0

NC-212

Pesawat angkut NC-212 adalah Pesawat sayap tetap yang pertama kali dibuat PT. Dirgantara Indonesia (PT. DI). BJ Habibie memulai era baru dirgantara Indonesia melalui pesawat ini, karena dari pesawat 18 penumpang hasil transfer teknologi CASA Spanyol ke PT. DI inilah pesawat-pesawat lebih modern seperti CN-235 keluar dari hangar PT. DI. Di dalam negeri, NC-212 digunakan oleh seluruh angkatan, baik TNI AD, TNI AL, maupun TNI AU sebagai penerjun pasukan, angkut logistik, ambulance udara, dan maritime patrol. Untuk versi sipilnya NC-212 banyak digunakan oleh penerbangan perintis seperti Merpati atau Pelita Air. Pesawat ini juga dilengkapi ramp door untuk pengiriman kargo.
PT. Dirgantara Indonesia adalah satu-satunya perusahaan pesawat yang mempunyai lisensi untuk membuat pesawat jenis ini di luar pabrik pembuat utamanya.

Sejarah

Pada akhir 1960-an, Angkatan Udara Spanyol masih mengoperasikan pesawat kuno Junkers JU 52 dan Douglas C 47. CASA merancang C-212 sebagai alternatif modern, prototipe pertama terbang pada 26 Maret 1971. Pada 1974, Angakatan Udara Spanyol memutuskan untuk membeli C-212 untuk memordenisasi armadanya.

Ketika maskapai penerbangan sipil melihat keberhasilan tipe ini pada operasi militer, CASA membuat versi komersial sipil yang dikirim pertama kali pada bulan Juli 1975. Sampai 2006 masih tercatat beberapa pesawat ini masih operasional di seluruh dunia termasuk Merpati untuk jalur perintis di Timur Indonesia.

Ada beberapa varian C-212, mereka adalah:
Seri 100

NC212-100 (Foto AIRLINERS.NET)
  • C-212A - versi produksi militer orisinal. Dikenal juga dengan C-212-5, C-212-5 series 100M, dan oleh Angkatan Udara Spanyol sebagai T-12B and D-3A (untuk pesawat medevac) diproduksi 129 buah
  • C-212AV - versi transportasi VIP, T-12C
  • C-212B - 6 C-212A pra-produksi dikonversi untuk misi photo reconnaisssance , TR-12A
  • C-212C - versi sipil orisinal
  • C-212D - 2 C-212A pra-produksi dikonversi untuk keperluan pelatihan navigasi, TE-12B.
  • NC-212-100 - Diproduksi di bawah lisensi di Indonesia sejak 1976, PT. Dirgantara Indonesia memproduksi 28 NC-212-100 sebelum beralih ke NC-212-200.
Seri 200

NC212-200 MPA TNIAL (Foto Indoflyer)

Versi lebih panjang dengan mesin baru diperkenalkan pada tahun 1979. CASA C-212-200 juga populer sebagai pesawat skydiving , dikenal karena mempunyai kapasitas besar, menanjak dengan cepat dan pintu keluar belakang yang besar.

  • C-212 seri 200M - versi militer; dikenal juga dengan nama T-12D di Spanyol dan Tp 89 untuk Angkatan Udara Swedia. SpesialisASW dan maritime patrol aircraft juga diproduksi untuk versi ini.
  • NC-212-200 - C-212-200 - dibuat di bawah lisensi oleh PT. Dirgantara Indonesia.

Seri 300

Versi produksi standar mulai dari tahun 1987. Dilengkapi winglet untuk performa lebih baik.

  • C-212-M seri 300 atau Seri 300M - versi militer
  • C-212 seri 300 airliner - pesawat regional 26 kursi
  • C-212 seri 300 utility - versi penggunaan sipil 23 kusi
  • C-212 seri 300P - versi penggunaan sipil dengan mesin Pratt & Whitney Canada PT6A-65
Seri 400

NC212-400

Versi yang sedikit lebih besar, pertama kali terbang tahun 1987.
Kode militer Amerika Serikatnya adalah C41.


