Sunday, 31 October 2010

Gempa Mentawai Tak Picu Aktivitas Vulkanik

Seorang petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi di Kaliurang Sleman memperlihatkan alat seismograf yang menunjukkan peningkatan gempa vulkanik yang terus terasa dalam beberapa hari terakhir. TEMPO/ Arif Wibowo

TEMPO Interaktif, Jakarta -Setiap gunung api memiliki sistemnya sendiri dan tidak saling terhubung. Pernyataan ini dikemukakan oleh Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, R. Sukhyar, kemarin. "Jadi, tidak ada hubungan gempa Mentawai dengan aktivitas gunung lainnya, termasuk Gunung Merapi."


Penegasan Sukhyar diiyakan Surono, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Aktivitas gunung-gunung ini, kata Surono kemarin, tidak saling terkait dan punya karakteristik berbeda-beda, apalagi letaknya juga berbeda.

Kedua pakar itu menanggapi rentetan kejadian yang hampir bersamaan. Gempa di Mentawai, Sumatera Barat, yang berkekuatan 7,2 pada skala Richter, terjadi pada 25 Oktober. Sehari kemudian, Gunung Merapi di Yogyakarta meletus. Empat hari berselang, Gunung Anak Krakatau mengeluarkan letusan sebanyak 117 kali. Namun kemarin status gunung yang terletak di Selat Sunda ini diubah dari siaga menjadi waspada.

Rentetan peristiwa geologis ini memunculkan pernyataan dari Sahala Hutabarat, guru besar ilmu kelautan Universitas Diponegoro. Menurut Sahala, bencana itu saling terkait. "Cenderung ada hubungannya karena, dalam sejarah, gunung berapi selalu terletak di (area) gempa bumi," katanya kemarin.

Menurut Sukhyar, naiknya status 19 gunung menjadi waspada terjadi sebelum ada gempa di Mentawai. Kepala Sub-Bidang Pengamatan Gunung Api, Agus Budianto, mengatakan, di antara 68 gunung aktif di Indonesia, ada 22 gunung yang berstatus di atas normal. Selain itu, 19 gunung berstatus waspada, dan 2 gunung siaga, yaitu Gunung Ibu di Halmahera dan Gunung Karangetang di Sulawesi Utara. Sedangkan Gunung Merapi, yang telah meletus, berada dalam status awas.

Deputi Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian, Hery Harjono, menjelaskan bahwa secara historis ada kaitan antara gempa dan letusan gunung berapi. Dia mencontohkan gempa Liwa di Lampung Barat pada 1932, yang diikuti meningkatnya aktivitas vulkanik di dataran Suoh. Peristiwa ini terulang pada gempa Liwa tahun 1994, yang disertai naiknya aktivitas vulkanik di Suoh. Lalu gempa Nias pada 2005, yang berlanjut pada peningkatan aktivitas Gunung Talang di Sumatera Barat.


TEMPOInteraktif

0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...