TEMPO Interaktif, Subang - Menteri Pertahanan dan Keamanan Purnomo Yusgiantoro meminta manajemen PT Dahana (Persero) mampu memenuhi kebutuhan bahan peledak khusus militer secara mandiri.
"Kita (Indonesia) memerlukan segera kawasan propellant ," kata Purnomo, usai peletakan batu pertama pembangunan Energetik Material Center (EMC) di kawasan pabrik bahan peledak milik PT Dahana di wilayah Kecamatan Cibogo, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Sabtu (4/12).
Industri propellant, kata Purnomo, kehadirannya sangat diharapkan agar pemenuhan kebutuhan bahan peledak militer Indonesia tidak bergantung ke luar negeri. "Harus bisa dipenuhi secara mandiri," ujar Purnomo.
Ia mengharapkan perusahaan pelat merah yang khusus memproduksi bahan peledak tersebut bisa mewujudkan propellant yang terintegrasi sehingga keberadaannya bisa dijadikan wahana pusat penelitian dan pengembangan yang strategis demi kemajuan bangsa dan negara serta masyarakat Indonesia.
"Saya juga mengharapkan agar industri bahan peledak tersebut tidak hanya memenuhi kebutuhan militer tetapi juga komersial," kata Purnomo.
Direktur Keuangan PT Dahana, Fajar Hary Sampoerno, mengatakan kebutuhan bahan peledak buat kepentingan militer Indonesia yang dipenuhi perusahaannya saat ini baru 80 persen.
Belum terealisasinya pemenuhan kebutuhan bahan peledak militer oleh Dahana karena perusahaan mengalami kendala dalam soal pengadaan bahan baku ammonium nitrat. "Kita masih nol dan untuk memenuhi kebutuhan itu 100 persen masih mengandalkan impor," ujar Fajar.
Tetapi, dia mengaku optimistis jika industri propellant yang berada satu kompleks dengan EMC Subang, ke depan militer Indonesia, akan memenuhi kebutuhan bahan peledak secara mandiri dari Dahana.
"Pada tahun 2013 saya yakin pasokan bahan peledak militer Indonesia akan dipasok secara mandiri oleh Dahana," papar Fajar. Pembangunan kawasan EMC dan industri propellant, di Cibogo, Subang, dipastikan tuntas dibangun pada 2012.
Tarto Dirgantiri, Direktur Utama PT Dahana (Persero), mengatakan kawasan industri bahan peledak di Cibogo akan dibangun di atas lahan seluas 120 hektare.
"Lokasi itu berada di hamparan lahan milik PT Dahana yang memiliki luas 596 hektare," kata Tirto. EMC, dalam kiprahnya kelak, akan menjadi pusat penelitian, pengembangan sekaligus pendidikan bahan peledak Indonesia.[NANANG SUTISNA]
SUBANG--MICOM: Pemerintah akan menjadikan PT Dahana (persero) sebagai kawasan pusat industri bahan peledak. Persiapan PT Dahana diharapkan selesai pada tahun 2013 mendatang. Sehingga dapat mengurangi ketergantungan kebutuhan militer Indonesia kepada asing secara bertahap. Hal itu disampaikan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, saat mengunjungi kawasan PT Dahana seluas 595 Ha di Subang, Jawa Barat.
"Proyek strategis Kementerian Pertahanan ini, mudah-mudahan bisa diselesaikan pada kabinet ini. Proyek utamanya adalah industri bahan peledak. Kebutuhan kita masih tinggi. Sebagian di suplai dari Dahana dan beberapa perusahaan serta impor. Kita harapkan dengan adanya pembangunan ini, secara bertahap kita akan mandiri," tuturnya saat memberikan sambutan.
Dalam kesempatan itu, Menhan melakukan peletakan batu pertama pembangunan Energetic Material Center (EMC) yang persiapannya sudah dimulai sejak Oktober tahun lalu. Dalam kunjungannya, Menhan didampingi oleh sejumlah pejabat di lingkungan Kementerian Pertahanan diantaranya Sekjen Kemhan, Dirjen Sarana Pertahanan, Dirjen Potensi Pertahanan dan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan.
Produk dari PT Dahana, sambungnya, tidak hanya dikhususkan untuk memenuhi kebutuhan militer. Beberapa produksi juga diperuntukkan untuk swasta dan siap di ekspor. Salah satunya adalah non eletrik detonator yang saat ini mulai di ekspor ke Australia.
Untuk kebutuhan militer, PT Dahana menjadi pusat pembangunan propelan (bahan isian senjata peluru dan roket). "Karena bahan peledak di bawah industri strategis. Maka untuk pengembangan industri bahan peledak militer akan dibangun untuk amunisi dan propelan. Kita sudah klasifikasikan PT Dahana di Subang untuk kawasan terpadu industri," paparnya seraya menambahkan, ia akan meminta Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) untuk mendukung penuh upaya ini.
"Saya minta kepada jajaran KKIP agar proyek ini dibantu dan diselesaikan tepat pada waktunya. Agar terwujud adanya kawasan industri bahan peledak terpadu," tutur Menhan.
Selain sebagai industri bahan peledak, PT Dahana di Subang juga direncanakan sebagai pusat penelitian dan pengembangan bahan peledak, serta pusat pendidikan dan pelatihan.
"Selama ini penelitian dan pengembangan dilakukan secara sporadis. Ada di Kemhan, PT Pindad, TNI dan lain-lain. Akan lebih baik lagi kalau kemudian penelitian dan pengembangan industri bisa dikembangkan dalam satu lokasi. Untuk pendidikan, pelatihan dan workshop juga akan dilaksanakan disini," urai Purnomo.
Sementara itu, Harry Sampurno, Direktur Keuangan dan Pembangunan Usaha PT Dahana memaparkan, saat ini sebanyak 80 persen kebutuhan bahan peledak militer, terpenuhi dari pihaknya. "Kalau selesai 2013 kita akan lebih mandiri," imbuhnya.
Di lain pihak, Bupati Subang Eep Hidayat mengatakan, pihaknya mendukung penuh pembangunan yang dilakukan PT Dahana bersama Kementerian Pertahanan. "Kami menegaskan ini fasilitas negara yang harus dijaga dan dihormati oleh masyarakat. Pembangunannya harus kami dukung penuh," tegas Eep. (Wta/OL-2)
• MediaIndonesia
0 comments:
Post a Comment