0

Triple Helix Conference IX, 2012: Dunia Amati SINAS Indonesia

Istilah "inovasi" bagi negara maju dan berkembang telah menjadi kata kunci pembangunan. Penilaian empirik di berbagai laporan menunjukkan bahwa semangat kolaboratif di dalam proses inovasi akan menjaga nilai daya kompetisi dan keberlanjutan pembangunan bagi setiap elemen yang terlibat di dalamnya. Itulah sebabnya, suatu sistem inovasi nasional kian popular ditemui dalam pelbagai konsep kebijakan publik di sebagian besar negara di dunia.

"The Triple Helix Conference (THC)" adalah suatu ajang dua tahunan, di mana pengamat kebijakan publik dan kalangan praktisi dari seluruh dunia membahas mengenai dinamika relasi inovasi di antara kalangan pengembang iptek, industri, dan pemerintah. Ketiga elemen yang biasa disebut ABG (Academician, Business, Government) ini, memang memiliki keterkaitan integral inovasi, untuk mampu mentransformasikan masyarakat menuju tingkat kesejahteraan yang lebih baik.


THC IX, 2012-Bandung

Berlangsung sejak tahun 1996, THC telah mengalami berbagai peningkatan ketajaman tema, dengan makin menyelaraskan teori dan praktik untuk dibahas di acara tersebut. Perbaikan ini menyebabkan di tiap giliran penyelenggaraannya, THC berupaya mendekatkan pengamatan terhadap pelbagai proses inovasi di dalam sistem ABG, sesuai dengan kondisi masyarakat.

Untuk tahun 2010 ini, THC VIII, akan berlangsung di Madrid, Spanyol pada bulan Oktober dengan mengambil tema berkisar "taman iptek", sebutan untuk area komersialisasi iptek (lihat www.triplehelix8.org). Seiring dengan upaya Indonesia dalam pengutan Sistem Inovasi Nasional, maka penyelenggaraan THC IX tahun 2012 direncanakan akan dilaksanakan di Indonesia.

Untuk penyelenggaraan THC IX, Kementerian Riset dan Teknologi akan bekerjasama dengan Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM-ITB) untuk menggelar ajang tersebut di Kampus ITB. Persiapan pelaksanaan THC IX tersebut sudah mulai dilaksanakan sekarang.

Bersiap Sejak Sekarang

Pada tanggal 30 Juli 2010 lalu telah dilaksanakan rapat koordinasi antara tim dari Asdep Jaringan Iptek Internasional Kementerian Riset dan Teknologi dengan perwakilan dari Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB, yaitu Prof. Togar Simatupang. Rapat tersebut membahas berbagai topik seputar Sistem Inovasi Nasional/Sinas, Indonesia yang akan dikembangkan sebagai bagian utama topik utama di dalam THC IX kelak (dokumentasi di samping).

Tim panitia THC IX akan melakukan berbagai langkah, termasuk pada kegiatan sosialisasi berbasis internet. Dalam waktu dekat, panitia akan menggulirkan sebuah situs yang akan menghela dukungan berbagai kalangan dalam dan luar negeri. Acara THC IX Bandung ini ditargetkan akan dihadiri oleh sedikitnya 400 peserta, dan puluhan pembicara dari berbagai belahan dunia.

Diharapkan, ajang THC IX ini akan menjadi promosi Indonesia kepada dunia internasional bahwa elemen pemerintah, bisnis, dan akademisi/peneliti dapat bersinergi untuk membangun daya saing bangsa Indonesia. (ad-jii/humasristek)


Ristek
0

Sistem Peringatan Dini Longsor

Dalam rangka pelaksanaan kegiatan Asdep urusan Iptek Pemerintah mengenai Iptek kebencanaan 2010 terkait pendayagunaan teknologi peringatan dini telah diadakan rapat koordinasi dengan manghadirkan salah satu narasumber dari UGM yang juga salah satu anggota dari Internasional Consorsium on Landslide, yaitu Prof. Dr. Dwikorita Karnawati.

Dalam pemaparannya Prof. Dr. Dwikorita Karnawati memperkenalkan Strategy for Landslide Disaster Risk Reduction diantaranya: Scale of problem vs scale of research, Strategic road map of Research & Tech dev., Strategic collaborative research for sharing of actions, Multi discipline approach serta mengkatagorikan masalah longsor dalam beberapa skala yaitu : global, Nasional, Regional, Local. Selain itu juga menjelaskan tentang peta rawan bencana dengan berbagai skala dan juga peta desa yang sangat berguna bagi desa itu sendiri dalam menghadapi bencana.

