0

Jangan Malu untuk Memulai "Nge-blog"

Para blogger memanfaatkan warung angkringan di Jalan Langsat I, Jakarta Selatan, untuk kopi darat.(KOMPAS/YUNIADHI AGUNG)

KOMPAS.com
- Pada masa awal kelahirannya, blog atau situs pribadi dianggap sebelah mata, bahkan cenderung dilecehkan. Sampai sekarang pun sikap nyinyir terhadap bloger tidak pernah hilang. Disebutlah bloger itu narsis yang buang-buang waktu percuma. Persis lahirnya sebuah revolusi, kehadiran awalnya diragukan.

Sekarang, orang yang melek internet tetapi belum nge-blog, istilah merujuk aktivitas dalam membuat dan mengisi blog, dianggap tertinggal zaman. Blog sudah menjadi gaya hidup, mulai dari anak sekolah dasar, selebriti, sampai menteri. Bahkan, 94 dari 96 suratkabar cetak terbaik di Amerika Serikat memiliki blog. Hanya empat surat kabar saja yang "jadul" alias terseret zaman karena tidak memiliki blog.

Jelaslah, di belahan dunia sana blog sudah masuk salah satu kriteria penting sebagai penentu berkualitas tidaknya sebuah surat kabar. Beberapa surat kabar cetak di Indonesia sudah memiliki kesadaran lebih dini dengan membuat blog sebagai tempat curhat para wartawannya atau tempat mengekspos kegiatan keseharian surat kabar itu, yang tidak mungkin termuat dalam surat kabar.

Di Eropa atau Amerika, surat kabar online pun memiliki blog sendiri-sendiri, plus blog pribadi wartawannya yang bisa diklik di jajaran navigasi global pada tampilan surat kabar online tersebut. Ada "cerita di balik berita" yang lebih bebas terungkap dalam blog, yang kadang justru lebih menarik daripada peristiwa itu sendiri.

Ada forum dialog intens yang hangat antara wartawan dan para pembaca. Ada keakraban di sana. Seluruh wartawan, editor, dan pemilik surat kabar bisa disapa serta ditanya tentang berbagai hal. Wartawan yang menulis berita tidak lagi asal lempar tulisan setelah itu tutup telinga: "terserah tulisanku mau dibaca atau tidak, pokoknya masa bodoh".

Hubungan antara koran yang diwakili wartawan dan para pembacanya menjadi berjarak. Wartawan kerap dicap sebagai "orang pintar" yang duduk di menara gading, yang sulit dan tidak bisa disapa pembaca. Akan berbeda persoalannya jika sebuah surat kabar memiliki blog sendiri. Suasana lebih akrab bisa terjalin karena dipersatukan minat yang sama. Wartawan yang biasa menulis rubrik khusus, seperti otomotif, teknologi informasi, dan politik, memiliki "basis massa" pembaca yang luar biasa besar.

Sayang, selama ini aliran informasi hanya satu arah sifatnya. Tidak ada dialog interaktif untuk menangkap umpan balik (feedback) pembacanya, yang kemungkinan ada persoalan baru lainnya yang muncul dari hasil dialog interaktif itu untuk bahan tulisan berikutnya. Bukankah dalam dunia media online ada adagium bahwa berita adalah percakapan itu sendiri?

Wartawan memang manusia supersibuk yang tidak punya waktu membalas sapaan pembacanya di blog. Membalas sapaan pembaca di blog berarti buang-buang waktu sehingga waktu untuk menulis tersita. Tentu saja wartawan tidak harus memelototi blog tiap hari. Kalau tidak punya waktu, barangkali cukup seminggu sekali, sebulan dua kali, atau boleh juga sebulan sekali. Sekadar "say hello" saja kepada pembacanya.

Maka, berkumpulnya para blogger dari berbagai penjuru Tanah Air di Blitz Megaplex Jakarta, 27 Oktober lalu, menjadi penting. Selain menunjukkan keberadaan para blogger, ada semangat memperekat komunitas blogger. Meski belum pernah bertemu secara fisik dan hanya bertutur sapa di dunia maya lewat media maya, toh pertemuan itu menjadi "kopi darat" pertama yang terbesar. Beberapa wartawan peliput acara yang kemudian diklaim sebagai "Hari Blogger Nasional" itu adalah bloger, karena kesadaran mereka untuk berada dalam satu komunitas yang sama, yang sudah terbiasa saling menyapa dalam dunia maya.

Jumlah 130.000 blogger Indonesia belum apa-apa dibandingkan dengan penduduk Indonesia yang sudah menyundul angka 230 juta jiwa. Namun, melihat antusias orang yang terus membuat blog di seluruh dunia, jumlah itu rasanya terlalu kecil. Tengok Wordpress, salah satu situs penyedia blog terdepan saat ini, di mana setiap harinya mencatat 50.000 pembuat blog baru. Anda? Jangan malu untuk memulai!


KOMPAS

0

Indonesia Butuh Armada Pesawat Ampibi

Pesawat amfibi Dornier Seastar yg berencana di produksi PT DI(photo grzimek)

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia sebagai negara kepulauan membutuhkan armada pesawat ampibi yang bisa mendarat dan tinggal landas di air untuk menjangkau daerah terpencil dan sangat berguna sebagai sarana tanggap bencana. Pengamat penerbangan Dudi Sudibyo yang ditemui di Jakarta, Sabtu (30/10/2010) kemarin mengatakan, terakhir kali satuan pesawat ampibi digunakan untuk operasi pemadaman kebakaran hutan Kalimantan tahun 1997.

"Waktu itu disewa pesawat ampibi water bomber Beriev 200 buatan Russia. Pesawat itu juga memiliki bucket untuk mengangkut air sungai atau danau yang ditumpahkan di sumber api," kata Dudi. Pesawat sejenis yang popular di dunia saat ini adalah Bombardier CL-142 buatan Kanada. Jepang juga memiliki pesawat sejenis yakni Shinmewa yang merupakan turunan dari tipe pesawat ampibi yang mereka gunakan semasa Perang Dunia II, Kawanishi.

Pesawat ampibi ujar Dudi, dapat digunakan untuk mengirim tenaga bantuan, logistik, hingga evakuasi medis secara cepat. "Kita belajar berulang kali terjadi bencana di daerah terpencil dan penanganan lambat karena ketiadaan sarana transportasi yang memadai. Pesawat ampibi merupakan salah satu solusi tanggap bencana dalam waktu dekat. Pesawat ampibi dalam situasi normal dapat digunakan untuk angkutan penumpang dan barang di tempat-tempat terpencil," Dudi menjelaskan.

Beberapa tahun lalu, dia menambahkan, pesawat Twin Otter dengan kemampuan ampibi masih beroperasi di Papua. Demikian pula di masa silam, diketahui para misionaris di Kalimantan mengoperasikan pesawat Cessna dengan kemampuan ampibi. Pada masa Hindia Belanda, dioperasikan pesawat ampibi canggih dari jenis Dornier DO-24 buatan Jerman dan PBY-5 Catalina. Pesawat-pesawat itu berjasa untuk mengevakuasi personel Sekutu ketika Pulau Jawa dan Sumatera diserang Jepang pada tahun 1942.

Pesawat ampibi Hindia Belanda sebagian berbasis di Pangalengan, Bandung dan Danau Situ Bagendit, Garut, di Jawa Barat. Pemerintah militer Jepang membangun pangkalan pesawat ampibi di Oosthaven (Teluk Betung dan Tanjung Karang, Lampung). Pada awal tahun 1950-an hingga 1960-an, TNI AU masih mengoperasikan pesawat ampibi jenis PBY-5 Catalina. Sedangkan TNI AL mengoperasikan pesawat ampibi Grumman Albatros hingga tahun 1970-an.


KOMPAS

0

Agar Pulih dari Serangan Monster

TEMPO/Bagus Indahono

TEMPO Interaktif
, Jakarta - Pembuluh darah di tungkai otak Tangguh pecah mendadak. Lima hari dirawat di rumah sakit, pria setengah baya ini pulang dengan badan setengah lumpuh. Meski terpincang saat berjalan, Tangguh (bukan nama sebenarnya) tetap teguh. Tangan kirinya menekuk kaku seolah orang patah lengan. "Bicaranya pun pelo (terbata-bata)," kata Setia, menceritakan pengalaman suaminya saat terkena stroke untuk pertama kalinya.

Bukannya membaik, serangan stroke berulang. Kondisi Tangguh kian parah. Semua anggota tubuhnya lumpuh total dan dia hanya bisa terbaring di tempat tidur. Tangguh tak bisa lagi mandiri. Dari makan, minum, mandi, ganti baju, hingga buang air harus dibantu orang lain. Saban hari Setia dan dua anaknya bergantian merawat Tangguh. "Sulit untuk sembuh total," kata Setia pekan lalu.

Ada jutaan penderita stroke di dunia yang bernasib serupa. Ibarat monster, stroke terus menebar maut. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) 2005 mencatat 35 juta penduduk dunia meninggal akibat penyakit tak menular seperti kardiovaskuler (hipertensi dan serangan jantung), kanker, dan stroke. Jumlah ini dua kali lipat lebih banyak dibanding kematian akibat penyakit menular (HIV/AIDS, tuberkulosis, dan malaria) pada tahun yang sama.

Kini stroke menjelma menjadi penyakit pembunuh nomor tiga di dunia. Setiap tahun jumlah penderita stroke meningkat. Bukan hanya kaum berusia tua, mereka yang berusia muda pun rentan lantaran pola hidup yang tak sehat. Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) menyatakan Indonesia sebagai negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia. Jika hal itu tidak diantisipasi, pada 2020, Yastroki memperkirakan, penderita stroke di republik ini bisa naik hingga dua kali lipat.

Lalu bagaimana memulihkan penderita stroke yang telanjur lumpuh seperti Tangguh? Ahli saraf dari Yastroki, Hermawan, pernah berkata proses pemulihan yang baik harus sesegera mungkin dilakukan setelah perawatan di rumah sakit. "Rehabilitasi pasca-stroke penting," katanya. Selain terapi obat-obatan, rehabilitasi pasca-stroke yang bisa dilakukan pasien meliputi terapi gangguan komunikasi, penguatan keterampilan motorik, latihan bergerak, terapi gerakan pelemasan, terapi penggunaan paksa, terapi psikologi, dan stimulasi listrik. Tentu butuh waktu lama dan biaya tak sedikit untuk melakukan terapi.

