Friday, 3 December 2010

Dicari, Pengembang Software Tanggap Bencana

Acara ini diselenggarakan mengingat Indonesia sangat rentan terhadap bencana alam.

Merapi Meletus (AP Photo/Gembong Nusantara)

VIVAnews
- Untuk pertama kalinya, Random Hacks of Kindness diselenggarakan di Indonesia. Australia-Indonesia Facility for Disaster Reduction (AIFDR) terpilih menjadi tuan rumah event tersebut di Jakarta selama 4-5 Desember 2010.


Apa itu Random Hacks of Kindness (RHoK)? Ya, ini semacam event yang digelar untuk mengumpulkan para pengembang software dari seluruh dunia di suatu wadah komunitas yang memfokuskan diri pada pengembangan software solusi untuk membantu menyelesaikan masalah kemanusiaan.

Kegiatan ini telah berlangsung dua kali. Namun, pada kali ketiga Indonesia baru terlibat langsung sebagai salah satu negara yang turut mengkontribusikan software untuk RHoK di samping 19 negara lain di seluruh dunia. Acara di Jakarta didukung oleh Pemerintah Australia, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan perusahaan start-up teknologi DailySocial.net.

Acara ini sejatinya mengajak berbagai ahli piranti lunak dan ahli manajemen bencana untuk melakukan "Hackaton" selama 48 jam. Para peserta akan membuat piranti lunak solusi untuk meningkatkan upaya tanggap bencana, mengurangi dampaknya, dan membantu menyelamatkan nyawa.

"Indonesia sangat rentan terhadap bencana alam. Sebab itu, acara ini kami nilai sangat penting," kata Matt Hayne, co-director AIFDR, di sela jumpa pers di kantornya, Jakarta, Sabtu 4 Desember 2010.

"Siapa pun yang terlibat dapat berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, mulai sosial, ekonomi, teknik, matematika, dan sebagainya. Tujuan kami hanya untuk mengumpulkan hasil cipta karya pengembang di Indonesia yang diharapkan mampu mengurangi risiko dan dampak bencana," tandas Trevor Dhu, risk and vulnerability manager AIFDR, pada kesempatan yang sama.

Nantinya, software buatan anak bangsa yang berhasil dikumpulkan akan coba diaplikasikan secara global, sesuai dengan karakter bencana yang serupa di Indonesia. Bahkan, karena platform open source, beberapa pengembang lain dipersilakan untuk menyempurnakan aplikasi-aplikasi yang disukai.

"Kami mencari software yang bisa mengkompilasi berbagai informasi, mulai dari demografi, risiko yang akan muncul, jalur-jalur yang dapat dilewati untuk mempermudah tim relawan memasok bantuan, sampai dampak bencana. Info-info ini bisa didistribusikan lebih lanjut via social media seperti Twitter, Facebook, dan sebagainya," kata Trevor Dhu.

Bagi Anda yang tertarik untuk terlibat dalam misi kemanusiaan ini, Anda dapat mendaftarkan diri di link berikut ini. Pendaftaran akan dibuka hingga esok, 5 Desember 2010.

Menariknya, pemenang dari acara Hackaton ditentukan oleh komunitas itu sendiri. Software mana yang menurut banyak pihak sangat membantu dan mudah diaplikasikan. Memang, apresiasi pada pemenang tidak perlu mewah. Beberapa handset dan hadiah ringan lain dianggap cukup untuk misi kemanusiaan ini.

Untuk diketahui, konsep Hackaton mulanya diprakarsai oleh Google, Microsoft, Yahoo, NASA, dan World Bank. Acara ini pertama kali dilakukan di California pada November 2009. Aplikasi pemenang digunakan di lapangan saat bencana gempa bumi di Haiti dan Chile.

Sementara aplikasi pemenang dari acara Hackaton yang kedua berasal dari Washington DC, yang mana aplikasi tersebut membantu para insinyur memvisualisasikan risiko tanah longsor, sehingga mempermudah mereka dalam perencanaan dan pengembangan panduan kota dan pedesaan. (umi)


VIVAnews

0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...