Ciri Ciri Umum
  • Kru: Dua pilot
  • Kapasitas: sampai 20 pasukan, 12 liter, atau kargo 2.820 kg
  • Panjang: 16,15 m
  • Bentang sayap: 20,28 m
  • Tinggi: 6,60 m
  • Area sayap: 41 m²
  • Berat kosong: 4.400 kg
  • Berat isi: kg ( kg)
  • Maksimum Takeoff (MTOW): 8.000 kg
  • Tenaga Penggerak: 2x Garrett AiResearch TPE-331-10R-513C, masing-masing 690 kW (925 shp)
Performa
  • Kecepatan maksimal: 370 km/j (230 mpj)
  • Jarak: 1.433 km (895 mil)
  • Ketinggian maksimal: 7.925 m (26.000 kaki)
  • Daya tanjak: 497 m/menit (1.630 kaki/menit)
  • Wing loading: kg/m² ( lb/kaki²)
  • Power/berat: kW/kg ( hp/lb)
Persenjataan
  • Sampai 500 kg (1.100 lb) senjata pada 2 cantelan. Biasanya, pod senapan mesin atau peluncur roket.
Operator Militer
  • Afrika Selatan
  • Amerika Serikat
  • Angola
  • Argentina
  • Bolivia
  • Myanmar
  • Chad
  • Chili
  • Djibouti
  • Guinea Khatulistiwa
  • Guinea
  • Ghana
  • Indonesia
  • Kolombia
  • Lesotho
  • Meksiko
  • Nikaragua
  • Panama
  • Paraguay
  • Perancis
  • Portugal
  • Spanyol
  • Swedia
  • Sudan
  • Suriname
  • Thailand
  • Uni Emirat Arab
  • Uruguay
  • Venezuela
  • Yordania
  • Zimbabwe
Setelah melakukan kontrak kerja sama dengan EADS CASA, November 2006, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) kini telah mengantongi lisensi sebagai produsen dan perakit pesawat C212-400 dengan dilengkapi seluruh fasilitas produksi yang didapat dari San Pablo.

CASA Memindahkan Fasilitas Produksi C212-400 Ke PT DI


PT Dirgantara Indonesia (Persero) satu-satunya industri pesawat terbang yang ada di dunia yang direkomendasi EADS CASA (Spanyol) untuk memproduksi pesawat C212-400. Untuk merealisasikan program pembuatan pesawat jenis propeler ini maka seluruh fasilitas produksi yang ada di CASA akan dipindahkan ke PT Dirgantara Indonesia yang berlokasi di Bandung.

Menurut Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Budi Santoso, dengan adanya pemindahan fasilitas produksi dari CASA ke PTDI tentunya semua pesanan melalui EADS CASA (Spanyol) maka pembuatan pesawat C212-400 dilaksanakan di Bandung. "Berapa banyakpun EADS CASA menjual pesawat ini, pembuatannya tetap di PTDI," ujar Budi Santoso di sela-sela penandatanganan MoU Pembelian 10 unit pesawat C212-400 antara PTDI-MNA di Kantor Kementerian BUMN, Senin (28/1).

Sementara itu di tempat yang sama, disaksikan Menteri Negara BUMN, Sofyan Djalil, PTDI menandatangani fasilitas kredit senilai US$100 juta, dari Bank BNI (US$50 juta) dan dari Bank BRI (US$50 juta). (Ant/OL-03)


Wikipedia , Kompas
0

IPTEK TTG : TEROPONG BIDIK MALAM SENAPAN













Teropong Bidik Malam [FOTO Defense Studies]


Kemampuan Indonesia di bidang pertahanan dan keamanan memang sudah sepantasnya disejajarkan dengan negara-negara asing. Buktinya banyak peralatan yang mendukung pertahanan dan keamanan bangsa yang bisa dibuat di dalam negeri oleh putra bangsa. Salah satu contohnya adalah Teropong Bidik Malam Senapan (TBMS), buatan para ahli di Pusat Penelitian Kalibrasi, Instrumentasi, dan Metrologi (Puslit KIM) LIPI.

