0

Operator Seluler Gaet Pertamina Amankan BBM

Pertamina akan menjamin penyediaan supply bahan bakar minyak (BBM) untuk operasional BTS.

VIVAnews
- Untuk menjamin penyediaan supply bahan bakar minyak (BBM) dalam menunjang kegiatan operasional BTS milik perusahaan telekomunikasi di seluruh Indonesia, ATSI (Asosiasi Telekomunikasi Selular Indonesia) menandatangani kerja sama dengan PT Pertamina Persero.

Penandatanganan kerja sama dilakukan oleh Ketua ATSI Sarwoto Atmosutarno dan Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina Persero Djaelani Soetopo tadi pagi di Kantor Pusat Telkomsel, Wisma Mulia, Jalan Jendral Gatot Subroto, Jakarta, Jumat 13 Agustus 2010.

"Melalui kemitraan ini, kami harapkan ketersediaan supply BBM yang dibutuhkan semua operator dalam menunjang kegiatan operasional sehari-hari akan terjamin, khususnya untuk mendukung tetap beroperasinya infrastruktur Base Transceiver Station (BTS) yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia," kata Sarwoto melalui keterangan resminya, hari ini.

"Dengan demikian, kami bisa meningkatkan kenyamanan pelanggan selular dalam menggunakan layanan telekomunikasi yang diwadahi oleh ATSI," tandas pria yang juga menjabat Direktur Utama Telkomsel itu.

Melalui kerja sama ini, ATSI sebagai wadah bagi semua operator telekomunikasi di Indonesia akan diberikan fasilitas untuk menggunakan sistem pembayaran terpusat melalui i-reserve system, sehingga memungkinkan semua operator untuk melakukan proses pemesanan, monitoring, dan pembayaran BBM secara lebih cepat, mudah, dan dengan harga industri yang lebih pasti.

Menurut laporan terakhirnya, ATSI mencatat jumlah pengguna selular di Indonesia telah menyentuh 180 juta nomor. Sekitar 95 persen di antaranya adalah pelanggan prabayar.

"Untuk mengantarkan layanan berkualitas hingga ke daerah-daerah terpencil, tentu saja para operator memerlukan dukungan dari berbagai pihak. Salah satunya pemenuhan kebutuhan supply BBM pada tiap perusahaan telekomunikasi," pungkas Sarwoto. (hs)


VIVAnews
0

2010, XL Target Jakarta 'Dibungkus' Full IP

Menuju LTE, perseroan mulai meninggalkan TDM ke arah Internet Protocol (IP)

VIVAnews
- Mengembangkan implementasi teknologi baru LTE (Long Term Evolution) di Indonesia, PT XL Axiata Tbk (XL) mematok target implementasi jaringan backhaul full IP dapat rampung tahun ini.

"Kami (XL) memang lebih melihat potensi LTE di Indonesia. Dari 'keluarga' GSM rata-rata roadmap-nya ke arah sana," ujar Robert Dedy Purwanto, Vice President Network Operation and Quality XL, saat dikonfirmasi VIVAnews, Jakarta, Jumat, 13 Agustus 2010.

Sejauh ini, lanjut dia, perusahaan masih mempersiapkan akses. Elemen terpenting adalah kesiapan backhaul. "Untuk merealisasikan implementasi teknologi LTE, jaringan harus berbasis full Internet Protocol (IP)," terang Robert.

"Untuk semua itu, kocek investasinya sudah turun tahun ini. Target kami Jakarta sudah di-cover full IP hingga akhir tahun," tandasnya.

Sebagian besar backhaul XL saat ini masih menggunakan TDM (Time-Division Multiplexing), yakni suatu jenis sinyal digital di mana terdapat dua atau lebih saluran yang sama diperoleh dari spektrum frekuensi, yaitu arus bit.

"Rata-rata masing menggunakan frekuensi radio sampai 1Mbps, sementara kalau IP, transmit datanya bisa besar sekali karena virtual," kata Robert yang tidak menjelaskan secara detail perbandingannya.