Nah, masalah itulah yang mendorong dua mahasiswa teknik elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember berikhtiar mencari solusi agar penderita pasca-stroke tak kehilangan fungsi motoriknya. Eka Adi Prasetyo dan Anindito Kusumojati membuat alat rehabilitasi otomatis yang dikenal sebagai stimulasi elektrik fungsional (functional electric stimulation, FES). Karya mereka dinobatkan sebagai juara Lomba Cipta Elektronik Nasional 2010 bidang biomedika pada 10 Oktober lalu.

FES merupakan metode latihan yang diberikan kepada pasien stroke untuk mengaktifkan kembali jaringan motoriknya. "Alat ini mampu menghasilkan rangsangan stabil karena prinsip kerjanya mirip sistem saraf," kata Eka, mahasiswa angkatan 2006.

Eka menjelaskan, stimulasi elektrik fungsional sangat mudah digunakan. Metode latihannya memang dirancang bekerja otomatis. Perangkat ini terdiri atas elektroda, rangkaian elektronik, dan komputer sebagai pengolah data. Cukup menempelkan elektroda pada anggota badan yang lumpuh, otomatis penderita stroke dapat merestorasi kemampuan motoriknya. Caranya, ya itu tadi, FES akan memberikan stimulasi listrik buatan pada otot agar dapat berkontraksi dan menghasilkan gerakan. Sistem eksternal pada FES dikendalikan oleh sistem bernama adaptive neuron fuzzy inference system (ANFIS).

Algoritma ANFIS ditanamkan di dalam komputer untuk mengenali seberapa parah kerusakan motorik pasien pasca-stroke. Dengan itu, perangkat rehabilitasi stroke dapat memberikan sinyal sesuai dengan kebutuhan pasien. Metode ini juga berfungsi untuk mengetahui perkembangan pasien sehingga sinyal yang diberikan pun otomatis disesuaikan. Pembuatan program inilah yang memakan waktu lama. "Butuh tiga bulan," kata Anindito, mahasiswa angkatan 2008.

Eka dan Anindito menambahkan, keunggulan sistem FES buatan mereka adalah mampu menjaga bentuk otot agar tak mengalami penyusutan atau deformabilitas. Otot penderita lumpuh yang tak dilatih bergerak cenderung statis dan sedikit demi sedikit menyusut. Untuk menggerakkan otot-otot itu diperlukan tekad kuat, tenaga, dan rasa sakit melalui metode terapi fisik manual. Tapi metode ini biasanya tak diminati penderita stroke. "Alat kami mampu melatih otot bergerak secara otomatis," kata Eka.

Ide pembuatan alat rehabilitasi stroke itu memang tidak orisinal muncul dari pemikiran mereka berdua. Adalah Dr Achmad Arifin, dosen teknik elektro ITS, yang banyak memberikan inspirasi. Alasannya, hari-hari ini metode rehabilitasi stroke masih didominasi alat-alat manual. "Belum lengkap dan belum mencukupi untuk memulihkan kondisi pasien," kata Eka. Kelebihan lain alat rehabilitasi stroke buatan Eka dan Anindito adalah biaya pembuatannya yang murah. Mereka hanya mengeluarkan Rp 800 ribu (belum termasuk komputer) untuk membeli seluruh perlengkapan elektroniknya.

Menurut Dr Achmad Arifin, alat rehabilitasi buatan anak didiknya dinilai mampu mengembalikan fungsi motorik pasien pasca-stroke. "Metode ini sudah dipakai di Jepang dan efektif," kata doktor lulusan Tohoku University ini. Perangkat rehabilitasi itu cocok dipadukan dengan terapi obat-obatan yang diberikan dokter. FES juga bisa digunakan untuk membantu memulihkan kelumpuhan akibat kecelakaan atau serangan penyakit lain--disesuaikan dengan program yang dibangun pembuatnya.

Guru besar Kelompok Keahlian Teknik Biomedika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Tati R. Mengko, mengatakan teknik biomedika, sebagai multidisiplin yang menerapkan berbagai metode rekayasa, sains, dan teknologi, harus terus diaplikasikan untuk membantu memecahkan masalah kesehatan masyarakat. Teknik biomedika terkait langsung dengan kebutuhan primer masyarakat, dengan ruang gerak seperti perancangan instrumen, sistem, pemodelan, analisis, atau rekayasa kimia. "Biomedika mampu memberikan kontribusi nyata dalam menunjang perkembangan dunia kesehatan," katanya.(Rudy Prasetyo)


TEMPOInteraktif

0

Belajar Banjir dari Gorong-gorong Yogyakarta

Peringatan Hari Ulang Tahun Kota Yogyakarta ke-254 berupa pawai Jogja Java Carnival berlangsung sepanjang Jalan Malioboro hingga Alun-Alun Utara Yogyakarta. TEMPO/Arif Wibowo

TEMPO Interaktif, Jakarta - "Kota Yogyakarta memang bebas banjir. Banyak inlet pembuangan, dan air di sistem drainase mengalir lancar," ujar Endar Sri Mulwati, Kepala Seksi Drainase Yogyakarta. Endar boleh bangga karena sehebat apa pun hujan mendera, termasuk hujan sepanjang tahun yang terjadi pada 2010 ini, air tak pernah meluap keluar dari gorong-gorong. Di tepi Jalan KH Dahlan, misalnya, puncak ketinggian air di dalam saluran setinggi 100 sentimeter dengan lebar 90 sentimeter paling banter 70-80 sentimeter saja.

Para pakar tata kota sepakat drainase yang baik bisa meminimalkan banjir. Prinsip itu dipraktekkan betul di Kota Yogyakarta. Selain terawat, ukuran gorong-gorong di kota pelajar ini tergolong besar, dari setinggi satu hingga 4,5 meter--saluran serupa di Jakarta cuma berukuran sekitar dua meter. Dengan panjang 316 kilometer menjalar di "perut" kota, sistem drainase itu menjadi pengering yang sangat efektif ketika hujan turun. Air yang masuk melalui inlet disalurkan ke Kali Code, Winongo, dan Gadjah Wong.

Senin pekan lalu, Tempo sempat mengintip ruas gorong-gorong di Jalan Panembahan Senopati, tepat di depan Gedung Bank Indonesia Yogyakarta. Bau tak sedap bak aroma septic tank berembus ketika dua petugas Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah membuka beton penutup saluran. Di dasar saluran, air mengalir setinggi mata kaki. Tak ada sampah yang tersangkut, dan kedua dinding saluran tampak kokoh. Lebar drainase ini 130 sentimeter, dengan tinggi 160 sentimeter.

Menurut Daldiri, petugas yang membuka gorong-gorong itu, pembersihan drainase dilakukan saban dua tahun. Saat dibersihkan, biasanya kedalaman lumpur mencapai sekitar setengah meter. "Pembersihan lumpur dilakukan setahun lalu. Saat ini ketinggian lumpur sudah setengah meter, dan tetap setengah meter hingga setahun ke depan," katanya. Daldiri mengatakan ketinggian lumpur yang konstan itu karena air mengalir lancar. Walhasil, material yang masuk ke saluran tak mandek, dan terangkut hingga ke pembuangan akhir.

Meski tak sebesar gorong-gorong di Njeron Beteng Wetan dan Kulon, yang lebarnya 2,5 meter dan tingginya 4,5 meter, saluran di dekat Bank Indonesia itu masuk sistem drainase vital yang berada di bawah kawasan berpenduduk padat di pusat Kota Yogyakarta. Sistem drainase ini dimulai dari kawasan Jetis menuju Tugu, melalui Jalan Mangkubumi, hingga membelah Jalan Malioboro dan berbelok ke kiri, tepat di depan Bank Indonesia. Saluran itu berlanjut ke Pojok Beteng Wetan dan bermuara di Kali Code.

Ukuran drainase yang jumbo itu didukung oleh banyaknya inlet yang terpasang di kedua sisi jalan. Di Malioboro, misalnya, setiap sepuluh meter terdapat lubang tempat lalu air ke gorong-gorong. "Ada ribuan inlet yang terpasang di sepanjang jalan kota," kata Endar Sri Mulwati. Walhasil, kawasan yang selalu ramai didatangi pelancong ini hampir bebas dari genangan air. Sistem drainase di kota ini juga didukung topografi wilayah yang memiliki kemiringan satu hingga dua derajat ke selatan, ke arah Pantai Parangtritis.

Endar meyakinkan, 85,8 persen sistem drainase Kota Yogyakarta berada dalam kondisi baik, 11,29 persen sedang (dinding atau pelat penutup rusak), dan hanya 2,51 persen dalam keadaan rusak (dinding dan pelat penutup rusak). Toh, Endar merasa sistem drainase peninggalan Belanda--yang dibangun pada 1940-an--tak sebanding dengan kapasitas kota. Selain itu, sejumlah gorong-gorong berada di bawah toko atau rumah. "Ini membuat dinding gorong-gorong mudah ambruk karena menahan beban di atasnya," ujarnya.

Kota Yogyakarta beruntung memiliki gorong-gorong yang baik dan kontur tanah yang sesuai, sehingga aliran air di saluran bawah kota lancar. Namun, di Bandung, gorong-gorong Kota Kembang tak berfungsi dengan baik--ditambah kondisi topografi kota yang berada di cekungan besar. Kala hujan, genangan air dan banjir muncul di mana-mana. Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung mencatat ada 68 titik genangan setinggi 10-50 sentimeter bila hujan lebat. Saat hujan turun, hampir seluruh badan jalan terendam air berwarna cokelat yang membawa aneka material, seperti sampah, tanah, dan pasir, ke gorong-gorong.

Celakanya, rata-rata lebar drainase di pusat Kota Bandung hanya 50-80 sentimeter. Idealnya, lebar drainase satu meter, agar bisa menampung air hujan. Lahan yang terbatas membuat sebagian drainase yang dibangun tertutup, sehingga permukaannya bisa dipergunakan sebagai trotoar. Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung Iming Ahmad mengatakan sebagian gorong-gorong dipenuhi sampah, ada yang ditutup permanen sehingga sulit dibersihkan, bahkan ada yang teruruk karena ada bangunan di atasnya.

Menurut Iming, dari panjang total jalan Kota Bandung yang sekitar 1.200 kilometer, panjang drainase baru mencapai 60 persennya atau sekitar 720 kilometer. "Itu pun tak semuanya nyambung. Ada beberapa yang terputus dan mentok, dan sebagian digunakan untuk jaringan kabel listrik fiber optik, sehingga fungsi saluran air tidak optimal," katanya. Padahal, idealnya, drainase kota harus sebanding dengan panjang jalan. Karena itu, genangan akan terjadi saat hujan lebat, meski menurut Iming jalanan akan kembali kering dalam satu jam.

Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Kota Bandung memiliki curah hujan tinggi, rata-rata 156,4 milimeter, dan jumlah hari hujan rata-rata 15 hari per bulan. Air hujan mengalir ke Sungai Cikapundung dan anak-anak sungainya, dengan total panjang sekitar 250 kilometer, yang semuanya bermuara ke Sungai Citarum. Nah, kondisi drainase yang tidak memadai dan sampah yang menutupi inlet atau menyumbat gorong-gorong menimbulkan genangan di jalan, yang menghambat kendaraan.

Iming mengatakan pemerintah terus memperdalam dan memperlebar drainase serta menyambung saluran yang terputus, terutama ke arah sungai. Berdasarkan Rencana Pembangunan Kota Bandung 2008-2013, sebanyak 45 titik sistem drainase telah dimasukkan ke rencana perbaikan. Ia mengatakan prioritas pemerintah saat ini adalah pembetonan jalan dan pengerukan endapan material di gorong-gorong. "Diharapkan pada 2012 ada anggaran yang lebih besar untuk pembangunan sistem drainase," ujarnya.

Adek Media, Bernada Rurit (Yogyakarta), Alwan Ridha Ramdani (Bandung)


TEMPOInteraktif

0

Menembus Gelombang Besar Demi Mentawai

Padang (ANTARA News) - Gelombang besar disertai angin kencang di sekitar Perairan Pantai Mentawai, pada Sabtu (30/10), tidak menyurutkan niat para petugas PT Perusahaan Listrik Negara (PLN Persero) membantu para korban gempa 7,2 Skala Richter (SR) dan tsunami di pengungsian di Desa Saumanganyak Kabupaten Mentawai, Sumatera Barat.

"Kami mesti tetap berangkat untuk membawa genset, walaupun cuaca buruk di Kabupaten Mentawai. Warga Mentawai di tempat-tempat pengungsian sangat membutuhkan listrik. Tujuan kami hanya satu membantu warga yang dilanda musibah," kata Jhon, satu dari karyawan PLN.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) saat itu memang meramalkan akan terjadi gelombang besar disertai angin kencang di Kabupaten Mentawai. Gelombang laut setinggi empat meter dan hujan lebat itu diperkirakan akan berlangsung selama empat hari mendatang.

Namun, demi menolong korban gempa dan tsunami Mentawai, mereka tetap berangkat, hingga akhirnya satu dari dua kapal yang membawa genset itu dihantam ombak.

John mengemukakan, saat berangkat dari Pelabuhan Sikakap sekitar pukul 13.30 WIB, cuaca mulai buruk.

"Kami tahu cuaca memang memburuk, tapi kami tidak menyangka jika gelombang sedemikian besar," katanya.

Ketika berada di tengah laut, tiba-tiba datang gelombang besar disertai angin kencang. Kapal yang berisi lima penumpang itu dihantam gelombang yang mencapai tiga meter, dan terbalik

Kapal lainnya yang sama-sama berangkat dari Pelabuhan Sikakap, selamat dari hantaman gelombang besar.

"Semua barang milik PLN dan barang lain di atas kapal tenggelam. Beruntung semua penumpang selamat," kata Jhon.

Setelah dua jam terapung-apung di perairan Pantai Mentawai, Tim SAR yang mendengar ada kapal terbalik, segera memberikan pertolongan.

"Kami sangat berterima kasih karena nyawa kami dapat tertolong setelah Tim SAR mengevakuasi penumpang kapal," katanya.

Ketika itu, ada dua kapal yang berangkat dari Pelabuhan Sikakap untuk membawa genset ke tempat pengungsian. Kapal "Long Boat" yang berisi 15 penumpang, selamat dari hantaman gelombang besar.

Kapal "Long Boat" dapat bersandar kembali sekitar pukul 19.00 WIB, setelah gelombang besar surut. Kapal "Long Boat bersandar di Desa Saumanganyak membawa genset PLN serta peralatan lain.

Gempa tektonik berkekuatan 7,2 SR disusul tsunami yang terjadi pada Senin (25/10) sekitar pukul 21.40 WIB di Kabupaten Mentawai, selain merenggut korban jiwa, menghancurkan ratusan rumah penduduk, juga merusak Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) milik PLN di daerah tersebut.

Humas PLN Wilayah Sumbar, Asep menyatakan pihaknya mengalami kerugian sekitar Rp300 juta akibat rusaknya Pembangkit Listrik Tenaga Diesel yang diterjang gelombang tsunami di Kecamatan Sikakap, Kabupaten Kepulauan Mentawai.

"Empat buah bangunan rumah dan kantor milik PLN di Sikakap juga mengalami kerusakan dan semua alat penunjang juga hanyut tersapu gelombang tsunami," kata Asep.

Untuk membantu korban gempa dan tsunami, PLN Sumbar mengirimkan sebanyak 19 unit genset masing-masingnya berdaya 2-5 kilowatt.

Genset-genset itu akan disebar di tiga desa yang paling parah terkena dampak tsunami yakni desa Malakopak, Saumangaya dan Bulasat.

PLN juga mendirikan pos kesehatan dan mendistribuskan bahan makanan untuk para pengungsi.

PLN juga mendatangkan satu unit Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang dikirim melalui PLN Pusat. Meskipun PLTG Sikakap tidak berfungsi, PLN tetap mengoptimalkan bantuan untuk kembali memulihkan penerangan di tiga desa yakni desa Malakopak, Saumangaya dan Bulasat, Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Gelombang besar, sebelumnya juga menghantam Kapal Palang Merah Indonesia (PMI) cabang Sumbar yang mengangkut bantuan untuk korban gempa dan tsunami di Kabupaten Mentawai.

Relawan PMI bahkan sempat terdampar selama enam jam di antara Pulau Sikakap dan Pulau Malakopak akibat dihantam ombak besar.

Kapal yang bertolak dari Pulau Sikakap itu rencananya akan mendistribusikan bantuan ke penduduk yang ada di Malakopak.

Namun ombak besar membuat kapal Sumbar Jaya yang disewa oleh PMI terdampar di teluk yang tidak diketahui namanya.

Kapal tersebut berangkat dari Sikakap pukul 21.00 WIB, dan setelah satu jam perjalanan gelombang besar membawa kapal tersebut ke sebuah teluk. Kapal itu baru bisa kembali berlayar menuju Malakopak Jumat pagi dan sampai di Malakopak sekitar pukul 13.00 WIB.(T.ANT-031/T010/A011/P003)


ANTARAnews
0

Meski Tak Dilibatkan, PLN Dukung Kapiraya

Timika (ANTARA News) - Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kapiraya berkekuatan 300-350 mega watt di Kapiraya, Distrik Mimika Barat Tengah, yang diprakarsai Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua tidak melibatkan PT PLN (Persero), namun PLN mendukung pembangunannya.

Manajer PLN Ranting Timika, Samuel Farwas, kepada ANTARA News di Timika, Minggu, mengatakan meski tidak dilibatkan dalam mega proyek tersebut , PLN memberi apresiasi positif terhadap kesungguhan Pemprov Papua dalam menggulangi ketersediaan energi listrik di Papua.

"PT PLN sama sekali tidak dilibatkan dalam proyek PLTA Kapiraya. Tapi jika proyek PLTA itu nantinya bisa terealisasikan dan dioperasikan tentu akan sangat baik dalam memenuhi kebutuhan energi listrik masyarakat Papua," kata Farwas.

Farwas mengatakan, Pemprov Papua telah membentuk sebuah BUMD bernama Perusahaan Listrik Papua (PLP) guna menangani pembangunan PLTA Kapiraya yang merupakan proyek hidro power pertama di Papua.

Meski Pemprov Papua menargetkan pembangunan PLTA Kapiraya bisa rampung dalam waktu tiga hingga empat tahun, Farwas menyatakan, pesimistis megaproyek itu bisa selesai dalam waktu yang ditargetkan.

"Bukan kita pesimis, namun dari pengalaman selama ini cukup sulit untuk memberikan kepuasan bagi pelanggan. Kadangkala masih banyak pelanggan yang mengeluhkan pelayanan kami," tuturnya.

Pimpinan PT PLP, DR Agus Sumule, beberapa waktu lalu mengatakan bahwa Pemprov Papua telah menandatangani nota kesepahaman dengan PT Freeport Indonesia untuk bersama-sama merealisasikan pembangunan PLTA Kapiraya.

"Pemprov Papua berharap Freeport menjadi pembeli utama listrik Kapiraya," ujar Agus yang juga staf ahli Gubernur Papua.

Ia mengatakan sejak tiga tahun silam Pemprov Papua melakukan uji kelayakan awal terhadap potensi energi listrik pada Sungai Urumuka atau Sungai Yawei yang bersumber dari Danau Paniai.

Dari hasil studi itu, katanya, PLTA Kapiraya memiliki potensi energi listrik yang sangat besar mencapai 300-350 Mega Watt (MW). Energi ini diharapkan mampu menyuplai kebutuhan listrik pada lebih dari lima kabupaten yaitu Mimika, Paniai, Deai, Dogiyai hingga Nabire.

Guna mendukung rencana besar itu, katanya, Pemprov Papua telah membangun ruas jalan sepanjang 23 kilometer dari Pelabuhan Kapiraya hingga lokasi pembangunan PLTA untuk keperluan mobilisasi peralatan.

Proyek PLTA Kapiraya tersebut ditargetkan dikerjakan selama tiga hingga empat tahun dengan anggaran diperkirakan mencapai Rp14 triliun.(T.E015/A011/P003)


ANTARAnews
0

Iptek Tidak Mampu Tandingi Kekuatan Alam

JAKARTA (SINDO) – Kenali tandatanda alam dan hiduplah berdampingan secara harmonis! Karena jika alam sudah berkehendak, tidak ada satupun yang bisa melawan dan merekayasa,termasuk kekuatan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).

Kalimat tersebut diungkapkan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono.Menurut dia, meletusnya Gunung Merapi di Yogyakarta pada 26 Oktober kemarin menjadi bukti bahwa alam memiliki kehendak sendiri yang tidak bisa dipaksakan. ”Ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia hanya bisa menyesuaikan saja dengan alam,” ungkap Surono.

Kemampuan iptek dalam menyesuaikan diri dengan alam bisa dicontohkan, misalnya saat membangun rumah tahan gempa di wilayah yang rentan terhadap gempa,membuat skenario bencana,dan lainnya. Iptek,ujarnya,hanya bisa melakukan tindakan mitigasi alam. Artinya, kemampuan iptek hanya bermanfaat untuk melakukan upaya- upaya meminimalkan korban bencana sekecil mungkin.