Menurut Ahmad Harimawan, Peneliti Instrumentasi di Puslit KIM LIPI, TBMS ini dirancang khusus untuk membidik/menembak tepat dan pengamatan pada malam hari. TBMS ini terdiri dari rumah utama (Housing) yang didalamnya terpasang unit lensa obyektif, Image Intensifier generasi 2 yang digabungkan dengan sumber tegangan, dan unit Ocular. Alat ini memiliki kemampuan untuk melihat obyek yang berada pada sumber cahaya yang sangat minim sekalipun, pemakai dapat melihat dan mengamati sasaran tanpa menggunakan bantuan cahaya buatan sehingga tidak mudah terdeteksi oleh musuh.

TBMS ini terutama dirancang untuk digunakan pada senapan infantri TNI seperti type SS1 yang sudah diproduksi 120 unit untuk digunakan di Papua pada thn 2004 dengan senapan mesin dan adaptor yang sesuai. Kalau untuk kalangan Sipil digunakan untuk survey dan penelitian pada waktu malam hari. TBMS sudah teruji kehebatannya. Kemampuan jarak pandang tergantung cuaca alam sekitar. Mis. Kalau ada binatang, bisa dideteksi hingga 300 meter.

LIPI juga sudah membuat Teropong Bidik Siang, dan saat ini sedang mengembangkan teropong bidik generasi keempat yang sudah dibuat para ahli di Puslit KIM LIPI. Generasi pertama dari Teropong Bidik Malam ini, sudah terbukti ketangguhannya ketika TNI berperang melawan Fretlin di Timor-Timur.

Yang membanggakan, lensa optic yang digunakan pada TBMS ini benar-benar dibuat sendiri oleh para ahli LIPI. “Kualitasnya pun sudah sejajar dengan alat yang diimpor dari luar negeri, diantaranya:

-Tahan udara lembab dan kedap air (standard spesifikasi militer)

-Tahan terhadap getaran tembakan 500 butir peluru (perubahan kedudukan fisir/titik bidik maksimum 1 klik).

TBMS juga dapat digunakan dengan dipegang langsung atau dengan tripod. Dan yang terpenting lagi, dari aspek kemampuan SDM, kita kuat”, tegas Harimawan.

Namun menurut Harimawan, TBMS masih mempunyai kelemahan, yaitu tidak mampu menembus kabut Hal ini akan terus dicari solusinya oleh para ahli LIPI. Kendala lain yang ditemui para ahli kita di LIPI selama mengembangkan TBMS ini, diantaranya kenadala teknis dan juga sosialisasi dari pengembangan industri TBMS. Untuk produksinya masih mengalami hambatan kekurangan dana, dan untuk sosialisasinya harus mengikuti prosedur/ birokrasi.

Yang jelas akan ada banyak teknologi yang akan dikembangkan dalam pembuatan TBMS ini nantinya. Tentu saja, para ahli di LIPI menginginkan perkembangan ini akan menambah daya guna bagi TBMS.

Akhirnya, Harimawan, mewakili para ahli di LIPI mengharapkan support dari pemerintah. Diharapkan pemerintah membentuk industri teknis untuk mensupport hasil/produk peneliti, khususnya produk Hankam. Mis. Dengan membuat Industri Strategis. Diharapkan juga Kementerian Ristek dapat mendiseminasikan iptek kepada instansi terkait untuk dapat dikembangkan lebih lanjut, supaya tidak sia-sia. (gs.y-adpkipt)

Ristek
0

Telkom & LAPAN Genjot Teknologi Satelit

Jakarta - PT Telkom Tbk (Persero) menggandeng Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) untuk kerjasama di bidang pengembangan dan pemanfaatan teknologi satelit dan produk lainnya.

Kerjasama tersebut ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara Direktur Utama Telkom Rinaldi Firmansayh dan Kepala LAPAN Adi Sadewo Salatun di kantor Telkom, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Jumat (22/1/2010).

Menurut Vice President Public and Marketing Communication Telkom Eddy Kurnia, tahap awal kerjasama itu adalah penyertaan personil LAPAN untuk mengikuti program internship pada pabrik satelit Telkom-3 di Rusia.

"Selain itu, kerjasama ini juga mencakup pemanfaatan data Citra-Satelit yang disediakan LAPAN untuk kebutuhan Telkom," katanya.

Telkom juga akan memanfaatkan fasilitas Telemetry Tracking and Command (TT&C) milik LAPAN untuk back-up operasi pengendalian Satelit Telkom-1, 2 dan 3 dalam kondisi darurat, serta kerjasama desain dan perencanaan sistem satelit komunikasi GEO maupun LEO.