Di segi perangkat, XL menggandeng Ericsson dan Huawei. Terkait waktu komersialnya, Robert tak bisa menjamin kapan. "Sementara kita rapikan dulu infrastruktur dan software-nya. Kalau komersial, biasanya kita setahun lebih lambat dari Eropa. Tergantung regulasi juga," ujar Robert.

Untuk uji coba LTE yang dilakukan April silam, Robert mengaku hasilnya cukup memuaskan. "Semua berjalan lancar. Izin trial pun oke. Jaringan stabil, bisa jadi karena belum ada trafik. Waktu itu, kita ingin buktikan apa yang dijanjikan para vendor," pungkas Robert.

Sebagai informasi, LTE disebut juga sebagai evolusi teknologi komunikasi selular menuju jaringan broadband (pita lebar) IP secara menyeluruh (end-to-end).

LTE merupakan pengembangan dari teknologi 3G yang pada awalnya dari 3GPP 1, dikenal dengan nama R-8 (Release-8), yang lebih difokuskan ke arah kecepatan transfer data yang lebih tinggi ketimbang 3.5G. Kabarnya, maksimum kecepatan data transfer yang ditawarkan mencapai 100 Mbps (downlink).


VIVAnews
0

Indonesia Siap Kerja Sama Produksi Pesawat Tempur

TEMPO Interaktif, Jakarta -Kementerian Pertahanan menyatakan Indonesia siap melakukan kerja sama produksi pesawat tempur dengan pihak Korea Selatan. Hal itu dinyatakan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dan Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Tae Young seusai melakukan pertemuan bilateral di Jakarta, Rabu (11/8).

Kerjasama pesawat tempur ini, kata Purnomo, merupakan perjanjian yang ditandatangani pada Juli 2010. Menyambung perjanjian sebelumnya yang diteken 2006. "Kemitraan strategis memang jadi salah satu fokusnya," ujarnya.

Purnomo mengatakan proyek kerjasama dalam pembuatan pesawat tempur FSX akan dimulai pada 2012. Diharapkan, kata dia, proyek kedua negara ini bisa menghasilkan sebuah prototipe pesawat tempur pada tahun 2020. "Kami berharap Indonesia bisa menjadi base produksinya," ujarnya.

Sementara itu, Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Samsoeddin mengatakan Indonesia akan meminta hak penjualan juga atas pesawat yang di produksi nantinya. Saat ini, kata dia, kedua negara saedang membentuk kelompok kerja untuk terus membahas soal ini. "Ada tim pula yang pergi ke sana melihat awal proses pembuatan pesawat," ujarnya.

Sjafrie mengatakan dalam deklarasi kemitraan strategis antara Indonesia dengan Korea Selatan pada tahun 2006 silam disebut khusus soal pembuatan pesawat. Selain itu kerjasama dibangun untuk melakukan promosi bersama, fasilitasi kerja sama dalam produksi, alih teknologi, serta transfer pengetahuan terkait alat utama sistem persenjataan.

Menanggapi permintaan kerja sama ini, Menteri Pertahanan Korea Selatan HE Kim Tae Young mengatakan sungguh menguntungkan bisa bekerja sama dengan Indonesia dalam hal pembuatan pesawar tempur. Pasalnya, semua bahan baku dan industri pertahanan sudah dimiliki Indonesia, sehingga bisa memperlancar kerjasama pembuatan produk pertahanan ini.SANDY INDRA PRATAMA


Tempointeraktif
0

Karya Peneliti ITS Tak Tergarap Optimal

SURABAYA – Pekerjaan besar menunggu Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Dari 60 karya yang sudah dipatenkan, baru sebagian kecil saja karya yang bisa diproduksi massal dan berguna bagi masyarakat.

Ketua Pusat Bisnis dan Teknologi dan Industri Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) ITS Nyoman Pujawan mengakui banyak karya ITS yang telah memiliki Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), namun kini belum diproduksi secara massal. Hal itu terjadi karena peneliti tidak memiliki kemampuan memasarkan. Selain itu, butuh biaya yang tidak sedikit untuk memproduksi massal.

