Kol Achmad Djamaludin yang mewakili Asisten Perencanaan Umum Panglima TNI menyampaikan hal itu dalam Lokakarya Komisi Teknis Pertahanan-Keamanan Dewan Riset Nasional (DRN) di Jakarta, Selasa (30/11).
Selain memang menjadi tren dalam peperangan, TNI pun merasakan adanya kebutuhan untuk memiliki peralatan jenis robotik, juga menguasai teknologi pendukungnya. Misalnya saja remotely-operated vehicle (ROV) untuk membantu pasukan infanteri dan pasukan khusus dalam perang kota atau unmanned aerial vehicle (UAV) untuk patroli perbatasan dan pengarah bantuan tembakan.
Selain Kol Djamaludin, ikut tampil sebagai panelis Deputi Menteri Ristek Bidang Relevansi dan Produktivitas Iptek Teguh Rahardjo serta staf pengajar Institut Teknologi Bandung, Prof Muljowidodo. Teguh menjelaskan berbagai regulasi yang disiapkan pemerintah untuk mendukung kemandirian riset teknologi pertahanan robotik, sementara Muljowidodo menjelaskan aspek-aspek teknis yang ada pada alutsista robotik serta iptek apa saja yang dibutuhkan untuk menguasai pengembangan alutsista robotik.
Peneliti LIPI, Estiko, dalam komentarnya menegaskan pentingnya teknologi robotik yang, antara lain, dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pertahanan serta menghindari kematian manusia.
Meski mengakui banyak manfaatnya, upaya menguasai teknologi alutsista robotik masih terkendala oleh sejumlah faktor, misalnya belum sinkronnya program industri pengembang alutsista robotik dan kriteria pengguna. Sejumlah teknologi sensitif, seperti sensor, menurut Muljowidodo, juga masih belum kita kuasai. Di tengah situasi yang belum kondusif ini, sejumlah tenaga ahli di bidang alutsista robotik dikabarkan mendapat tawaran menarik di negara lain.(nin)
• KOMPAS
0 comments:
Post a Comment