Surono mengatakan, upaya - upaya mitigasi bencana Gunung Merapi dilakukan dengan menggunakan parameter-parameter. Di antaranya energi kinetik, potensial, dan termal. Parameter ini dijadikan acuan untuk mengamati aktivitas Gunung Merapi. ”Itulah kenapa kami tidak bisa memprediksi kapan Merapi meletus. Sedikit sekali parameter yang bisa kami manfaatkan dari kemungkinan banyaknya parameter yang ada.

Yang bisa kami lakukan hanyalah melihat parameter tersebut untuk dijadikan pegangan melakukan mitigasi bencana,”ungkap Surono. Selain itu, pantauan juga terus dilakukan.Gunung Merapi dipantau dengan cara instrumental dan visual secara periodik. Instrumental merupakan metode dengan menggunakan sistem seismik, EDM (electiric distance measurement), dan tiltmeter. Adapun pengamatan visual dilakukan melalui Pos Pengamatan Kaliurang, Ngepos, Babadan, Jrakah, dan Selo.

”Pada tahap ini,barulah peran teknologi dalam penentuan sistem peringatan dini begitu besar. Sebab, sistem peringatan dini bergantung pada teknologi,”jelas Surono. Menurut dia, karena Merapi tidak bisa diprediksi kapan meletusnya, pihaknya juga tidak bisa mengungkapkan kapan Merapi berangsur normal. ”Sekali lagi, yang bisa kami lakukan adalah melakukan pantauan dengan kemampuan yang kami miliki,”tandasnya.

Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Hery Harjono mengungkapkan, meletusnya Merapi menjadi pelajaran berharga bagi dunia keilmuwan, khususnya kegunungapian. ”Saya pikir, dari banyaknya peristiwa bencana, termasuk Merapi, Indonesia bisa memetik banyak pelajaran berharga,” katanya.

Menurut Hery, Indonesia bisa menjadi center of excellence kebencanaan di kawasan Asia Tenggara, bahkan Asia.Indonesia,kata Hery, dapat menjadi center of excellence gunung api, tsunami, gempa, dan lainnya.“Pemerintah wajib mendorong kemampuan sumber daya manusia Indonesia dalam mengatasi banyaknya persoalan bencana di Tanah Air,”tandasnya.

Hery mengungkapkan, bersama para ilmuwan Jepang, saat ini pihaknya sedang melakukan riset terkait potensi-potensi kebencanaan di Tanah Air.Termasuk penelitian segmen Mentawai yang konon masih memiliki potensi gempa dengan skala mencapai 8,8 Skala Richter. ”Dari sisi historis, 200 tahun lalu Mentawai juga pernah diguncang gempa dengan skala sama,”tegasnya. (sugeng wahyudi)



SINDO
0

Indonesia Ingin Ekspor Senjata ke Vietnam

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memegang Senapan Serbu (SS) buatan PT Pindad saat meninjau pameran Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista). (ANTARA/Prasetyo Utomo)

Hanoi (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia sedang menjajaki kemungkinan kerja sama ekspor senjata produksi PT Pindad ke Vietnam, kata Duta Besar Republik Indonesia untuk Vietnam, Pitono Purnomo.

"Kita mengarah pada industri pertahanan," kata Pitono ketika ditemui di sela-sela pertemuan puncak ke-17 ASEAN di Hanoi, Vietnam, Sabtu.

Pitono menjelaskan, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro telah menyerahkan contoh jenis senjata produksi Pindad kepada Menteri Pertahanan Vietnam Jenderal Phung Quang Thanh .

Pemerintah kedua negara juga telah menandatangani nota kesepahaman tentang pertahanan. Menurut Pitono, nota kesepahaman itu adalah payung hukum yang akan ditindaklanjuti oleh tim teknis.

Kedutaan Besar Republik Indonesia di Vietnam, katanya, akan memfasilitasi untuk mewujudkan kerja sama di sektor industri pertahanan itu.

Pitono menjelaskan, neraca perdagangan antara Indonesia dan Vietnam telah mencapai angka 2,5 miliar dolar AS per tahun. Dari jumlah itu, ekspor Indonesia ke Vietnam mencapai 1,7 miliar dolar AS, sedangkan sisanya adalah impor.

Komoditi ekspor utama Indonesia adalah alat-alat elekttronik, pelumas, dan suku cadang kendaraan bermotor. Sedangkan impor Indonesia sebagian besar adalah produk pertanian.

Indonesia dan Vietnam telah menandatangani nota kesepahaman di bidang penguatan hubungan pertahanan kedua negara dalam kunjungan kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Hanoi, Vietnam, beberapa waktu lalu.

Kerja sama itu antara lain akan berupa saling kunjung tentara, latihan bersama dan patroli keamanan laut.

Komitmen kedua negara untuk meningkatkan kerja sama pertahanan di berbagai tingkatan dan lebih luas sesungguhnya telah terungkap dalam pertemuan antara Perdana Menteri Vietnam Nguyen Tan Dung dan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, di sela-sela penyelenggaraan pertemuan ke-4 menteri pertahanan se-ASEAN, di Hanoi, 11-13 Mei.

Pada kesempatan itu PM Dung mengatakan, kerja sama pertahanan kedua negara akan semakin meningkat dilandasi hubungan dan kerja sama tradisional antara kedua pihak yang telah berlangsung baik.

Ia menambahkan, kerja sama pertahanan kedua negara ke depan juga akan semakin meningkat melalui pertukaran informasi dan pengalaman kedua pihak dalam kerja sama pertahanan nontradisional sesuai dengan tingkat ancaman yang dihadapi kedua negara.

Dalam kunjungan kehormatannya pada PM Dung, Menhan Purnomo Yusgiantoro menyampaikan beberapa hasil pembicaraan dengan mitranya, Menhan Vietnam Jenderal Phung Quang Thanh, yang tertuang dalam nota kesepahaman kerja sama pertahanan kedua negara.(F008/A011)



ANTARAnews
0

Pakar Gempa Indonesia tidak Sampai 10 Orang

INILAH.COM, Jakarta - Indonesia termasuk daerah rawan gempa. Sayangnya, tenaga ahli tentang gempa tidak sampai jumlah jari dua tangan manusia.

Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Andi Arief mengeluhkan hal itu, Sabtu (30/10).

Menurut dia, kondisi tersebut terjadi lantaran pengetahuan tentang kegempaan kurang diminati oleh masyarakat Indonesia.

"Kita lihat pakar gempa di Indonesia tidak lebih dari 10 orang," katanya.

Padahal menurutnya, Indonesia merupakan daerah rawan bencana, seperti gempa bumi, tsunami, puting beliung, erupsi gunung berapi, longsor, dan banjir. Namun, hanya sedikit pakar yang tertarik menekuni penelitian tentang bencana, khususnya gempa.

Dia iri dengan Jepang yang memiliki banyak pakar dan tenaga ahli gempa bumi sehingga Negeri Sakura itu cukup siap menghadapi gempa.

"Tapi sekarang sudah mulai ada S2 bidang kegempaan di ITB Bandung. Mudah-mudahan kita bisa mencontoh Jepang dan masyarakat Indonesia sudah mulai melirik bidang kegempaan," tukasnya.

Selain Jepang Andi juga mencontohkan negara Chile yang ketika terjadi gempa bumi pada 1950, pemerintahannya bersikap tegas kepada
masyarakatnya agar tidak mendirikan bangunan di daerah yang rawan gempa. [nic]



Inilah
0

BMKG Peringatkan Gelombang Tinggi Hingga Empat Meter

REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALPINANG--Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Pangkalpinang, memperingatkan para nahkoda kapal dan nelayan untuk meningkatkan kewaspadaan gelombang perairan Bangka Belitung mencapai tiga hingga empat meter yang membahayakan keselamatan penumpang kapal di perairan tersebut.

Koordinator Unit Analisa pada Kantor BMKG Pangkalpinang Muslimin di Pangkalpinang, Sabtu menyatakan, tinggi gelombang di perairan Bangka dan Belitung diperkirakan mencapai tiga hingga empat meter terhitung mulai Minggu (31/10) hingga Senin (1/11). "Kami memperingatkan para nahkoda kapal untuk meningkatkan kewaspadaan dan kepada nelayan diminta tidak melaut karena sangat membahayakan keselamatan para nelayan yang tidak didukung peralatan dan kapal yang memadai," ujarnya.

Ia mengatakan, tingginya gelombang di perairan Pulau Bangka di perkirakan mencapai tiga hingga empat meter dan tinggi gelombang di perairan Pulau Belitung diperkirakan berkisar dua hingga tiga meter dengan kecepatan angin mencapai 20 hingga 40 km/jam. "Kecepatan angin yang mencapai 20 hingga 40 km/jam dan gelombang tinggi empat meter mampu menumbangkan kapal para nelayan berkapasitas kecil dan merusak peralatan kapal-kapal sejenis kargo yang berkapasitas besar," ujarnya. Untuk itu, kata dia, diharapkan nahkoda dan para nelayan meningkatkan kewaspadaan.

Ia mengatakan, apabila cuaca memburuk yang ditandai dengan awan hitam dan kecepatan angin cukup tinggi sebaiknya menunda keberangkatan kapal. "Dan apabila kapal masih dalam perjalanan dan tiba-tiba cuaca buruk tiba diharapkan nahkoda dan nelayan mencari tempat berlindung yang aman di sekitar pulau-pulau terdekat untuk menghindari kecelakaan kapal, katanya.

"Angin kencang kencang disertai gelombang tinggi akan terjadi secara tiba-tiba, untuk itu nahkoda dan nelayan harus memperhatikan kondisi cuaca sebelum melakukan perjalanan dan dalam perjalanan menuju tujuan," demikian Muslimin.


Republika
0

Telkomsel 'Terjunkan' Mobile BTS di Kawasan Merapi

JAKARTA - Hari ke-3 pascabencana meletusnya Gunung Merapi, Yogyakarta, dan bencana tsunami di Kepulauan Mentawai, Telkomsel mengerahkan Compact Mobile Base Transceiver (COMBAT) atau Base Transceiver Station (BTS) bergerak ke sekitar wilayah Gunung Merapi dan perangkat Pico BTS ke wilayah Sikakap, Kepulauan Mentawai, untuk menjaga performansi jaringan telekomunikasi paska bencana sekaligus mengantisipasi terjadinya lonjakan trafik komunikasi.

Jaringan Telkomsel di kedua wilayah bencana telah beroperasi secara normal. Dengan beroperasinya seluruh 5 menara BTS Telkomsel di Kepulauan Mentawai dan 30 BTS di wilayah Gunung Merapi, kini coverage layanan Telkomsel menjangkau 100 persen di kedua wilayah bencana tersebut.

"Untuk mengantisipasi meningkatnya trafik komunikasi, Telkomsel mendatangkan COMBAT dan Pico BTS satelit VSAT. Perangkat pendukung ini ditempatkan di sekitar posko bantuan kemanusiaan dan pusat keramaian, di mana para relawan kemanusiaan biasa berkoordinasi untuk membantu para korban bencana," kata Direktur Utama Telkomsel Sarwoto Atmosutarno dalam keterangan tertulisnya, Jumat (29/10/2010).

Pasca terjadinya bencana, setiap harinya rata-rata lonjakan trafik komunikasi di sekitar Mentawai sebesar 80 persen, sedangkan trafik komunikasi di wilayah Merapi dan sekitarnya meningkat rata-rata 60 persen perhari.

Kendati lonjakan trafik ini masih bisa diatasi oleh BTS yang ada, untuk menjaga performansi layanan, Telkomsel mendatangkan COMBAT dan Pico BTS ke lokasi bencana.

COMBAT yang mampu meningkatkan performansi perangkat power amplifier 3G hingga 2 kali lipat ini ditempatkan di Jl. Jend. Sudirman, Yogyakarta. Sementara Pico BTS, yang biasanya digunakan di daerah terpencil yang sulit dijangkau, dipasang di 2 posko di Sikakap, yakni di Kantor Kecamatan Sikakap dan Kantor PT Telkom Sikakap.


Untuk membantu kelancaran serta kenyamanan lalu lintas komunikasi seluruh pihak selama masa pemulihan kondisi paska bencana, Telkomsel menggratiskan layanan SMS ke semua operator. Selain SMS gratis, Telkomsel menyediakan layanan telepon gratis, kartu perdana gratis, voucher isi ulang pulsa gratis, akses internet gratis, dan layanan charger ponsel gratis di posko-posko pelayanan. Di sekitar wilayah Gunung Merapi, Telkomsel telah menambah 1 posko pelayanan di Umbulharjo, melengkapi 6 posko yang telah berdiri sebelumnya, yakni: Posko Utama Pakem, Posko Kantor Desa Hargo Binangun, dan Posko SMP 2 Hargo Binangun di Yogyakarta, Posko Desa Keputraan di Klaten, serta Posko Balai Desa Tanjung dan Posko Balai Desa Dukun di Magelang. Sementara di Kepulauan Mentawai, posko pelayanan dipusatkan di 2 posko di Sikakap, yakni di Kantor Kecamatan Sikakap dan Kantor Telkom Sikakap. (ugo)



Okezone
0

Soal Frekuensi LTE, Telkomsel Tunggu Pemerintah

JAKARTA - Telkomsel menyatakan masih menunggu kepastian kebijakan alokasi frekuensi dari pemerintah untuk menggelar teknologi Long Term Evolution (LTE). Pasalnya, Telkomsel sendiri juga masih dalam tahap ujicoba LTE.

Menurut Deputy Vice President Corporate Secretary Telkomsel, Aulia Ersyah Marinto, Telkomsel memang menjadi pelopor ujicoba di Indonesia.

"Perlu diketahui, dalam ujicoba LTE, Telkomsel menggunakan frekuensi milik sendiri," kata Aulia kepada Okezone, Jumat (29/10/2010).

Ditambahkannya, lagipula kebijakan terkait LTE saat ini masih berada di pemerintah dan mereka masih menunggu kepastian pemerintah untuk alokasi frekuensi LTE.

Sebelumnya diberitakan, Head of Corporate Secretary PT MNC Sky Vision, Arya Mahendra Sinulingga menilai adanya niat Telkomsel yang hendak masuk ke frekuensi 2.5 Ghz. Frekuensi tersebut memang masih diduduki oleh Media Citra Indostar (MCI) yang melayani PT MNC Sky Vision (Indovision), penyelenggara siaran berbayar.

MCI menjadi penguasa di spektrum 2,5 GHz sebesar 150 Mhz. Frekuensi ini memang menjadi incaran Telkomsel untuk menggelar LTE. Bahkan, Indovision berencana mengadukan hal tersebut ke Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU).


Terkait hal itu, Aulia belum bisa memberikan komentar. "Semuanya ada di tangan pemerintah, mereka yang akan menentukan alokasi frekuensi," tegas Aulia. (ugo)



Okezone
0

Pasar Notebook Indonesia Terbesar di Asia Tenggara

JAKARTA - Indonesia diprediksi akan menjadi pasar notebook terbesar di Asia Tenggara dalam kurun lima tahun ke depan. Data IDC menunjukkan, pada kuartal dua ini pertumbuhan notebook PC di Indonesia mencapai 40 persen.

Asisten General Manager Toshiba Company System Singapura, Masanabu Honda, mengatakan pada kuartal ini, dari Oktober hingga Desember, pasar notebook Indonesia diperkirakan mencapai 1,4 juta unit. Tahun depan, IDC memperkirakan adanya kenaikan hingga sekira 6 juta unit.

Inilah yang menjadi salah satu yang melatarbelakangi Toshiba menambah distributor resminya di Indonesia dan menunjuk PT. Tixpro Informatika Megah (TIM) sebagai distributor resmi untuk menjual semua lini produk-produk notebook PC Toshiba, aksesoris dan layanan purna jual. Kontrak kerjasama ini dilakukan di Toshiba Tixpro Megah, Mangga Dua, Jakarta, minggu lalu. Selain TiM, Toshiba juga masih melanjutkan kerjasamanya dengan distributor resmi yang sudah ada, PT Techking Enterprise.

"Kami ingin konsumen dapat membeli notebook Toshiba dengan mudah dimana saja di seluruh Indonesia. Karena Indonesia adalah negeri yang sangat luas maka kami membutuhkan partner yang memiliki jaringan yang kuat di daerah, khususnya kota regional seperti Medan, Makasar dan Surabaya," kata Masanabu, dalam keterangan resminya, Sabtu (30/10/2010).

Sementara, Sukaman Tokarso, Dirut PT Tixpro Informatika Megah mengatakan bahwa Indonesia adalah pasar yang sangat penting bagi para produsen notebook. Karena Tixpro memiliki jaringan yang sangat luas bahkan sampai di pelosok-pelosok daerah, Sukaman yakin notebook Toshiba akan mampu bersaing dengan merek lainnya.

"Kerjasama ini membuktikan keseriusan Toshiba untuk menguasai pasar Indonesia. Dengan nama besar Toshiba dan pengalaman yang sudah teruji, kami optimis Toshiba mampu mengusai pasar PC notebook di Indonesia," tegasnya.

Selain gerai penjualan, Toshiba bersama kedua distributor resminya ini juga berkomitmen untuk membangun jaringan service center di seluruh Indonesia.

Tak hanya itu, karena kepuasan pelanggan juga menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh Toshiba, merek PC notebook ternama asal Jepang ini sekaligus memperkenalkan layanan konsumen terbarunya, yaitu Talk-2-Toshiba. Layanan purna jual yang ramah dan mudah bagi konsumen ini belum dimiliki oleh vendor PC Notebook lainnya.

Devy Yosita, Marketing Communication Manager Computer System Division Toshiba Indonesia mengatakan Talk-2-Toshiba ini merupakan pusat layanan customer service terintegrasi dengan layanan multi bahasa dan telepon balik bebas biaya yang dapat diakses di seluruh dunia. Tak hanya itu, para pelanggan juga dapat mengakses layanan ini di seluruh belahan dunia manapun.

Layanan ini dapat diakses dengan tiga cara yang sangat mudah. Talk-2-Toshiba dapat diakses melalui telepon, sms, dan internet.

"Pelanggan yang memiliki keluhan atau pertanyaan mengenai produk PC tablet Toshiba akan dengan cepat dibantu langsung dengan layanan ini. Ini adalah satu bukti komitmen kami untuk terus memberikan layanan yang terbaik bagi pelanggan," jelas Devy. (srn)

Okezone
0

Desain Pertahanan Indonesia Tidak Jelas

Revitalisasi Industri Strategis
Pesawat Sukhoi SU-30MK2 TNI AU melintas di atas KRI Dewa Ruci untuk memeriahkan International Fleet Review 2009 yang merupakan salah satu puncak acara Sail Bunaken 2009 di Teluk Manado, Sulawesi Utara, Rabu (19/8/2009).

SURABAYA, KOMPAS.com - Desain strategi serta postur pertahanan dan keamanan Indonesia saat ini dianggap tidak jelas.

Meskipun kebutuhan pertahanan minimal sudah digagas, postur pertahanan Indonesia sudah sangat ketinggalan. Sementara itu, revitalisasi industri strategis Indonesia masih mencoba mencari arah.

Hal ini terungkap dalam diskusi bertajuk Revitalisasi Industri Strategis Indonesia di Sasana Diskusi Ruang Cakra Gedung C FISIP Universitas Airlangga, Jumat (29/10/2010).

Hadir sebagai narasumber dalam diskusi yang diikuti dosen dan mahasiswa, pengajar jurusan Matematika Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Subchan, dan peneliti Centre for Strategic and Global Studies (CSGS) Departemen Hubungan Internasional FISIP Unair, Djoko Sulistyo.

Setelah reformasi, kata Djoko, banyak slogan yang dikeluarkan pemimpin Indonesia. Terakhir, dalam pidato kenegaraan di depan DPR dan DPD pada 16 Agustus, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, akan menempuh politik luar negeri ke segala arah.

Dengan demikian, Indonesia akan mempunyai sejuta kawan, tanpa musuh (a million friends, zero enemy ). "Kalau paradigma itu yang dikembangkan, postur pertahanan tidak menjadi prioritas dan tidak perlu ada industri pertahanan yang menjadi pendukung," tutur Djoko Sulistyo.

Namun, lanjut Direktur Riset CSGS Joko Susanto, slogan ini sangat bertentangan dengan Rancangan Undang-Undang tentang Revitalisasi Industri Strategis Pertahanan dan Keamanan.

Sebab, dalam RUU yang mulai dibahas di Kementerian Hukum dan HAM, industri strategis lebih pada produksi alat-alat perang. Ini seakan-akan Indonesia akan perang dalam lima tahun ke depan.

Industri strategis yang bermanfaat untuk masyarakat dan negara seperti pengembangan sarana transportasi massal, teknologi informasi, atau teknologi nano malah tidak mendapat tempat dalam pembahasan RUU itu.