”Kami kan tidak punya unit usaha. Kemudian, waktu dan tenaga untuk pemasaran juga tidak ada. Ini yang membuat banyak hasil penelitian kami ”diam” di kampus saja,” ungkap Nyoman di sela-sela acara Forum Peneliti Industri di Ruang Rektorat ITS, Kamis 5 Agustus.

Pria asal Bali ini menambahkan, keberadaan peneliti industri di ITS sebenarnya bertujuan untuk mempertemukan antara teori dan hasil-hasil kajian kampus dengan pelaku industri. Setidaknya, ada lebih dari 20 pelaku industri dalam kegiatan yang baru pertama kali digelar kampus yang berada kawasan Surabaya Timur ini. Diharapkan, dari pertemuan ini ada pelaku industri yang tertarik untuk memproduksi hasil karya dari para peneliti ITS.

Sedikitnya ada sembilan karya dari ITS yang ditawarkan pada pelaku industri. Karya itu antara lain kapal trimaran, filter air, sepeda fleksibel, dan diagnosis penyakit. ”Nah, kami punya alat dan orang lain yang memproduksi,” tuturnya.

Sementara itu, Ketua Unit HAKI LPPM ITS Didik Prasetyoko memaparkan, tahun ini ITS menargetkan tujuh karya dari peneliti ITS terdaftar di HAKI. Namun, sejauh ini baru empat karya yang mengantongi hak paten. ”Saat ini sudah ada tujuh karya yang tersertifikasi,” tuturnya.

Salah satu jenis karya yang dipatenkan adalah Kapal Trimaran Bersirip. Kapal ini menggunakan alat disebut sirip yang dipasangkan pada bagian depan dari haluan kapal jenis trimaran. Fungsi sirip ini untuk membuat gaya angkat sehingga dengan sendirinya, badan kapal bagian depan akan terangkat ke atas. Ini terjadi apabila kapal tersebut diberi gaya dorong pada kecepatan tertentu. Dengan terangkatnya kapal ini, tahanan akan semakin kecil. Dampaknya, dengan kecepatan tertentu akan ditempuh jarak yang lebih jauh dibandingkan kapal yang tidak terangkat. Karya Paulus Indiyono, Jurusan Teknik Kelautan Fakultas Teknologi Kelautan ITS ini mengantongi hak paten sejak Desember 2006 dengan nomor paten: P00200700040.
(Lukman Hakim/Koran SI/rhs)


Okezone
0

TEKNOLOGI MIKROBIOLOGI : Aktinomisetes untuk Antibiotik

Sejumput tanah dan serasah dari 13 lokasi kebun raya di sejumlah provinsi di Indonesia ditelisik para ahli mikrobiologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Alhasil, salah satu bioprospeksi diperoleh berupa bakteri aktinomisetes lokal yang bisa memperbarui kualitas obat antibiotik.

Setahu saya, produksi antibiotik kita masih dari lisensi negara-negara lain. Kita perlu mengembangkan produksi antibiotik dengan aktinomisetes lokal,” ungkap Kepala Bidang Biologi Sel dan Jaringan pada Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Puspita Lisdiyanti.

Di bidang farmasi, tidak mustahil dijumpai antibiotik yang sudah tidak manjur lagi bagi pasien tertentu. Antibiotik tidak lagi bekerja dengan efektif karena kuman yang seharusnya dilumpuhkan ternyata memiliki resistensi atau ketahanan terhadap obat tersebut.

Dosis antibiotik selalu dianjurkan untuk dihabiskan. Jika tidak, bisa menimbulkan resistensi kuman. Terjadinya daya tahan kuman yang meningkat masih berpeluang besar karena kepatuhan menghabiskan antibiotik bagi pasien tidak bisa dijamin 100 persen.

”Di situlah letak pentingnya pengembangan antibiotik terus dijalankan,” kata Puspita.

Dari hasil temuan aktinomisetes lokal, menurut Puspita, sampai sekarang memang belum diaplikasikan secara komersial untuk mendapatkan jenis obat antibiotik mutakhir. Alasannya klasik, karena investor atau pemilik industri farmasi dalam negeri belum ada yang tertarik.

