Wednesday, 3 November 2010

Orang Kaya RI Melonjak, Pemerintah Kedodoran

Studi Bank Pembangunan Asia (ADB), jumlah orang mampu meningkat jadi 30 juta orang.

Uang Rupiah (Antara)

VIVAnews - Pendapatan perkapita penduduk Indonesia semakin meningkat, bahkan tahun ini sudah menembus US$3.000 atau Rp27 juta. Ironisnya, pemerintah tidak siap mengantisipasi lonjakan kelas menengah baru Indonesia.

"Bayangkan, produk domestik bruto Indonesia saat ini sudah Rp6.400 triliun atau sekitar US$700 miliar," ujar ekonom Cyrillus Harinowo kepada VIVAnews di Jakarta, 3 November 2010. Dengan PDB sebesar itu, pendapatan per kapita Indonesia sekitar US$3.000 per tahun.

Bahkan, kata dia, masyarakat Indonesia bukan sekedar mengalami peningkatan pendapatan. Namun, Harinowo menekankan jumlah orang kelas menengah dengan kekayaan bertambah juga meningkat.

Menurut studi Bank Pembangunan Asia (ADB), jumlah orang mampu atau masuk kelas menangah Indonesia meningkat menjadi 30 juta orang. "Namun, perkiraan saya jauh lebih banyak dari itu, bahkan tak lama lagi akan mencapai 60 juta orang."

Mereka inilah yang sekarang mengisi kafe-kafe Starbuck, Coffee Bean, penumpang pesawat, konsumen utama mobil, barang-barang elektronik mewah seperti AC, laptop dan lainnya.

Ironisnya, kata Harinowo, pemerintah tidak siap menghadapi lonjakan orang kelas menengah baru Indonesia tersebut. "Pemerintah tampak kedodoran dan tidak menduga perkembangannya akan seperti ini."

Buktinya, pertama, bandara Soekarno Hatta sekarang penuh sesak karena mereka yang memiliki kemampuan untuk membeli tiket pesawat meningkat luar biasa. "Sekarang parkir di bandara saja sudah susah," kata dia.

Ironisnya, Angkasa Pura yang memiliki duit berlebih juga tidak bisa melihat tanda-tanda jaman. "Mereka lebih suka menyimpan duit di deposito ketimbang berinvestasi untuk memperluas Bandara Cengkareng."

Maskapai penerbangan seperti Garuda juga harus menambah pesawat untuk menampung lonjakan orang-orang berkemampuan baru Indonesia tersebut.

Kedua, jalan-jalan di Jakarta sudah semakin macet gara-gara orang yang memiliki kemampuan untuk membeli mobil semakin banyak. Tahun ini saja diperkirakan 710-740 ribu unit mobil akan terjual. "Bayangkan macetnya Jakarta, apa yang terjadi pada 2012 saat penjualan mobil mencapai 1 juta unit."

Ironisnya, infrastruktur transportasi lainnya juga tidak memadai sehingga tidak bisa menjadi alternatif untuk mengatasi kemacetan Jakarta.

Ketiga, penjualan barang-barang elektronik, seperti televisi, AC, laptop, ponsel dan lainnya juga dipastikan meningkat pesat. Jika kapasitas produksi tidak ditambah, maka impor barang elektronik akan semakin melonjak sehingga menguras devisa Indonesia.

Demikian halnya dengan kebutuhan listrik. PLN semula membangun pembangkit listrik berkapasitas 10 ribu megawatt berbahan bakar batu bara untuk menggantikan pembangkit berbahan bakar minyak. Yang terjadi bukan dipakai mengganti, namun semua pembangkit dipakai karena kebutuhan listrik sangat tinggi.

"Dampaknya subsidi menjadi lebih besar karena kapasitas yang diperlukan memang besar."

Karena itu, dia menyarankan agar pemerintah bisa segera mengantisipasinya. Contoh di negara lain, seperti China dan Korea Selatan saat pendapatan per kapita US$3.000, maka peningkatan permintaan barang mewah meningkat pesat. "Bahkan, laju pertumbuhan ekonomi juga akan semakin kencang." (kd)


VIVAnews

0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...