Padahal, berbagai industri strategis seperti itu akan membuat Indonesia berdaya saing dan mandiri.

Kenyataannya, menurut Subchan, industri pertahanan Indonesia saat ini ketinggalan jauh dari negara lain kendati sebelum reformasi sempat disegani di Asia. Subchan pernah menerima penghargaan di bidang teknologi persenjataan tanpa awak dari Kementerian Pertahanan Inggris Raya.

Menurut Subchan, pada 1990-an, Indonesia memiliki PT Inka, PT PAL, PT Dirgantara Indonesia, dan PT Pindad. Kini, perusahaan-perusahaan ini sulit berkembang karena tidak ada perhatian dari pemerintah. Dari anggaran untuk kekuatan minimum esensial yang memerlukan Rp 11 triliun, hanya dialokasikan Rp 2 triliun.

Para pimpinan juga lebih senang mengadakan alat utama sistem persenjataan dari luar negeri. Pertama, makelar akan mendapat untung. Selain itu, membeli dari luar negeri artinya membuka kesempatan untuk berjalan-jalan dan mendapatkan uang dinas.

"Ada juga kendala ketidakmampuan bekerja bersinergi. Para ahli mencari proyek sendiri-sendiri. Padahal, bila kemampuan pakar di Indonesia dipetakan dan semua disinergikan, bukan tidak mungkin ada kemandirian dalam industri pertahanan keamanan," katanya.

Untuk mengefektifkan pelaksanaan dan pengembangan industri pertahanan, dibentuk Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP).

Peraturan Presiden tentang KKIP sudah disetujui 12 Juli 2010 meskipun dirasa kurang sempurna karena belum melibatkan Kementerian Pendidikan Nasional sebagai yang menangani pendidikan sumber daya manusia.

Kini, diharapkan RUU Revitalisasi Industri Strategis lebih luas, bermanfaat, dan mampu meningkatkan daya saing Indonesia.


KOMPAS

0

Indovision Tuding Telkomsel Rampas Frekuensi

Indovision menuding Telkomsel memiliki kepentingan vendor untuk memasarkan Telkomvision.

Teknisi telkomsel usai lakukan perawatan BTS di Karimun Jawa (Antara/ Rosa Panggabean)

VIVAnews - Indovision, anak usaha PT MNC Sky Vision merasa terancam dengan langkah operator telekomunikasi Telkomsel yang diduga berniat menggusur posisi lembaga penyiaran ini di frekuensi 2.5 Ghz.

Dalam rilis yang diterima VIVAnews, Indovision merasa terancam karena sudah lama tayang di frekuensi 2,5 Ghz, serta menanamkan investasi besar untuk infrastruktur di frekuensi itu. Sedangkan, Indovision mencermati para operator seluler tengah menghembuskan isu pengembangan LTE (Long Term Evolution) yang secara terang-terangan berniat menggusur pemanfaatan frekuensi tersebut.

"Kami telah mendengar niat Telkomsel yang hendak masuk ke frekuensi 2.5 Ghz dari sejumlah media," ujar Head of Corporate Secretary Indovision, Arya Mahendra Sinulingga (29/10).

Indovision yang menggenggam 70 persen pangsa pasar televisi berlangganan menyayangkan cara-cara yang digunakan operator seluler milik negara dalam memaksakan niatnya untuk masuk ke frekuensi 2.5 GHz.

"Apalagi, Telkomsel sebagai anak usaha Telkom, memiliki bisnis pay tv yakni TelkomVision. Sangat disayangkan bila usaha tersebut hanya jadi cara untuk menyaingi posisi Indovision yang merupakan TV berbayar terbesar di Indonesia," tegas Arya.

Sebagai pelopor di industri TV berbayar, Indovision mengaku telah lebih dari 10 tahun menggunakan frekuesi 2.5 GHz dan menayangkan berbagai konten melalui satelit Protostar II yang berada di frekuensi 2.5-2.6 GHz.

"Sebagai anak usaha BUMN, harusnya Telkomsel bersaing secara sehat, bukan gusur-menggusur. Kami bisa mengadukannya ke KPPU (Komisi Pengawasan Persaingan Usaha)," imbuhnya.

Indovision mendesak pemerintah untuk bersikap tegas dan tidak tunduk pada kepentingan vendor semata. "Sudah bukan rahasia lagi, bahwa ngototnya berbagai operator untuk merampas frekuensi 2.5 GHz erat kaitannya dengan kepentingan vendor untuk memasarkan produknya."

Alasannya, Indovision mengklaim jika hanya dengan alasan untuk pengembangan LTE maka seharusnya tak perlu memaksakan diri di frekuensi yang sudah terisi oleh pengguna lain, mengingat LTE sendiri bersifat fleksibel dan bisa dikembangkan di frekuensi lain.

Indovision yang bernaung di bawah PT MNC Sky Vision mengaku mengambil sikap tegas lantaran memiliki public service obligation (PSO) terhadap lebih dari 750.000 pelanggan di seluruh penjuru tanah air. "Semua pihak harusnya bersikap fair. Apalagi Indovision merupakan bisnis murni milik putra bangsa, sedangkan Telkomsel, kita semua tahu milik siapa," pungkas Arya.


VIVAnews

0

Pesta Blogger+ Galang Dana Merapi - Mentawai

Panitia kewalahan dengan antusiasme penggiat dan peminat dunia online yang ingin hadir

Pesta Blogger 2009 (VIVAnews/Tri Saputro)

VIVAnews - Sekitar 1500 blogger dan peminat dunia online melakukan kopi darat berskala nasional dalam ajang Pesta Blogger+ 2010 di Rasuna Epicentrum Sabtu, 30 Oktober 2010.

Chairwoman Pesta Blogger+, Irayani Queencyputri, menjelaskan pesta Blogger+ 2010 ini berbeda dengan ajang di tahun-tahun lalu.

Tanda+ (plus) ditambahkan pada pesta blogger sebagai tanda ajang temu nasional bukan hanya untuk blogger.

"Tanda plus (+) ditambahkan sebagai tanda ajang temu nasional ini juga terbuka bagi seluruh penggiat dunia online berbagai platform," ujar Irayani Queencyputri, Sabtu 30 Oktober 2010.

Menurut Iriyani dengan mengusung tema "Merayakan Keragaman", Pesta Blogger+ 2010 bukan hanya ajang kumpul biasa. Tema ini diambil untuk menggarisbawahi ragam geliat dunia online dengan ketertarikan yang beragam.

Panitia, menurut Irayani, sempat kewalahan dengan antusiasme penggiat dan peminat dunia online yang ingin hadir dalam Pesta Blogger 2010 ini.

Sekitar 5 hari sebelum ajang ini digelar, registrasi online terpaksa ditutup karena jumlah peserta yang terdaftar sudah mencapai 1300 orang di luar tamu undangan dan perwakilan komunitas.

"Para komunitas ini akan mengisi 30 kelas diskusi dan sharing dalam breakout session Pesta Blogger+2010 serta mendirikan berbagai booth untuk berbagai tujuan, termasuk menggalang dana peduli Merapi dan Mentawai,"kata Irayani.

Pesta Blogger pertama kali digelar 27 Oktober 2007 sebagai forum alternatif bagi para blogger di Indonesia untuk bertatap muka secara langsung.

Pemerintah pun menetapkan tanggal 27 Oktober sebagai hari Blogger Nasional.



VIVAnews

0

SAP Gandeng Universitas Terkemuka Kembangkan Bisnis

Jakarta (ANTARA News) - SAP Asia Pasifik Jepang (APJ) hari ini mengumumkan kerja sama dengan beberapa universitas terkemuka di Indonesia untuk memberikan program "SAP University Alliances (UA)" bagi para mahasiswa.

Universitas itu, Universitas Indonesia, Universitas Islam Indonesia, Universitas Brawijaya, STMIK MDP dan MDP Business School, dan Institut Teknologi Harapan Bangsa.

Kerjasama itu membangun wadah keterampilan dan bakat, baik dalam bisnis dan teknologi.

SAP menyediakan alat dan praktek untuk melatih siswa mengintegrasikan proses bisnis dengan teknologi dan mempercepat pengambilan keputusan.

Selain di Indonesia setiap tahun SAP juga memberikan pelatihan serupa kepada lebih dari 200.000 siswa di seluruh dunia.

“SAP telah mendukung banyak perguruan tinggi terkemuka di dunia dalam mencapai tujuan mereka di bidang pengajaran dan penelitian sejak 1972. Selain itu, pengembangan bakat merupakan salah satu prioritas bagi kami, dan SAP selalu berkomitmen untuk meningkatkan wadah keterampilan dan bakat TI dalam rangka memenuhi tuntutan dari industri yang terus meningkat,” tambah Krish Datta, Presiden SAP Asia Tenggara, seperti dikutip dari rilis berita.

SAP menyediakan lisensi gratis untuk menggunakan piranti lunak dalam rangka pengajaran bagi anggota UA. SAP juga menawarkan bahan pengajaran secara gratis dan lokakarya fakultas untuk melatih para dosen. Konferensi akademik diadakan setiap tahun untuk menyediakan platform bagi anggota UA agar dapat saling bertukar praktik pengajaran yang terbaik.

Universitas Indonesia (UI) mulai melakukan kegiatan pengajaran SAP sejak awal tahun ini dan telah meraih banyak kesuksesan. Dosen di UI percaya bahwa hal ini membantu untuk meningkatkan kepuasan siswa dan membuat mereka termotivasi untuk belajar tentang Enterprise Resource Planning (ERP).

"Tahun pertama menjadi anggota program SAP University Alliances telah memberikan banyak keuntungan bagi para dosen dan mahasiswa di Universitas Indonesia," kata Prof T. Basaruddin, Dekan, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia.

Sementara Universitas Islam Indonesia (UII), meningkatkan nilai jual para lulusannya dengan menawarkan kursus SAP TERP10. Kursus itu memungkinkan siswa untuk mendapatkan SAP Certified Business Associate dengan sertifikat SAP ERP. Tahap pertama, 19 mahasiswa Prodi Akuntansi telah tersertifikasi.

"Dengan sertifikasi SAP, maka mendukung peningkatan kemampuan siswa kami sekaligus meningkatkan kesempatan kerja bagi mereka ketika lulus," kata Prof. Hadri Kusuma, Dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia.

Pada tahun 2009, SAP juga memperkenalkan portal interaktif www.uac.sap.com, yang mempekernalkan materi kurikulum terbaru.(ENY/S026)



ANTARAnews
0

BPPT Luncurkan Sensor Tsunami Buoy di Mentawai

ilustrasi (ANTARA/JJSB-Hendra Agusta)

Jakarta (ANTARA News) - BPPT, pertengahan November 2010, akan meluncurkan kembali alat sensor gelombang tsunami (buoy) di Kepulauan Mentawai sebagai bagian dari sistem peringatan dini tsunami.

"Buoy ini merupakan yang sebelumnya sudah dipasang di lokasi sama namun rusak akibat vandalisme atau hambatan alam, lalu pada September 2010 ditarik untuk diperbaiki," kata Deputi bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Alam BPPT Dr Ridwan Djamaluddin kepada pers di Jakarta, Jumat.

Buoy itu akan letakkan antara pantai barat Padang Sumatera Barat dan Pulau Siberut.

Menurut dia, sebelumnya buoy itu rusak pada dua antena satelit dan kabel sistem komunikasi bawah air.

Posisi penempatan buoy tersebut, menurut dia, dipilih karena gempa laut akhir-akhir ini banyak terjadi di sekitar Kepulauan Mentawai yang berpusat di antara kepulauan itu dan pantai barat Padang.

Namun diakui seandainya sudah terpasang, untuk mendeteksi gempa 7,2 SR di 78 km barat Kecamatan Pagai Selatan, pada Senin (25/10) malam pukul 21.42.20 WIB tetap terhalang oleh Pulau Pagai sehingga memerlukan waktu 15 menit untuk gelombang tsunami tertangkap buoy Mentawai.

Ridwan mengatakan, sejak 2007 BPPT sudah memasang lebih dari 12 buoy tsunami, yang sebagian besar adalah pemasangan kembali buoy yang rusak.

Pemasangan itu antara lain di perairan Pulau Simeuleu, Kepulauan Mentawai, Selat Sunda, antai Cilacap, perairan Flores, Banda dan Halmahera.

Buoy yang berada di Selat Sunda bahkan sudah lima kali dipasang, tetapi sekali hilang dan beberapa kali lagi rusak.

Ia juga mengakui, semua buoy yang telah terpasang tersebut kini tidak dalam kondisi baik dan tak mengirim data seperti yang diharapkan.

"Karena itu kami masih perlu terus menguji dan mengembangkan buoy yang ada," katanya.

Sebelumnya, ujar dia, buoy tsunami BPPT di Simeuleu berfungsi dengan baik yang dibuktikan dengan pendeteksian gelombang tsunami pada saat tsunami di Bengkulu 5 Mei 2010, tsunami Meulaboh 9 Mei 2010 dan tsunami akibat gempa Nicobar 13 Juni 2010.

Sistem peringatan dini tsunami menggunakan tiga sensor yakni sensor seismograf, sensor gelombang tsunami dan sensor pasang-surut.

Jika terjadi gempa di laut maka awalnya sensor seismograf akan menangkap gelombang seismik dan berdasarkan karakteristik pusat gempa maka BMKG akan mengeluarkan peringatan paling lama lima menit sejak gempa.

Gelombang tsunami yang terjadi di lautan lalu akan dideteksi buoy tsunami sedangkan sensor pasang-surut akan mendeteksi gelombang tsunami ketika gelombang tersebut mencapai pantai. Data dari ketiga sensor ini lalu digabungkan dalam "Decision Support System" (DSS) yang dikelola BMKG sebagai pusat peringatan dini tsunami.

Pascagempa Aceh (2004) rencananya pemerintah Indonesia akan memasang 23 buoy di sepanjang "ring of fire" perairan Indonesia, 10 di antaranya oleh Jerman, dua milik AS dan satu milik Malaysia serta Indonesia memasang 10 buoy. Namun 10 milik Jerman masih perlu menuntaskan teknis analisis datanya.(*)(T.D009/B/s018/r009)


ANTARAnews
0

IPB Gagas Lokakarya Peluncuran "Green TV"

Bogor (ANTARA News) - Institut Pertanian Bogor berencana menggagas lokakarya guna mempersiapkan peluncuran "Green TV" milik kampus tersebut, kata Rektor Prof Dr Herry Suhardiyanto MSc, Jumat di Bogor.

"Kami berencana mengembangkan Green TV, untuk lebih mendekatkan diri dengan masyarakat luas," kata Prof Dr Herry Suhardiyanto MSc.

Sebagai upaya menyiapkan televisi yang akan mengangkat tema pendidikan pertanian sebagai menu utama pemberitaan, pihak IPB menggagas penyelenggaraan lokakarya.

"IPB akan menyelenggarajab pelatihan dan lokakarya untuk mematangkan konsep pengembangan Green TV," tegas Prof Herry Suhardiyanto.

Pelatihan dan Lokakarya Produksi Program Televisi IPB akan diselenggarakan oleh Laboratorium Media Elektronik IPB.

Pelatihan tersebut gagas dalam dua gelombang yaitu pada 21-22 Oktober dan 2 November 2010, dan pada 28-29 Oktober dan 4 November 2010, yang diikuti perwakilan dari unit-unit kerja yang ada di lingkungan IPB.

?Pelatihan ini diharapkan dapat menjadi wahana berlatih untuk mengemas tayangan edukatif pertanian yang menarik. Peserta akan dilatih sebagai executive producer yang nantinya akan menggerakkan unit kerja masing-masing untuk menyumbang content tayangan bagi Green TV," paparnya.

Menurut Prof Herry Suhardiyanto, "Green TV" direncanakan akan memproduksi berbagai tayangan edukatif, khususnya terkait dengan bidang pertanian dalam arti luas, termasuk aspek ketahanan pangan, bioenergi, kelestarian lingkungan, hingga pengentasan kemiskinan.

"Kehadiran Green TV diharapkan sebagai jembatan komunikasi antara IPB dengan dunia luas, sehingga hasil penelitian civitas akademika IPB dapat segera terpublikasi dan diakses publik," ungkap Prof Herry Suhardiyanto. (*)(ANT/R009)



ANTARAnews
0

Alat Perekam Gempa Gunung Krakatau Dibeton

Anak Gunung Krakatau mengeluarkan awan panas

CINANGKA--MICOM: Ismometer atau alat perekam gempa di Gunang Anak Krakatau (GAK) diamankan dengan cara dibeton, hal ini dilakukan agar salah satu dari komponen Seismograf tersebut aman dari terkena muntahan material batu.

"Alat perekam gempa sekarang kondisinya sudah aman, karena kemarin, telah kami beton," kata pengamat GAK, Sikin, di Pos Pemantau Desa Pabuaran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, Jumat (29/10).

Menurut dia, beton terhadap alat perekam gempa tersebut sengaja dilakukan agar aman, menginggat aktifitas GAK meningkat ke level II dari aktif normal.

"Posisi Ismometer yang kami beton mengalami pergeseran dari sebelumnya," katanya seraya menambahkan pergeseran hanya beberapa centimeter saja.

Betonisasi terhadap Ismometer di kawasan GAK itu masih menurut dia, dilakukan oleh Pusat Vulkanalogi dan Mitigasi Bencana Alam (PVMBG) di Bandung. "Betonisasi hanya dilakukan dalam satu hari, yang dilakukan bersama lima orang dari PVMBG dan tiga orang poter atau kuli," katanya.

Dari Pos Pemantau Cinangka sendiri yang ikut melakukan betonisasi berjumlah dua orang. "Kalau yang dari sini, saya dengan Pak Anton," katanya.

Sementara itu, pantauan aktifitas GAK saat ini masih terus mengeluarkan suara dentuman, yang membuat sejumlah warga ketakutan.

"Betul, suara letusannya saja sampai sekarang masih terdengar, selain itu asap juga terlihat berwarna kelabu menggumpal," katanya. (Ant/OL-9)



MediaIndonesia
0

1 dari 3 Anggota Keluarga Terhubung Internet

JAKARTA, KOMPAS.com — Untuk mengetahui merek apa saja yang ada di benak warga internet (netizen) di Indonesia, MarkPlus Insight melakukan riset lapangan mengenai perilaku dan kebiasaan mereka dalam menggunakan internet. Hasilnya, terpilih 45 merek favorit, salah satunya harian Kompas untuk kategori Koran lewat versi e-paper.

Riset menggunakan metode kuantitatif terhadap 1.500 responden usia 15-64 tahun yang tersebar di delapan kota besar, yaitu Medan, Palembang, Jabodetabek, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, dan Makassar. Juga digunakan metode wawancara yang dilakukan pada bulan September 2010.

Lebih dari sekadar menetapkan 45 merek pilihan, riset—yang menjadi bagian akhir dari rangkaian riset terhadap anak muda, perempuan, dan pengguna internet—menghasilkan banyak fakta mengejutkan seputar penggunaan internet di Indonesia.

Pendiri dan CEO MarkPlus Inc, Hermawan Kartajaya, dalam Marketeers Dinner Seminar "Marketing to Netizen", Rabu (27/10/2010) malam, mengungkapkan, satu dari tiga anggota keluarga telah terhubung ke internet. Fakta lain menyebutkan, delapan dari 10 netizen masuk ke dunia maya lewat ponsel.

"Hal ini didorong oleh perang tarif antaroperator seluler sehingga akses internet mobile bisa dijangkau banyak orang," demikian Hermawan. Selain itu, peredaran ponsel hingga 200 juta unit menjadi alasan lain besarnya penggunaan mobile internet.

Tingkat konsumsi responden untuk telekomunikasi dan internet termasuk tinggi. Mereka mengaku menghabiskan 3-5 jam sehari untuk berselancar di dunia maya, mayoritas untuk berinteraksi sosial lewat Facebook, Twitter, dan situs media sosial lain. "Sembilan dari 10 netizen menggunakan Facebook dan satu dari lima netizen memiliki akun Twitter," imbuh Hermawan.

Riset "Netizen Indonesia 2010" ini juga berhasil memetakan karakter psikografis netizen ke dalam tiga kelompok, yaitu negatif (37 persen), moderat (33 persen), dan positif (30 persen).

Sementara dari sisi kebiasaan berinternet, mayoritas responden masuk ke kelompok rata-rata (81,9 persen), yaitu kelompok pengguna yang sudah memliki akun dan meng-update status di media sosial. Hanya 4,4 persen netizen yang aktif membuat dan mengkreasi konten lewat blog, dan 13,6 persen lainnya termasuk netizen yang pasif atau hanya sebatas membaca konten yang ada.


KOMPAS

0

Mengolah Kotoran Sapi Menjadi Batu Bata dan Gerabah

Kotoran yang merupakan limbah hasil metabolisme hewan ternak seperti sapi ternyata masih berdaya guna dan dapat diolah menjadi produk yang bermanfaat bagi manusia. Apabila umumnya orang menganggap kotoran sapi sebagai sesuatu yang menjijikkan dan tidak berguna, Syammahfuz Chazali, alumnus Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, justru kebalikannya.