Menurutnya, tanggal 30 Januari 2010 mendatang, sebanyak dua tenaga ahli LAPAN dan 5 orang dari Telkom akan berangkat ke Zhelesnogorsk, Krasnoyarsky, Rusia untuk mengikuti internship selama 18 bulan.

Keterlibatan tenaga LAPAN ini memiliki keuntungan bagi kedua belah pihak, di antaranya pertukaran teknologi di bidang satelit dan roket, meningkatkan realibility pengendalian satelit milik Telkom dengan pemakaian stasiun TT&C LAPAN di Biak dan meningkatkan kepercayaan pasar terhadap kemampuan dan kehandalan operasi pengendalian satelit Telkom.( ang / ash )

detikInet
0

Anak Bantul Membuat Roket

VIVAnews -- Ardi Ahmad Syarif, pelajar SMP di Kabupetan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta akan mewakili Indonesia dalam lomba roket air tingkat Internasional yang akan berlangsung di Bangkok, Thailand pada 25 Januari 2010 mendatang.

Pelajar kelas II, SMP Negeri 1, Kasihan Bantul, Yogyakarta ini mewakili Indonesia setelah menjadi pemenang pertama lomba roket air tingkat nasional yang digelar pada tanggal 29 Oktober 2009 di Lapangan Trirenggo, Kabupaten Bantul dengan menyingkirkan 59 finalis dari seluruh Indonesia.

Rencananya, Ardi Ahmad Syarif akan berangkat ke Bangkok, Thailand pada tanggal 22 Januari 2010 besok didampingi oleh guru pembibingnya dan perwakilan dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).

"Ini prestasi yang sangat membanggakan bagi Kabupaten Bantul karena salah satu putra terbaik dari Bantul memakili Indonesia dalam ajang lomba roket air tingkat dunia," ujar Idham Samawi, Bupati Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta(DIY), Kamis, 21Januari 2010

Meski seluruh biaya akomodasi dan segala fasilitas lainnya nantinya ditanggung pemerintah pusat, namun Pemkab Bantul tidak akan tinggal diam. Selain doa, Pemkab juga akan memberikan uang saku kepada Ardi Ahmad Syarif. "Kami berharap, Ardhi nantinya dapat membawa harum nama bangsa Indonesia ketingkat Internsional," ujarnya.

Ardi Ahmad Syarif sendiri ketika ditanya target saat lomba roket air di Bangkok, Thailand menyatakan tidak penya target tertentu, namun targetnya adalah membawa harum nama Kabupaten Bantul khususnya dan Bangsa Indonesia. "Kalau saya sudah memasang target nantinya saya tidak bisa berkonsentrasi dalam pelaksanaan lomba," tuturnya

Lebih lanjut Ardi menyatakan untuk persiapan lomba di Bangkok, dirinya selama dua minggu ini terus melakukan latihan setiap pagi maupun sore setalah jam sekolah selesai dibawah bimbingan guru pembibingnya yaitu Bapak Warjiyo.

Suwarno ayah dari Ardi Ahmad Syarif menyatakan, kreativitas anaknya sudah terlihat sejak kanak-kanak. Ia mencontohkan bawah putra dapat merangkai alat penjepit jemuran (jepitan baju) menjadi mainan robot-robotan ataupun mainan yang menyerupai pesawat terbang.

VIVANews
0

TNI AL Buat Kapal Cepat Rudal di Batam

Senin, 18 Januari 2010 | 02:54 WIB

Batam, Kompas - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut memesan kepada perusahaan perkapalan PT Palindo Marine Shipyard di Batam, Kepulauan Riau, untuk membuat kapal cepat rudal. TNI AL membutuhkan 22 kapal cepat rudal untuk memenuhi kebutuhan minimal dalam 15 tahun mendatang.

Hal itu dikatakan Kepala Staf TNI AL (KSAL) Laksamana Madya Agus Suhartono saat mengunjungi pabrik pembuatan kapal cepat rudal (KCR) di PT Palindo Marine Shipyard (PMS), Batam, Sabtu (16/1).

