat wahana luar angkasa Rusia dalam kurun waktu dua tahun terakhir.

Di situs resminya Roscosmos mengatakan, pendorong roket (booster) milik Proton-M disebut hanya berfungsi selama tujuh detik. Padahal, booster ini diprogram berjalan 18 menit 5 detik, di fase Briz-M.

Kantor berita Rusia RIA Novosti, mengatakan kegagalan ini menyebabkan Roscosmos akan menunda peluncuran yang dilakukan dengan roket Proton-M, hingga penyebab kegagalan berhasil diketahui secara pasti. Kabar ini didapat dari salah satu pejabat di industri peluncuran tersebut.

Sebelumnya, sejak Desember 2010 ada tiga peluncuran yang gagal dilakukan dengan menggunakan roket Proton-M. Sedangkan satu kegagalan lain adalah ketika wahana angkasa Progress mengalami kerusakan bahan bakar dan gagal mengorbit, Agustus tahun lalu. Progress menggunakan roket Soyuz, dan ini merupakan kegagalan pertama Progress yang telah diluncurkan sejak 1978.

Saat ini Rusia menguasai 40 persen pangsa pasar peluncuran pesawat luar angkasa. Adapun yang diangkut antara lain satelit komunikasi, juga perlengkapan untuk kosmonot/astronot di International Space Station.

Tiga kegagalan mengirim satelit ke orbit menyebabkan Kepala Badan Antariksa Rusia saat itu dipecat. Vladimir Popovkin pun diangkat sebagai Kepala Roscosmos yang baru, tahun lalu.

Tapi kini, tak lama setelah penunjukan Popovkin, Rusia kehilangan salah satu satelit telekomunikasi terbaiknya, Express-AM4, yang juga 'digagalkan' roket Proton-M. Tapi kali ini, salah satu korban Proton-M merupakan satelit milik Indonesia, Telkom-3. (eh)

 Ini Gambaran Asuransi Jika Satelit Gagal

Asuransi disiapkan sejak peluncuran hingga mengorbit.

Satelit milik Telkom dikabarkan hilang akibat gagal mengorbit, setelah diluncurkan dari Cosmodrome Baikonur di Kazakhstan. Pihak Telkom telah mendapat keterangan mengenai penyebab gagalnya satelit itu mengorbit, yaitu anomali di roket peluncur Breeze-M.

Menanggapi ini, mantan Direktur Utama Telkom, Setyanto P Santosa, mengatakan gagalnya peluncuran satelit tidak memiliki kerugian secara finansial. Sebab, ada asuransi yang sudah dipersiapkan, dari sejak peluncuran hingga mengorbit.

"Dari segi finansial tak ada kerugian. Tapi dari segi opportunity, banyak yang hilang," kata Setyanto, saat berkunjung ke VIVAnews, Rabu, 8 Agustus 2012.

Peluncuran satelit memang penuh risiko sejak peluncuran. Namun, asuransi tidak hanya dilakukan untuk mengganti kegagalan peluncuran. Tetapi, umumnya juga meliputi kegagalan mengorbit.

"Jangankan hilang seperti itu, melenceng dari orbit dan harus dimasukkan kembali ke orbit, itu kan sudah hilang lifetime, juga diasuransi," ucap Setyanto, yang juga Chairman Masyarakat Telematika Indonesia.

Setyanto kemudian memaparkan, saat peluncuran satelit Palapa D, ada yang melenceng. Ini menyebabkan masa orbit (lifetime) satelit yang harusnya 18 tahun, berkurang menjadi 11 tahun. "Kerugian 7 tahun itu diasuransi, diganti," kata dia.

Setyanto mengaku belum tahu kontrak asuransi Telkom di peluncuran Telkom-3. Meski begitu, Setyanto yang pernah terlibat berbagai peluncuran satelit Palapa ini memaparkan sejumlah opsi asuransi.

"Kalau dalam kontrak pembuatan satelit, ada opsi. Beli satu satelit, tapi ada opsi juga akan beli lagi dalam satu term beberapa tahun setelah itu. Itu untuk jaga-jaga kalo ada kegagalan," ucapnya.

Karena itu, sebelum menandatangani kontrak, biasanya akan dilihat berapa persen tingkat keberhasilan peluncuran satelit. "Kami selalu lihat provement (pembuktian), jadi tidak pernah bicara harga. Kita tidak irit ketika bicara peluncur, bisa irit di pembuatan satelit. Ini bisnis satelit, masa irit," ucapnya. (umi)

© VIVA.co.id

0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...