Thursday, 2 December 2010

Menabur Benih Kreativitas Teknologi Nirkabel

Andry dengan ponsel Android-nya mempresentasikan karya berjudul Sixth Sense di depan dewan juri untuk kategori Pengembangan Aplikasi Commmerce Android.

KONTES
Entah harus memulai dari mana agar negeri ini tidak disebut sebagai negeri konsumen semata. Banjir teknologi dari luar, terutama teknologi komunikasi nirkabel, sepertinya benar-benar telah menenggelamkan masyarakat di republik ini.

Sementara dari sisi lain, gambaran negeri konsumtif ini sepertinya tidak sinkron jika dikaitkan dengan gelar-gelar jawara dalam bidang sains. Entah sudah berapa kali para remaja ataupun mahasiswa yang berhasil merebut gelar internasional baik dalam olimpiade matematika maupun fisika.

Sepertinya ada yang salah. Para pemuda yang hebat-hebat itu bagaikan biji unggul yang jatuh di tanah gersang, akan hilang ketika memasuki usia produktif. Sepertinya sangat sedikit kesempatan yang bisa menjadi pupuk bagi para generasi muda untuk bisa membuktikan kemampuan mereka.

Dari kesempatan yang ada, tampaknya hanya kontes seperti Indosat Wireless Innovation Contest (IWIC) yang masih konsisten menggelar programnya selama lima tahun ini. Kontes tahunan ini sedikit banyak telah memberikan sumbangan bagi kawula muda untuk tetap berkiprah, tak sekadar menjadi konsumen.

Sekalipun untuk bisa menang dalam kontes ini juga bukanlah hal yang mudah karena setidaknya peserta dituntut untuk memahami teknologinya. Para pelajar dan mahasiswa harus aktif mendalami sendiri, tidak cukup hanya dari bahan kuliah mengingat pesatnya perkembangan teknologi.

”Berbagai inisiatif dalam menumbuhkan dan mengembangkan inovasi ini untuk mendukung program mempercepat terwujudnya masyarakat teknologi dan informasi Indonesia. Pada akhirnya juga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi bangsa melalui sektor telekomunikasi nasional yang mampu berbicara di kancah global,” kata Harry Sasongko, Presdir dan CEO Indosat dalam acara pengumuman pemenang IWIC 2010 pekan lalu di Jakarta.

”Sixth Sense”

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kontes kali ini disesuaikan dengan kebutuhan layanan komunikasi yang berkembang saat ini. Konsentrasi kontes hanya pada peranti lunak atau yang lazim disebut aplikasi, baik untuk perangkat Android, Blackberry, broadband maupun kategori perangkat lain.

Ini jelas bukan pekerjaan pemula, tetapi sudah membutuhkan pendalaman dari setiap peserta. Dibandingkan dengan perangkat keras, aplikasi masih kompetitif dan bahkan bisa dijual ke seluruh dunia jika memang pantas.

Dari karya yang muncul salah satunya adalah aplikasi untuk perangkat bersistem operasi Android. Karya inovatif Andry peserta dari Bandung tentang ”Sixth Sense” berhasil mendapat nilai tertinggi untuk kategori Pengembangan Aplikasi Commerce Android.

Karya unik ini berupa aplikasi yang bisa memberikan notifikasi peringatan adanya bencana di sekitar pengguna ponsel pintar Android. Pengguna dapat lebih waspada dan bisa memberi tahu masyarakat sekitarnya untuk menyelamatkan diri sebelum bencana tersebut sampai ke lokasi pengguna.

Karya unik lainnya adalah ”Java Gamelan Simulator” yang dibuat mahasiswa ITB, Muhammad Khasan Imaduddin. Intinya, dengan perangkat Android, pengguna bisa memainkan gamelan Jawa. Walaupun aplikasi simulasi ini hanya meraih juara kedua untuk kategori Aplikasi Games dan Entertainment Android.

Selama lima kali menyelenggarakan kontes nirkabel ini, pihak Indosat mengklaim sudah berhasil membukukan sekitar 1.500 karya anak bangsa. Salah satu karya yang menang tahun lalu dan sudah diaplikasikan Indosat adalah peranti lunak buatan Budi Daryatmo. Aplikasi berjudul Super SMS itu sudah menjadi produk layanan Isat yang dikenal dengan nama SMS ZIP.

Super SMS merupakan aplikasi binary SMS dengan fitur utama berupa peningkatan jumlah karakter menjadi 212 karakter per SMS dan penerapan emoticon (gambar ekspresi) melalui SMS. Di dalamnya termasuk pengiriman SMS secara otomatis, autentikasi, pengodean pesan, referensi kata, serta statistik untuk mengetahui total SMS yang dikirim.

Langkah seperti ini sudah tentu bukan hanya bermanfaat bagi penyelenggara, tetapi juga wadah bagi kaum muda. Bukan mustahil mereka nantinya bisa berkompetisi di dunia global, bukan hanya soal juara olimpiade sains.

Setidaknya kemampuan bangsa ini sudah dibuktikan, seperti Tri Joko Rubiyanto yang berhasil memenangi juara desain aplikasi iPad sedunia di Las Vegas, Amerika Serikat, pada Oktober lalu. Bukan hanya hadiah senilai Rp 1,8 miliar yang diraih, alumnus ITS Surabaya ini menjadi bukti kemampuan bangsa ini.

Siapa tahu kelak akan muncul Steve Jobs atau Bill Gates muda dari Indonesia jika mereka mendapat kesempatan dan iklim yang baik di negeri ini.[AW Subarkah]


KOMPAS

0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...