INILAH.COM, Jakarta - Indonesia harus siap-siap menghadapi dampak letusan gunung Merapi yang lebih luas. Abu Merapi dikhawatirkan para ahli akan menyebabkan iklim jadi ekstrim.
Wakil Ketua Pokja Adaptasi Dewan Nasional Perubahan Iklim sekaligus Dosen Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB, Dr Armi Susandi menjelaskan pasca terjadinya letusan Merapi, iklim ekstrim akan terjadi.
Dalam jangka waktu satu hingga tiga tahun ke depan, temperatur udara akan meningkat dan meneruskan kenaikan temperatur global. Nantinya temperatur seolah-olah menurun, padahal sesudahnya temperatur akan melejit, khawatir Armi saat dihubungi INILAH.COM, kemarin.
Armi memperingatkan agar penduduk mewaspadai kenaikan temperatur tiba-tiba ini. Karena hal itu bisa menyebabkan kebakaran hutan. Potensi terjadinya kebakaran hutan ini akan semakin besar jika letusan terjadi setelah musim hujan.
Namun, jika letusan terjadi pada musim hujan penduduk perlu mewaspadai adanya hujan asam. Hujan asam dapat merusak bangunan penduduk, katanya.
Armi menjelaskan letusan Merapi terdiri dari partikulan vulkanik dan belerang. Materi-materi ini bisa mempengaruhi iklim dalam jangka pendek. Partikulan dan belerang akan berpengaruh pada penurunan temperatur karena wilayah letusan tertutup awan debu dan memantulkan sinar matahari menuju bumi.
"Wilayah letusan Merapi seolah dipayungi awan debu dan membuat temperatur menjadi turun," katanya. Sementara jika letusan Merapi memiliki kekuatan yang lebih besar seperti Gunung Agung dan Krakatau, bisa mempengaruhi temperatur global.
Selain itu, akan terjadi perubahan ekosistem di mana hal ini akan sangat merugikan manusia. Pascaletusan, curah hujan akan menjadi lebih tinggi dan seketika menjadi kering dan temperatur akan naik tajam.
Bahkan, di beberapa tempat dapat terjadi gelombang panas. Untungnya potensi terjadinya gelombang panas di Indonesia tidak ada. Namun bagi penduduk yang tinggal di daerah pantai, maka hujan akan menjadi lebih sering dan berpotensi banjir.
"Untuk penduduk yang tinggal di daerah selain pantai berpotensi mengalami kebakaran hutan. Dampak-dampak ini akan terjadi selama satu hingga satu setengah tahun. Kemudian akan kembali normal, namun kondisi menjadi ekstrim," ujarnya. Selain dampak buruk itu, Armi menyebutkan pascaletusan tanah di daerah letusan akan jadi lebih subur dari sebelumnya, karena nitrogen dan belerang.
Kepala Sub Bidang Informasi Meteorologi Publik BMKG, Mulyono Rahardi Prabowo, mengatakan untuk jangka panjang, letusan Merapi tak hanya mempengaruhi wilayah terkait. Tapi wilayah luas pun akan terpengaruh, akibat kondisi atmosfer yang dinamis dan angin.
Untuk jangka pendek, cuaca akan berpengaruh pada visibility di mana hal ini akan mempengaruhi jarak pandang. Selain itu, kondensasi pembentukan butir awan akan terstimulasi.
Sedangkan daerah-daerah tertentu cenderung mengalami peningkatan curah hujan akibat kondensasi pembentukan butir awan. "Namun, sebarannya tergantung pada angin. Jadi, curah hujan tinggi bisa saja tak terjadi di daerah Merapi, melainkan daerah sekitarnya," jelasnya.
Prabowo mengingatkan, sebaiknya penerbangan menjauhi Merapi karena jarak pandang semakin pendek. Selain itu, debu vulkanik dapat merusak mesin pesawat. "Jika debu banyak terhirup, pernafasan manusia akan terganggu," katanya. [ito/mdr]
• Inilah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment