YOGYAKARTA, KOMPAS - Sejumlah mahasiswa Yogyakarta menjuarai lomba game dan animasi tingkat Asia Tenggara (South East Asian Games & Animation Festival 2010) yang diselenggarakan di Institut Sepuluh Nopember awal Oktober lalu.
Juara pertama kategori game edukasi mobile JENI dalam South East Asian Games & Animation Festival (Seagaf) 2010 ini diraih mahasiswa Politeknik Seni Yogyakarta penerima beasiswa unggulan dari Biro Kerja Sama Luar Negeri (BKLN) Kemendiknas Febrian Krisna Wardhana dengan karya "Penyihir Cilik".
Koordinator Persiapan Lomba Seagaf 2010 Politeknik Seni Yogyakarta Arina Tri Wahyuni, Kamis (14/10), mengatakan, "Penyihir Cilik" adalah game khusus untuk telepon genggam. Permainan ini dibuat untuk menguji akurasi dan kecepatan sebagai salah satu pendidikan yang menyenangkan bagi anak-anak.
Pada kategori software edukasi interaktif, Tim Gaple dari Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) juga meraih juara. Selain itu, mahasiswa semester V Politeknik Seni Yogyakarta Parlindungan Siregar dan Siti Syukriyah meraih juara kedua kategori animasi dengan karya "The River". Film animasi berdurasi dua menit ini memuat pesan untuk selalu menjaga kebersihan sungai.
Menurut dosen pembimbing animasi game dan animasi Politeknik Seni Yogyakarta Bowo Dwi Ariyanto, karya-karya game dan animasi tersebut dinilai di antaranya atas orisinalitas karya dan tingkat kesulitan pembuatan.
Direktur Politeknik Seni Yogyakarta Mohammad Lazim mengatakan, prestasi ini menunjukkan besarnya potensi pembuatan game dan animasi di Yogyakarta. Selama ini, sejumlah prestasi nasional dan internasional banyak diraih mahasiswa animasi dan game teknologi Politeknik Seni Yogyakarta.
Selama ini, animasi dan game teknologi merupakan salah satu konsentrasi yang banyak dipilih mahasiswa Politeknik Seni Yogyakarta. Setiap tahun, jumlah peminat terus bertambah.
Sayangnya, saat ini industri kreatif animasi dan game belum berkembang di Yogyakarta. Melalui berbagai ajang kompetisi, potensi tersebut diharapkan dapat dikenal secara luas sehingga menarik investor maupun kontrak kerja. "Kami masih mengharapkan investor asing yang kabarnya akan segera mengembangkan industri kreatif ini di Yogyakarta," kata Lazim. (IRE)
• KOMPAS
0 comments:
Post a Comment