Monday, 11 October 2010

Bahan Bakar Bioetanol dari Limbah Salak

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta mengembangkan kompor berbahan bakar bioetanol yang terbuat dari limbah salak.

"Bioetanol sebagai bahan bakar pengganti minyak maupun elpiji terbuat dari limbah salak yang cacat panen atau busuk," kata mahasiswa UGM yang mengembangkan kompor bioetanol, Adhita Sri Prabakusuma, Senin (11/10/2010).

Ia mengatakan, selama ini salak yang tidak layak jual tersebut sering dibuang oleh para petani salak atau dibiarkan membusuk di pekarangan kebun salaknya.

"Di Dusun Ledoknongko, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, DIY, yang merupakan salah satu sentra penghasil salak dalam satu bulan dihasilkan sekitar 1-3 ton limbah salak," katanya.

Menurut dia, dari 10 kilogram limbah salak, dihasilkan sedikitnya 1 liter bioetanol. Untuk membuat bioetanol, limbah salak difermentasikan lebih dulu selama satu pekan dengan menambah ragi dan urea.

"Cairan fermentasi tersebut dipanaskan dengan suhu 70 derajat celsius pada tabung destilasi. Hasil pemanasan ini nantinya menghasilkan bioetanol," katanya.

Namun, menurut dia, belum banyak masyarakat di Dusun Ledoknongko yang mau mengolah limbah salak menjadi bahan bakar kompor.

"Tidak mudah menyosialisasikan inovasi tersebut karena tingkat pendidikan masyarakat di Dusun Ledoknongko berbeda-beda. Apalagi ini barang baru, secara ekonomis memang belum memuaskan secara langsung," katanya.

Ia mengatakan, inovasi tersebut diharapkan dapat membantu masyarakat dalam mengatasi limbah salak, mendukung program pertanian terpadu, dan menerapkan energi ramah lingkungan.

"Kecamatan Turi sebagai sentra penghasil salak di DIY dapat diinisiasi sebagai desa mandiri energi yang mengembangkan pertanian berkelanjutan dan terpadu," katanya.


KOMPAS

0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...