Macan benggala (imagecache2.allposters.com)
VIVAnews - Keberadaan macan tutul atau Panthera pardus di lereng Gunung Merapi masih sangat misterius. Tidak pernah diketahui berapa jumlahnya, tetapi kerap muncul bahkan hingga ke kampus Universitas Gadjah Mada (UGM)
"Saya sendiri pernah mendapati dan menemukan langsung. Macan tutul itu sampai turun ke UGM. Masuk ke laboratorium UGM," kata Manajer Kebun Binatang Gembiraloka, Joko Tirtono, kepada VIVAnews.com.
Kejadian itu terjadi sekitar tahun 1980-an dan berlangsung di Kampus UGM. Kejadian itu tak pernah lekang dari ingatan Joko. Suasana pun panik.
Kali kedua, hewan lincah yang piawai memanjat pohon itu kembali terlihat. Kali ini si macan terlihat di kawasan Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman.
"Saat di Godean, yang terlihat itu macan tutul hitam atau macan kumbang. Saya temukan itu sekitar tahun 1990-an," kata Joko. Sayangnya, saat macan kumbang itu ditemukan, kondisinya sangat-sangat mengenaskan.
Badannya penuh luka tembak senapan angin. Bahkan ada 40 butir lubang peluru senapan angin bersarang di tubuh si macan kumbang.
"Maka itu saya mengimbau kepada masyarakat, kalau menemukan hewan buas itu jangan lari. Gunakan obor saja untuk menyelamatkan diri," ujar pria yang mendapat gelar Tirtodiprojo dari Pakualaman ini.
Sedangkan untuk populasi Harimau Jawa atau Panthera tigris itu sama sekali tidak ada di Merapi. Jenis Harimau Jawa sudah punah sama sekali. Saat ini yang tersisa hanya Harimau Sumatera di habitat aslinya, Pulau Sumatera.
"Macan tutul ini juga termasuk hewan yang dilindungi pemerintah Indonesia. Satwa liar yang dilindungi undang-undang," ujar dia.
• VIVAnews
0 comments:
Post a Comment