Pendapat itu ditunjukkan oleh 80,7 responden yang dijaring dalam survei yang merekam preferensi publik
Walaupun ada sebagian persepsi yang menyuarakan negatif tentang masa depan Indonesia, mayoritas publik Indonesia optimis bahwa dengan kepemimpinan yang baik, Indonesia bisa menjadi kekuatan besar di dunia.
Pendapat itu ditunjukkan oleh 80,7 responden yang dijaring dalam survei yang merekam preferensi publik mengenai pasangan calon presiden dan calon wakil presiden terpopuler yang dilakukan oleh Soegeng Sarjadi Syndicate di 33 provinsi pada tanggal 14-24 Mei 2012 dengan wawancara tatap muka terhadap 2192 responden yang terdiri dari 54,1 persen laki-laki dan perempuan 45,9 persen.
"Fenomena itu menggambarkan kuatnya optimisme di masyarakat. Mereka percaya Republik [Indonesia] akan bangkit dan memenangkan persaingan global," kata koordinator survei, Muhammad Dahlan, dalam peluncuran hasil survei itu, Rabu (6/6).
Dahlan mengatakan bahwa publik percaya dengan kepemimpinan yang baik, Indonesia mampu menjadi negara adidaya yang kuat, maju, dan sejahtera di masa depan.
"Publik menilai bahwa rakyat sejahtera, yang cukup pangan, sandang dan papan, merupakan indikator negara adidaya," ujar Dahlan, sambil menambahkan bahwa pendapat itu ditunjukkan oleh 31,9 persen responden.
Indikator penting lainnya menurut 21,4 persen responden adalah kualitas pendidikan dan kesehatan yang baik dan terjangkau, sementara 17 persen responden mengatakan ketersediaan pekerjaan juga menjadi indikator.
Direktur The Wahid Institute, Yenny Wahid, yang menjadi salah satu panelis dalam peluncuran survei, mengatakan bahwa hasil survei ini sejalan dengan hasil berbagai survei yang pernah dilakukan lembaga-lembaga lain di luar negeri, seperti Ipsos, yang menunjukkan bahwa orang Indonesia termasuk dalam kelompok masyarakat paling bahagia di dunia.
"Ini modal buat kita, buat pemimpin-pemimpin kita, terutama mantan bos saya," ujar Yenny merujuk pada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Yenny pernah diangkat sebagai anggota staf khusus Yudhoyono pada tahun 2006.
Dahlan mengatakan bahwa indikator perekonomian maju dan perdagangan kuat dipercayai oleh 10,8 persen responden sebagai syarat menjadi negara adidaya, sementara 7,6 persen dan 4,7 persen responden masing-masing meyakini ilmu pengetahuan teknologi yang maju dan militer yang kuat sebagai indikator.
"Indikator-indikator lain adalah industri modern dan aktif menjaga perdamaian dunia dengan persentase masing-masing 2,6 persen dan 1,3 persen," ujar Dahlan.
Pendapat itu ditunjukkan oleh 80,7 responden yang dijaring dalam survei yang merekam preferensi publik mengenai pasangan calon presiden dan calon wakil presiden terpopuler yang dilakukan oleh Soegeng Sarjadi Syndicate di 33 provinsi pada tanggal 14-24 Mei 2012 dengan wawancara tatap muka terhadap 2192 responden yang terdiri dari 54,1 persen laki-laki dan perempuan 45,9 persen.
"Fenomena itu menggambarkan kuatnya optimisme di masyarakat. Mereka percaya Republik [Indonesia] akan bangkit dan memenangkan persaingan global," kata koordinator survei, Muhammad Dahlan, dalam peluncuran hasil survei itu, Rabu (6/6).
Dahlan mengatakan bahwa publik percaya dengan kepemimpinan yang baik, Indonesia mampu menjadi negara adidaya yang kuat, maju, dan sejahtera di masa depan.
"Publik menilai bahwa rakyat sejahtera, yang cukup pangan, sandang dan papan, merupakan indikator negara adidaya," ujar Dahlan, sambil menambahkan bahwa pendapat itu ditunjukkan oleh 31,9 persen responden.
Indikator penting lainnya menurut 21,4 persen responden adalah kualitas pendidikan dan kesehatan yang baik dan terjangkau, sementara 17 persen responden mengatakan ketersediaan pekerjaan juga menjadi indikator.
Direktur The Wahid Institute, Yenny Wahid, yang menjadi salah satu panelis dalam peluncuran survei, mengatakan bahwa hasil survei ini sejalan dengan hasil berbagai survei yang pernah dilakukan lembaga-lembaga lain di luar negeri, seperti Ipsos, yang menunjukkan bahwa orang Indonesia termasuk dalam kelompok masyarakat paling bahagia di dunia.
"Ini modal buat kita, buat pemimpin-pemimpin kita, terutama mantan bos saya," ujar Yenny merujuk pada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Yenny pernah diangkat sebagai anggota staf khusus Yudhoyono pada tahun 2006.
Dahlan mengatakan bahwa indikator perekonomian maju dan perdagangan kuat dipercayai oleh 10,8 persen responden sebagai syarat menjadi negara adidaya, sementara 7,6 persen dan 4,7 persen responden masing-masing meyakini ilmu pengetahuan teknologi yang maju dan militer yang kuat sebagai indikator.
"Indikator-indikator lain adalah industri modern dan aktif menjaga perdamaian dunia dengan persentase masing-masing 2,6 persen dan 1,3 persen," ujar Dahlan.
0 comments:
Post a Comment