Burung kakatua (Corbis)
VIVAnews - Mungkin anak-anak kita kelak hanya akan mengenal burung Kakatua dari lagu.
Menurut Rahmadi Rahmad dari Perhimpunan Burung Indonesia di Bogor, Kakatua di Indonesia yang tersebar di kawasan Wallacea terancam punah.
BirdLife International selaku otoritas ilmiah Badan Konservasi Dunia (IUCN) untuk semua jenis burung di dunia menilai tiga dari tujuh jenis kakatua yang hanya ada di Indonesia menghadapi ancaman kepunahan.
Tiga jenis Kakatua itu adalah Kakatua Maluku, Kakatua Putih, dan Kakatua Tanimbar.
Mereka menghadapi berbagai tekanan yang dapat melenyapkan populasi mereka di alam bebas.
Sedangkan, kakatua kecil jambul-kuning, yang juga terdapat di Timor-Leste, memiliki status keterancaman tertinggi: kritis.
Rahmadi menjelaskan, penyebab kelangkaan Kakatua di Indonesia adalah penangkapan liar yang dilakukan orang-orang tak bertanggung jawab.
"Juga perdagangan internasional yang tidak memperhatikan keberlangsungan populasi," kata dia, Selasa 2 November 2010.
Tak hanya itu, spesies Kakatua dan paruh bengkok lainnya menghadapi ancaman kehilangan habitat. Hutan tempat mereka hidup dialihfungsikan untuk lahan komersial.
"Setiap tahunnya pada periode 2006 hingga 2009, laju deforestasi mencapai 31 juta hektar per tahun," tambah dia.
Diakui Rahmadin, tiga jenis Kakatua bisa dijumpai di hutan sekunder maupun hutan yang telah mengalami proses pembalakan. Bahkan, Kakatua Putih dianggap cukup toleran dengan hutan modifikasi.
Namun, "ketiganya sangat membutuhkan tutupan hutan alam dengan tutupan tajuk rapat, terutama ketersediaan pohon besar sebagai sarang," tambah dia.
Untuk mencegah Kakatua tinggal nama, BirdLife International mengembangkan program konservasi berbasis standar dan kriteria yang diterima dan dapat diaplikasikan secara global.
Program konservasi ini tidak hanya mengenali, mendokumentasikan dan melindungi jaringan kawasan-kawasan penting bagi burung, namun juga kekayaan hayati lainnya.
Program ini dikenal sebagai Important Bird Area (IBA) atau Daerah Penting bagi Burung (DPB).
[Ayatullah Humaeni| Bogor]
• VIVAnews
0 comments:
Post a Comment