Agus menjelaskan, kini TNI AL baru memesan satu KCR di PT PMS. Namun, sampai 2014, ditargetkan empat KCR dapat dibuat. ”Tetapi, itu bergantung pada anggaran dan proses lelang,” katanya.

Menurut Agus, nilai proyek pembuatan satu KCR yang dilengkapi alat navigasi dan komunikasi mencapai Rp 60 miliar. Namun, sistem persenjataan, seperti meriam dan rudal, dilengkapi kemudian oleh TNI AL.

Nilai pengadaan persenjataan untuk KCR, kata Agus, mencapai 20 juta dollar Amerika Serikat. Untuk pengadaan sistem persenjataan KCR, TNI AL akan memesan dari China atau Korea.

KCR yang dibuat di PT PMS sepanjang 43 meter dengan kecepatan maksimal 28 knot. Kerangka dan lambung KCR dibuat dari besi baja. Daya tampung bahan bakar sebanyak 50 ton. Adapun material bangunan atas dibuat dengan bahan aluminium. Proses pembuatan satu KCR selama 12 bulan.

Agus menambahkan, pemerintah berkomitmen mengembangkan industri pertahanan dalam negeri. Karena itu, industri perkapalan di dalam negeri harus dapat membuat kapal yang diinginkan TNI AL.

Dalam kesempatan tersebut, Managing Director PT PMS Harmanto mengungkapkan, PT PMS adalah perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN) atau swasta nasional. PT PMS selama ini memproduksi kapal cepat.

Menurut Harmanto, karyawan PT PMS sebanyak 300 orang. Selain pesanan dari TNI AL, PT PMS juga melayani pesanan kapal cepat dari mancanegara, terutama Singapura. Dengan adanya pesanan yang banyak, jumlah tenaga kerja pun saat ini ditambah menjadi sekitar 500 orang. (FER)

KOMPAS
0

SEAMON

Seamon merupakan sistem pemantau situasi perairan sebuah wilayah yang melibatkan peralatan pemantauan (surveillance) yang dipasang pada wilayah tersebut, baik permanen (fixed) maupun bergerak (mobile) di atas kapal misalnya, berikut piranti lunak pendukungnya. Data yang tertangkap peralatan pemantauan dapat dimonitor secara lokal di tempat peralatan dipasang maupun dikirim ke tempat lain, misalnya di pusat komando, untuk dimonitor secara remote dan terpadu.

Peralatan pemantauan yang digunakan pada sistem ini adalah radar permukaan (surface radar), Automatic Identification System (AIS), dan kamera jarak jauh. Data dari ketiga peralatan ini, baik diperoleh secara otomatis maupun manual, diproses dengan aplikasi Data Processing menjadi sekumpulan data dengan format dan struktur tertentu sehingga mudah ditransmisikan ke tempat lain, baik ke sistem lokal maupun sistem pusat. Setelah masuk ke database, data tersebut bisa ditampilkan ke Display System berbasis peta di kedua lokasi.

Data object-object bergerak di wilayah perairan yang tertangkap radar serta data AIS hasil kiriman kapal-kapal (yang sudah dilengkapi AIS sesuai standar internasional) yang berlayar di sekitar peralatan terpasang memberikan gambaran situasi lalu lintas perairan sebuah wilayah dalam coverage peralatan tersebut. Integrasi data dari keduanya bisa dianalisa lebih lanjut untuk menghasilkan informasi object mana saja yang teridentifikasi (identified object) dan mana yang belum teridentifikasi (unidentified object) sehingga lebih layak untuk diperhatikan dalam monitoring situasi perairan. Jepretan kamera terhadap object-object tak teridentifikasi ini diperlukan untuk memberikan tambahan informasi visual terhadap object dimaksud. Informasi-informasi ini layak menjadi bahan bagi pengambil keputusan yang berwenang untuk dilakukannya tindakan lebih lanjut jika memang diperlukan.

Integrasi beberapa stasiun peralatan pemantauan (surveillance station) ini akan menghasilkan gambaran situasi perairan di sepanjang laut atau selat, tergantung pada letak dan coverage peralatan yang dipasang. Ditambah dengan informasi dari sumber-sumber informasi lain (internal), maka seaMont menjadi sebuah sistem surveillance untuk wilayah maritim yang semakin lengkap dan sangat membantu dalam proses pengambilan keputusan.

Sistem ini dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan klien, baik institusi pemerintah maupun swasta dalam rangka memantau situasi perairan sesuai kebutuhan. Hal ini sangat relevan mengingat wilayah Indonesia 2/3 terdiri dari laut.

Manfaat diimplementasikannya sistem ini adalah:

  1. Membantu memberikan data yang lebih real tentang situasi perairan sebuah wilayah.
  2. Membantu identifikasi object-object di perairan yang lebih layak mendapatkan perhatian dalam monitoring.
  3. Menjadikan sistem ini sebagai alat bantu pengambilan keputusan terhadap ditemukannya object-object yang mencurigakan dengan lebih cepat dan berdasar.
  4. Mengembangkan pilot project bagian dari sistem C4ISR (Command, Control, Communications, Computers, Intelligence, Surveillance and Reconnaissance).

Sistem ini dikembangkan dengan keunggulan teknologi sebagai berikut:

  1. Radar data processing dikembangkan oleh tenaga ahli dalam negeri dengan mengembangkan algoritma sendiri.
  2. Kemampuan komunikasi data antar lokasi yang multi-thread, multi-point, dan interoperable.
  3. Dilengkapinya sistem dengan kemampuan integrasi antar data radar dan AIS dari satu sumber atau lebih dengan algoritma yang diciptakan sendiri.

Dilengkapinya sistem dengan kemampuan koneksi Display System yang multi-tasking, multi-user dan multi-point.

Infoglobal
0

N250 Gatot Kaca

Pesawat N250 Gatot Kaca (Foto AIRLINERS.NET)

Pesawat N-250 adalah pesawat regional komuter turboprop rancangan asli IPTN (Sekarang PT DI, Indonesian Aerospace), Indonesia. Menggunakan kode N yang berarti Nusantara menunjukkan bahwa desain, produksi dan perhitungannya dikerjakan di Indonesia atau bahkan Nurtanio, yang merupakan pendiri dan perintis industri penerbangan di Indonesia. berbeda dengan pesawat sebelumnya seperti CN-235 dimana kode CN menunjukkan CASA-Nusantara atau CASA-Nurtanio, yang berarti pesawat itu dikerjakan secara patungan antara perusahaan CASA Spanyol dengan IPTN. Pesawat ini diberi nama gatotkoco (Gatotkaca).

Pesawat ini merupakan primadona IPTN dalam usaha merebut pasar di kelas 50-70 penumpang dengan keunggulan yang dimiliki di kelasnya (saat diluncurkan pada tahun 1995).
Menjadi bintang pameran pada saat Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng. Namun akhirnya pesawat ini dihentikan produksinya setelah krisis ekonomi 1997. Rencananya program N-250 akan dibangun kembali oleh B.J. Habibie setelah mendapatkan persetujuan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan perubahan di Indonesia yang dianggap demokratis. Namun untuk mengurangi biaya produksi dan meningkatkan daya saing harga di pasar internasional, beberapa performa yang dimilikinya dikurangi seperti penurunan kapasitas mesin,dan direncanakan dihilangkannya Sistem fly-by wire.

Pertimbangan B.J. Habibie untuk memproduksi pesawat itu (sekalipun sekarang dia bukan direktur IPTN) adalah diantaranya karena salah satu pesawat saingannya Fokker F-50 sudah tidak diproduksi lagi sejak keluaran perdananya 1985, karena perusahaan industrinya, Fokker Aviation di Belanda dinyatakan gulung tikar pada tahun 1996.

Performa Pesawat

Pesawat ini menggunakan mesin turboprop 2439 KW dari Allison AE 2100 C buatan perusahaan Allison. Pesawat berbaling baling 6 bilah ini mampu terbang dengan kecepatan maksimal 610 km/jam (330 mil/jam) dan kecepatan ekonomis 555 km/jam yang merupakan kecepatan tertinggi di kelas turprop 50 penumpang.Ketinggian operasi 25.000 kaki (7620 meter) dengan daya jelajah 1480 km. (Pada pesawat baru, kapasitas mesin akan diturunkan yang akan menurunkan performa).