Aktinomisetes Bedugul

Puspita meneliti bioprospeksi aktinomisetes sejak 2003. Ia bekerja sama dengan peneliti lainnya dari LIPI; Institut Pertanian Bogor; Departemen Pertanian; dan National Institute of Technology and Evaluation (NITE), Jepang.

Aktinomisetes dari 18 sampel tanah dan 20 sampel serasah yang dipungut dari Kebun Raya Eka Karya, Bedugul, memiliki penanganan yang paling maju.

Sebanyak 38 sampel tersebut diambil dari area Kebun Raya Bedugul yang memiliki luas 159 hektar di ketinggian 1.250 meter hingga 1.400 meter. Sejumlah bakteri aktinomisetes berhasil diisolasi.

Pertama kali mengisolasi, diperoleh sebanyak 409 isolat aktinomisetes. Metode yang digunakan yaitu Sodium Dodecyl Sulfat-Yeast Extract (SDS-YE) dan Rehydration and Centrifugation (RC).

Pengisolasian aktinomisetes dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Industri, Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, di Cibinong, Jawa Barat. Sebanyak 409 isolat aktinomisetes kemudian diseleksi berdasarkan penampakan morfologi yang berbeda.

Diperoleh sebanyak 242 isolat aktinomisetes terseleksi menggunakan mikroskop cahaya. Pada tahun 2004, sebanyak 242 isolat terseleksi itu dikirimkan ke NITE, Jepang, untuk penelitian identifikasi molekuler.

Pada 2004 itu, LIPI dan NITE mengembangkan program kerja sama Taxonomic and Ecological Study of Actinomycetes from Indonesia. Ini hasil nota kesepahaman yang dijalin antara Kementerian Negara Riset dan Teknologi Indonesia dengan NITE, Jepang, dalam kerangka program Sustainable Use of Microbial Resources.

Relokasi 242 isolat aktinomisetes ke Jepang ketika itu mengalami kontaminasi sehingga ada beberapa yang rusak dan yang tertinggal hanya 229 isolat.

Spesies baru

Hasil penelitian berikutnya mengenai taksonomi isolat aktinomisetes dari Bedugul. Kemudian diperoleh spesies baru, yaitu Streptomyces baliensis dan Actinokineospora baliensis.

”Pengiriman isolat aktinomisetes ini legal, bukan biopiracy (pembajakan material biologi),” kata Puspita.

Jepang diwajibkan membayar sewa isolat mikroorganisme tersebut sebesar 1.000 yen (satu yen berkisar Rp 100) per tahun untuk satu isolat. Puspita mengakui, ini memang murah. Namun, masih ada benefit sharing (pembagian manfaat) lain, seperti peningkatan kapasitas ilmuwan kita, khususnya di bidang teknologi mikrobiologi. ”Peningkatan kapasitas ini yang sulit diukur secara ekonomi,” kata Puspita.

Peningkatan kapasitas para ilmuwan teknologi mikrobiologi untuk mendapatkan aktinomisetes lokal memang mahal. Hanya saja aplikasinya masih selalu dinanti.


LIPI
0

BTEL Luncurkan Hape Esia Hidayah Baru

Melalui ponsel ini orang tua bisa mengetahui akivitas ibadah anaknya dari jauh.

VIVAnews - Bersamaan dengan momentum awal bulan Ramadan, hari ini Bakrie Telecom meluncurkan tiga ponsel spesial bagi umat Islam yang termasuk dalam jajaran Hape Esia Hidayah.

Tiga ponsel tersebut membawa beberapa pembaruan terhadap jajaran Esia Hidayah terdahulu, karena ketiganya bisa saling terhubung melalui berbagai aplikasi yang diperlukan oleh keluarga muslim.

Tiga ponsel baru ini tersebut adalah Esia Hidayah Amanah yang ditujukan bagi orang tua, Esia Hidayah Sholeh, dan Esia Hidayah Sholeh QWERTY, yang keduanya ditujukan bagi anak.

