Thursday, 7 June 2012

Riset: Ekspor Indonesia Sumbang Kepunahan

Ekspor Indonesia dan Malaysia penyumbang terbesar. Kalau impor, Amerika Serikat.

SBY menanam bakau di Muara Angke (Antara/ Widodo S Jusuf)
VIVAnews - Sebuah riset yang dilakukan Universitas Sydney, Australia, menemukan 30 persen spesies yang statusnya terancam terkait dengan perdagangan dunia barang-barang dan komoditas seperti gula, kopi dan coklat. Dan bukan pengekspor saja yang menyumbang ini, tentu juga para pengimpor yang menikmati produk.

"Tanpa memasukkan spesies yang berkembang luas, kami menemukan 30 persen spesies terancam karena perdagangan internasional," tulis riset yang dipublikasikan Nature pada 7 Juni 2012 itu.

Sebagai contoh, kera laba-laba yang terancam punah kehilangan habitan karena perkebunan kopi dan coklat di Meksiko dan Amerika Tengah. Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang adalah tujuan utama dari komoditas yang terkait dengan kepunahan ini.

Dan yang mengagetkan, negara pengekspor terbesar yang paling menyumbang untuk ini adalah Indonesia dan Malaysia. Namun, "Untuk memerangi kehilangan biodiversitas, kebijakan harus diarahkan pada produsen, pedagang dan konsumen secara bersamaan," tulis para periset.

Para peneliti menghitung kaitan kepunahan dengan perdagangan itu setelah membandingkan 25 hewan terancam punah yang masuk daftar merah Badan Internasional untuk Konservasi, badan utama dunia untuk menetapkan status spesies dengan 15 ribu komoditas yang diproduksi 187 negara.

Sebagai contoh, impor Jerman terkait dengan 395 spesies terancam punah dan ekspor Malaysia terkait dengan 276 spesies terancam punah. Di Indonesia, semacam spesies pari terancam punah terkait polusi kimia dan kehilangan habitat bakau untuk pengembangan tambak udang, penebangan dan pembangunan pesisir.

"Ini kali pertama, dalam sepengetahuan kami, pentingnya peran perdagangan internasional dan konsumsi asing sebagai pemicu ancaman untuk spesies dihitung secara kuantitatif."

Para periset kemudian menekankan pentingnya peningkatan aturan, seperti pengembangan sertifikasi rantai pasokan dan pelabelan produk. "Kami rasa, penyebaran sertifikasi dan pelabelan adalah keharusan," kata Barney Foran, salah satu peneliti, kepada Reuters.


VIVAnews

0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...