Berat dan Dimensi

* Rentang Sayap : 28 meter
* Panjang badan pesawat : 26,30 meter
* Tinggi : 8,37 meter
* Berat kosong : 13.665 kg
* Berat maksimum saat take-off (lepas landas) : 22.000 kg

(Meski mesin N 250 diturunkan kemampuannya, dimensi tidak akan diubah)

Sejarah

Rencana pengembangan N-250 pertama kali diungkap PT IPTN (sekarang PT Dirgantara Indonesia, Indonesian Aerospace) pada Paris Air Show 1989. Pembuatan prototipe pesawat ini dengan teknologi fly by wire pertama di dunia dimulai pada tahun 1992.
Pesawat pertama (PA 1, 50 penumpang) terbang selama 55 menit pada tanggal 10 Agustus 1995. Sedangkan PA2 (N250-100,68 penumpang) sedang dalam proses pembuatan.

Saingan pesawat ini adalah ATR 42-500, Fokker F-50 dan Dash 8-300.

Video N250 :







Indoflyer
0

Roket FFAR 2,75 inci

Roket FFAR produksi PT. Dirgantara Indonesia (photo : Bronco1978-Kaskus Militer)

FFAR
(Fin Folding Aerial Rocket ) 2,75 Inci merupakan roket kecil udara ke darat yg populer digunakan pesawat udara. Diawali dgn Transfer of Technology (ToT) dari roket Lesca buatan Eropa, Indonesia kemudian membuat FFAR, Lisensinya dari FZ belgia, pertama kali diproduksi pada 1981. Hingga kini roket ini dibuat oleh divisi senjata PT DI dan masih menjadi bagian sistem senjata utama pesawat udara TNI AU dan AD.

PT DI membuat dua varian dari roket ini, yakni RD 701 berbasis FFAR Mk 4 dan RD 7010 berbasis FFAR Mk 40. RD 701 digunakan pesawat tempur ( hi-speed aircraft ), sedang RD 7010 untuk Helikopter (low-speed aircraft). PT DI juga membuat beberapa jenis hulu ledak untuk roket ini. Diantaranya WD 701 (HE), WD 703 (smoke) dan WD 704 (inert).

PT DI sampai kini telah membuat 60% bagian FFAR didalam negeri, sisanya kami import seperti propelan (bahan bakar roket). PT DI terus mempelajari dan memodifikasi teknologi itu, sehingga bisa diproduksi sendiri. kedepan PT DI diharapkan dapat membuat roket balistik 122 mm jarak 20-40 km, roket semi kendali daya jangkau 300 km.

Spesifikasi FFAR :
Diameter : 70 mm (2,75 Inci)
Panjang : 1005,9 mm
Berat : 5 kg

Tahun ini akan memproduksi sedikitnya 10.000 roket Fin Folding Aerial Rocket untuk memenuhi permintaan Departemen Pertahanan menyusul kebijakan pemerintah yang memprioritaskan penggunaan produksi dalam negeri. Roket yang sebagian besar materialnya berasal dari komponen lokal itu sebenarnya memiliki kapasitas produksi hingga 20.000 unit per tahun.
Roket jenis FFAR memiliki tiga tipe berdasarkan diameter serta jarak luncur, yakni tipe MK 60 dengan diameter 100 mm serta tipe MK4 dan MK40 berdiameter 67 mm. Semua peralatan ini sebagian besar diserap oleh TNI dan sebagian lainnya diekspor ke sejumlah negara.
NDL 40 peluncur roket PT DI

NDL 40

Kemampuan membuat Roket ini menghasilkan spin-off peluncur roket NDL40. Pada 1997 PT DI membuat NDL 40 untuk keperluan angkatan darat dan pada 2005 untuk keperluan angkatan laut. Produk ini sangat cocok menggantikan peluncur Roket Marinir TNI AL yg telah uzur. PT DI melengkapi dengan sistem peluncur otomatis diatas truk yg mudah dicari di pasaran, sehingga spare part akan terjamin dari embargo luar negeri. Format NDL 40 sangat praktis dan dapat di copot maupun ditambahkan sesuai kebutuhannya. Direncanakan PT. Pindad akan memasang roket ini pada panser buatannya menggunakan peluncur NDL-40.

( BUMN-RI ) dll