Menurut Wakil Direktur Utama Bakrie Telecom Erik Meijer, seri terbaru dari Hape Esia Hidayah ini diharapkan akan makin memperkuat ikatan kekeluargaan antara orangtua dan anak.

"Seri terbaru Esia Hidayah ini bentuknya lebih bagus, teknologinya lebih canggih, dan harganya juga lebih terjangkau," kata Erik di acara peluncuran ponsel ini, di Masjid Agung Al Azhar Jakarta Selatan, Senin 9 Agustus 2010.

Tak hanya dilengkapi dengan pengingat waktu salat atau aplikasi Al-Quran, dengan ponsel-ponsel ini, orang tua bisa mengecek amalan ibadah harian anaknya, seperti sholat 5 waktu, doa sehari-hari, dzikir harian, dan lain-lain.

Menurut Executive Vice President Sales BTEL Irfandi Firmansyah, orangtua yang menggunakan ponsel Esia Hidayah Amanah, dari jauh bisa mengecek apakah anaknya sudah sholat atau belum. Syaratnya, melalui Hape Esia Hidayah Sholeh atau Hape Esia Hidayah Sholeh QWERTY, sang anak harus mengisi tanda centang di kolom salat.

Dengan cara yang sama, orangtua juga bisa mengecek apakah anaknya sudah belajar, mengerjakan PR, dan melakukan kegiatan-kegiatan laininya. Selain itu, Esia Hidayah Sholeh juga menyediakan aplikasi Dunia Bermain dan Belajar yang berisi materi pelajaran agama dan ilmu pengetahuan yang bisa dipelajari sambil bermain.

”Ada nilai-nilai kekeluargaan antara anak dan orangtua. Sementara orangtua juga bisa membimbing dan memonitor aktivitas salat dan pelajaran anak meskipun ditampilkan dengan cara yang lemah lembut sambil bermain,” Erik menjelaskan.

Ketiga ponsel bisa diperoleh dengan harga sekitar Rp 1 juta. Hape Esia Hidayah Amanah dibanderol seharga Rp 500 ribu, Hape Esia Hidayah Sholeh QWERTY Rp 300 ribu, dan Esia Hidayah Sholeh senilai Rp 200 ribu. (adi)


VIVAnews
0

Pemanfaatan Lumpur Lapindo sebagai Bahan Baku Porselin

Industri kerajinan keramik di Bali memiliki potensi yang sangat kuat karena berakar pada budaya masyarakatnya. Potensi tersebut dilirik oleh Pemerintah dengan mendirikan Pusat Penelitian dan Pengembangan Seni Keramik dan Porselin (P3SKP) di bali pada tahun 1982 dengan tujuan melestarikan seni budaya dan peningkatan mutu kualitas keramik dengan memberikan nilai tambah teknologi. Di tahun 1995, P3SKP kemudian berubah status menjadi Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Seni dan Teknologi Keramik dan Porselin (UPT-PSTKP) di bawah koordinasi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

“UPT PSTKP merupakan suatu unit kerja yang sangat unik karena mampu memadukan antara unsur teknologi dan seni. Perpaduan yang unik ini membawa manfaat besar bagi industri keramik, baik yang ada di Bali maupun industri keramik nasional”, ujar Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material (TIEM), Unggul Priyanto saat menerima Tim Kunjungan Kerja (Kunker) Komisi VII DPR RI yang dipimpin oleh Effendi M.S. Simbolon ke UPT PSTKP BPPT di Bali, 2 Agustus 2010.

Dalam presentasinya, Kepala UPT PSTKP Bali I GA. Suradharmika menyebutkan bahwa sejak berdiri tahun 1982, UPT PSTKP Bali telah melakukan berbagai penelitian di bidang massa raga dan glasir untuk pengembangan keramik. “Penelitian difokuskan pada pencarian komposisi massa raga yang cocok untuk membuat benda keramik dengan basis tanah lempung tertentu. Sampai saat ini telah didapat beberapa komposisi dengan berbasis tanah Kalimantan, Lombok dan Bali” Ujar Suradharmika.