Syammahfuz yang kerap disapa Syam, bersama beberapa koleganya, berhasil meracik kotoran sapi sebagai bahan dasar batu bata dan gerabah. Dia mengaku inovasi tersebut telah dirintis sejak 2006, dan kini dirinya tengah berusaha serius membangun bisnis batu bata dan gerabah berbahan kotoran sapi tersebut. Harapan Syam memang bukan mustahil terwujud.

Pasalnya, inovasinya itu telah diapresiasi banyak pihak. Salah satu penghargaan paling bergengsi yang diperolehnya ialah juara pertama kompetisi business plan tingkat dunia yang bertema Global Social Venture Competition (GSVC).

Pada ajang yang berlangsung dari 23 hingga 25 April 2009 di University of California, Berkeley, Amerika Serikat (AS) itu, Syam bersama enam mahasiswa Prasetiya Mulya Business School mengajukan proyek penelitian dan pengelolaan kotoran sapi sebagai bahan baku pembuatan batu bata.

“Kini, seorang pengusaha dari Rusia menawari saya untuk membuat batu bata berbahan kotoran sapi itu menjadi produksi massal di sana. Namun, tawaran itu masih saya pikirpikir karena saya berusaha untuk membuatnya di Indonesia terlebih dulu,” kata Syam.

Memang, batu bata berbahan kotoran sapi yang dikembangkan Syam itu sampai saat ini belum diproduksi massal karena terkendala masalah permodalan. Padahal, jika dilihat dari harga, produk bata bata dari kotoran sapi itu lebih murah dibandingkan dengan bata bata dari tanah liat.

Syam mengatakan harga batu bata hasil inovasinya hanya 280 rupiah per buah, sedangkan harga batu bata dari tanah liat paling murah 500 rupiah per buah. “Harga batu bata yang saya buat lebih murah karena bahannya berasal dari limbah,” ujar dia.

Selain harganya yang lebih murah, bata tlethong sapi (tlethong merupakan bahasa Jawa yang berarti kotoran) sangat menguntungkan peternak. Pasalnya, para peternak dapat menjual kotoran sapi kepada Syam dengan harga 1.000 rupiah per kilogram. Sementara harga kotoran sapi di pasaran tidak sampai separonya.

Berdasarkan data, jumlah kotoran sapi kering yang dihasilkan di Indonesia mencapai sekitar 5,9 juta ton per tahun. Kebanyakan kotoran itu hanya dibuang tanpa dimanfaatkan sehingga mengotori lingkungan. Namun, dengan upaya pembuatan batu bata berbahan baku kotoran sapi yang dilakukan Syam, pencemaran lingkungan dapat diminimalisasi.

“Selain itu, proses produksi batu bata dari tanah liat bisa merusak lingkungan karena tanah dikeruk terusmenerus,” imbuh Syam.

Lebih Kuat

Kelebihan lainnya yang dimiliki batu bata dari kotoran sapi ialah berbobot lebih ringan 20 persen ketimbang batu bata dari tanah liat. Meski bobotnya lebih ringan, batu bata tersebut lebih kuat 20 persen dibandingkan dengan batu bata biasa. Syam mengklaim batu bata hasil inovasinya itu juga dapat mengurangi penggunaan semen hingga 60 persen.

Sebagai langkah awal pembuatan batu bata dari kotoran sapi, bahan utama dicampur cairan formula khusus. Campuran itu menghasilkan bahan yang sudah berwujud tanah liat. Setelah dicampur tanah keras dengan komposisi 80 persen berbanding 20 persen, campuran dicetak seperti batu bata biasa.

Langkah berikutnya, cetakan dikeringkan dan dibakar. Proses pembakaran biasanya menggunakan kotoran sapi sebagai bahan bakar biogas sehingga ramah lingkungan. Saat ini, Syam dan rekan-rekannya tengah berupaya pula membuat batu bata lego yang akan makin mengurangi penggunaan semen.

Nantinya, dengan adanya batu bata lego tersebut, bangunan tidak lagi mesti berbentuk persegi panjang, tetapi juga bisa dibentuk seperti halnya mainan lego. Syam mengisahkan pembuatan batu bata itu merupakan kelanjutan dari inovasi pembuatan gerabah berbahan baku kotoran sapi.

Syam bersama dua rekannya, Wusana Bayu Pamungkas dan Irawan Nurcahyo, dari Fakultas Peternakan UGM membentuk tim Faerumnesia (kotoran dari lambung sapi) untuk meneliti manfaat kotoran sapi pada 2006. Langkah pertama yang dilakukan Syam dan rekan-rekannya itu ialah mengolah kotoran sapi agar tidak berbau dan gatal.

Setelah itu, mereka bekerja sama dengan salah seorang perajin gerabah di Kasongan, Bantul, untuk membuat gerabah yang berbahan campuran kotoran sapi. “Hasilnya cukup mengejutkan. Gerabah dengan campuran kotoran sapi itu jauh lebih ringan dan kuat.

Saat dibakar, 90 persen bagian gerabah tidak pecah, tidak seperti gerabah pada umumnya. Selain itu, gerabah yang dihasilkan jauh lebih cemerlang dibandingkan dengan gerabah dari bahan biasa,” papar Syam. Sayangnya, Syam tidak bersedia menjelaskan secara detail komposisi bahan campuran gerabah itu.

Alasannya, saat ini dia tengah mengurusi hak paten produknya tersebut. Dia hanya menerangkan komposisi bahan pembuatan gerabah atau batu bata dari kotoran sapi, yakni 80 persen kotoran sapi dan 20 persen tanah keras. Selebihnya adalah cairan formula yang masih dirahasiakan kandungannya.

Syam mengatakan pembuatan gerabah dan batu bata berbahan baku kotoran sapi itu memerlukan waktu tiga minggu. Inovasi yang dibuat Syam dan rekan-rekannya tersebut cukup menarik perhatian masyarakat Indonesia maupun luar negeri. Buktinya, Syam mendapatkan pesanan gerabah dari Brunei Darussalam dan Belanda.

Atas prestasinya itu, pada 2008, Syam terpilih sebagai salah satu wirausahawan muda terbaik versi Bank Mandiri. Keberhasilan Syam dan rekan-rekannya dalam memproduksi gerabah yang berasal dari kotoran sapi menarik perhatian lima mahasiswa/mahasiswi program Magister Manajemen Prasetiya Mulya Business School (PMBS).

Indri Yuni Handayani, Marselina, Fika Nurfi triyana, Teuku Winnetou, Erma Melina Sarahwati, dan Yusuf Aria Putera mengajak Syam untuk bekerja sama mengembangkan inovasi lainnya, yaitu membuat batu bata dari kotoran sapi. Syam mengatakan mereka akhirnya memilih membuat batu bata dengan pertimbangan harga gerabah lebih fluktuatif karena bergantung pada permintaan ekspor.

Sementara batu bata sangat dibutuhkan masyarakat dan merupakan material pokok untuk mendirikan bangunan.

“Kami sangat bangga bisa memenangkan kejuaraan GSVC, apalagi selama 10 tahun ajang itu digelar, belum pernah ada tim perguruan tinggi dari luar AS yang sukses menggondol juara pertama dan berhak atas hadiah 25 ribu dollar AS. Proposal bisnis kami dianggap visioner sekaligus ramah lingkungan,” tandas Syam.


KoranJakarta
0

Deteksi Tsunami akan Ditingkatkan jadi 4 Menit

INILAH.COM, Jakarta BPPT menyatakan jika ingin mendapatkan akurasi deteksi tsunami yang lebih tinggi maka harus ada penambahan perangkat. Minimal perangkat yang ada harus seperti Jepang.

Tapi kita juga tak bisa tiba-tiba mencontoh mereka, ya sedikit demi sedikit, kata Project Manager Tsunami Buoy BPPT Joko Hartodjo saat dihubungi INILAH.COM.

Tapi Joko mengatakan untuk peringatan gempa, deteksi gempa dan potensi tsunami, keberadaan network alat-alat pendeteksi yang ada, sudah mencukupi. Hal itu bisa dilihat dalam 5 menit, peringatan sudah ada.

Nantinya dari 5 menit akan ditingkatkan menjadi 4 menit. Masalahnya kan lokasi episentrum pusat gempa yang menimbulkan gempa kalau dihitung-hitung membutuhkan waktu 15 menit atau 10-20 menit tergantung tempatnya. Lima menit BMKG mengumumkan peringatan, sisanya 10 menit untuk menyelamatkan diri dan mencari tempat yang tinggi, katanya.

Joko menambahkan agar akurasi naik, maka alat juga harus ditambah. Tapi hal itu harus secara bertahap. Karena harga seismometer mencapai ratusan juta rupiah, belum termasuk platform dan lainnya.

Misalnya untuk satu stasiun bisa mencapai Rp 250 juta dan dibangun di tiap 50 kilometer, ya tinggal dihitung saja. Panjang pantai sendiri bisa mencapai 81 ribu km, harus dihitung lagi. Buoy sendiri kalo dibikin sendiri mencapai Rp 4 miliar dan kalau beli mencapai Rp 6,5 miliar, kata Joko.

Selain masalah komunikasi, tambah Joko sistem informasi dari atas ke bawah juga perlu ditingkatkan. Karena untuk kota besar seperti Padang ada sirinenya, dan berbunyi jika ada potensi bahaya.

Sementara di Mentawai belum ada. Apalagi yang berada di pelosok juga semakin sulit. Sirene sendiri memiliki jangkauan 5 km - 10 km, dan jika tiap pantai dibangun sirene setiap 10 km maka biayanya akan besar sekali.

Yang paling memungkinkan pemerintah harus menggandeng menkominfo, sirene itu ditempatkan di BTS, izin ke menkominfo sendiri sudah ada, kata Joko.

BTS memiliki kelebihan punya energi sendiri dan bisa bisa ditumpangi. Jika setelah gempa listrik mati dan kemudian ada tsunami, sirene yang dibangun sendiri tidak akan bunyi karena tidak ada energi.

Kalau menumpang BTS biaya juga bisa ditekan. Selain tempatnya tinggi, sirene akan ready kapan pun.

Joko menambahkan Mentawai juga menjadi prioritas, tapi yang dikhawatirkan akan menghatam Padang. Jika tidak ada pulau seperti Mentawai, maka Padang akan langsung dihantam dan tsunaminya bisa lebih tinggi. [ito]


Inilah