Di bidang glasir dan pewarna, penelitian difokuskan pada pencarian komposisi berbagai warna glasir. “Untuk pengembangan desain dan dekorasi keramik, yang terbaru adalah kami telah mengembangkan sistem knock down dan double wall. Untuk sistem knock down, seperti patung garuda Bali, jadi sayapnya dapat dilepas pasang. Sementara untuk sistem double wall, dengan adanya dua dinding maka dinding luar dapat diukir tembus sementara dinding dalam dapat diisi misalnya untuk tempat air”, jelas Suradharmika.

Lebih lanjut Suradharmika mengungkapkan bahwa pengembangan ke depannya, UPT PSTKP Bali akan mengembangkan teknologi porselin, karena teknologi porselin dapat dimanfaatkan untuk seni juga untuk keramik maju. UPT PSTKP juga telah mengembangkan lumpur lapindo sebagai bahan baku porselin karena sumbernya melimpah, harganya yang murah dan sifatnya yang bagus sebagai bahan pengikat. Pemanfaatan lumpur lapindo bisa digunakan untuk glatsir, gerabah konvensional, stoneware warna, bata dan genteng konvensional, bata dan genteng geopolimer, gerabah geopolimer dan paving.

Menurut data yang didapat dari Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS), setiap harinya lumpur dengan kandungan air tinggi yaitu 70-80% dibuang ke Sungai Porong hingga 72000 m3. “Dalam perhitungan yang kami lakukan, dengan harga lumpur kering sebesar Rp 25000/ton, maka setiap harinya telah dibuang bahan mentah keramik sebesar Rp 936.000.000-Rp 1.404.000.000/hari. Disini kami melihat adanya peluang yang bisa ditangkap oleh perajin-perajin keramik untuk menjadikan lumpur sebagai bahan baku”, terang Suradharmika.

Salah satu anggota tim kunker, Rahmat Hidayat mengungkapkan ketertarikannya terhadap pengembangan lumpur lapindo yang dilakukan UPT PSTKP. “Kalau memang sudah jelas manfaatnya untuk apa saja, daripada terbuang percuma sebaiknya segera dipublikasikan dan disosialisasikan mengenai pemanfaatan lumpur tersebut” Ujar Rahmat.

Senada dengan Rahmat, anggota tim lain Halim Kalla, mengatakan bahwa dengan teknologi yang telah dikembangkan UPT PSTKP, tentunya dapat mencegah terbuangnya lumpur lapindo secara percuma. “Kalau bisa lumpur lapindo yang sudah dijadikan batu bata dibangun menjadi sebuah rumah, misalnya untuk membangun rumah bagi korban lumpur Sidoarjo itu. Tentu saja kami dari Komisi VII siap untuk mendukung terealisasikannya hal tersebut”.

Berkaitan dengan peningkatan nilai tambah dalam seni keramik, anggota tim kunker Samsul Bachri dan Alimin Abdullah menekankan perlunya pengembangan keahlian dari para perajin keramik Indonesia, disinilah UPT PSTKP berperan melalui pembinaan perajin keramik di berbagai daerah tidak hanya di Bali. UPT PSTKP harus berperan sebagai center of excellent bagi industri-industri keramik di Indonesia. “Tolong sampaikan rekomendasi kepada kami, Komisi VII DPR, apa yang bisa kami dukung agar kerajinan keramik Indonesia dapat lebih berkembang dan dapat bersaing dengan keramik dari negara lain”.

“Selama ini, program pembinaan yang dilakukan oleh UPT PSTKP telah dilakukan di berbagai daerah seperti Pejaten, Lombok dan Banten. Di setiap daerah yang kami bina, kami berusaha mengembangkan seni dan budaya daerah setempat dengan menerapkan kekhasan daerah setempat pada seni keramik yang dihasilkan. Tujuannya adalah agar setiap daerah memiliki keramik dengan ciri khas yang berbeda sehingga dapat sama-sama bersaing dengan produk luar negeri. Bahkan salah satu perajin binaan kami dari Pejaten berhasil mendapatkan penghargaan dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dengan teknik knock down nya”, tegas Suradharmika. (roren/humasristek)


Ristek