Pada ksempatan itu juga Prof. Dr. Dwikorita Karnawati memperkenalkan alat pendeteksi dini longsor dengan menggunakan extensometer yang di buat oleh LPPM UGM yang telah dipasang di beberapa daerah di Indonesia yang berpotensi longsor, juga menekankan pentingnya di bentuk forum siaga bencana di dusun atau di desa yang berfungsi untuk mengoperasionalkan alat tersebut serta memberikan sosialisasi kepada masyarakat setempat. Status alat tersebut sampai saat ini telah di daftarkan patennya di ditjen HKI. (H/ADIP)


Ristek
0

Bersatunya Dua Kekuatan Asia dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Indonesia dan China, dua kekuatan besar Asia bersinergi dalam menyamakan persepsi dan keinginan untuk menyatukan kekuatan dalam pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek). Menjelang peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (HAKTEKNAS) ke-15, Indonesia dan China memperingati 60 tahun hubungan bilateral dan 26 tahun kerjasama di bidang Iptek. Tahun 2010 pun telah dideklarasikan oleh pemimpin kedua negara sebagai “Years of Friendship and Cooperation between Indonesia and China”.

Untuk menandai keharmonisan kedua negara dalam kerjasama Iptek bilateral, Pemerintah China memberikan hibah 50 unit notebook Lenovo kepada Kementerian Riset dan Teknologi, yang diserahkan secara simbolis oleh Duta Besar China, Madame HE Zhang Qiyue kepada Menteri Riset dan Teknologi, Suharna Surapranata di Ruang VIP, Gedung II BPPT pada Rabu, 4 Agustus 2010.

Dalam sambutannya, Menristek membagi informasi kepada Delegasi China akan arahan Presiden SBY pada Januari 2010, yang terkait dengan pemantapan Sistem Inovasi Nasional (SINas). Menristek menekankan SINas harus menjadi landasan pembangunan bangsa Indonesia dan Iptek sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan bangsa. Menanggapi hal tersebut, Dubes China mengajak Indonesia berbagi pengalaman dalam mengembangkan Sistem Inovasi Nasional. “Currently, my government as well as your government are committed to build the National Innovation System. So we are also willing to share experience in this regards with Indonesian side” Ujar Zhang Qiyue.

Zhang Qiyue lebih lanjut menghargai usaha Pemerintah Indonesia untuk menjaga hubungan bilateral Indonesia China dan menyuarakan pengharapan yang besar dalam menjaga dan menata hubungan tersebut dimasa yang akan datang. Beliau menginformasikan bahwa donasi Notebook kepada Kementerian Ristek merupakan simbolisme dari apresiasi yang mendalam dari Pemerintah China. Diyakini, dengan pesatnya pembangunan ekonomi dan Iptek di China, kedua Negara dapat menyamakan persepsi dalam penentuan kerjasama sinergis yang akan menguntungkan tidak hanya bagi kedua Negara, melainkan untuk seluruh dunia.

Pada kesempatan tersebut, dilakukan pula penandatanganan ringkasan kesepakatan kerjasama Iptek untuk tahun 2011-2012 antara Deputi Jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; Syamsa Ardisasmita dengan Xu Deputi Direktur Jenderal, Departemen Kerjasama Internasional, Kementerian Iptek China; Xu Chaoqian. Kesepakatan tersebut adalah hasil persidangan Tim Komite Iptek Indonesia – China di Jogjakarta pada tanggal 2-3 Agustus 2010, dimana telah dihasilkan 10 kesepakatan kerjasama bilateral, antara lain dalam bidang (i) pengembangan obat herbal untuk mereduksi penyakit kanker dan keturunan (BPPT); (ii) sel punca; (iii) sistem kogenerasi energi nuklir (BATAN); (iv) kultivar padi tahan stres kekeringan melalui transkripsi gen (LIPI); (v) konsorsium mikroba untuk tanaman pangan dari lahan gambut (BPPT) ; (vi) insektisida botani IPB; (vii) introduksi dan evaluasi plasma nutfah (KEMTAN); (viii) Jatropha Curcas – spesies tanaman potensial untuk Biodiesel; (ix) perbandingan perlakukan pengobatan tradisional dan modern sebagai treatment Hipertensi; (x) pertukaran plasma nutfah kentang manis untuk penggunaan khusus (KEMTAN). Selain 10 bidang kerjasama tersebut, Komite juga menyepakati untuk menyelenggarakan 'Konferensi dan Pameran Iptek Indonesia - China' pada tahun 2011 di Indonesia, guna menginformasikan kemajuan litbang bersama Indonesia-China dalam bidang Iptek. Di samping itu, Komite Indonesia-China menyetujui untuk melibatkan peneliti-peneliti muda di Indonesia dalam mengimplementasikan program kerjasama bilateral.

Acara tersebut disaksikan oleh beberapa Tim Pengarah Indonesia (Amin Soebandrio, Rifatul Widjhati), Kepala BPPT Marzan Iskandar, Ketua DRN Andrianto Handojo, para Deputi dan Staf Khusus Menristek. (ad-jii/humasristek)


Ristek
0

TNI AL Ujicoba Pelumas Kapal Perang Buatan Dalam Negeri

JAKARTA (Pos Kota) – TNI Angkatan Laut telah memiliki beberapa kapal perang baru berteknologi canggih, diantaranya dari jenis korvet kelas Sigma buatan Belanda atau kapal perang kelas KRI Diponegoro-365. Untuk meningkatkan perawatan sejumlah kapal perang tersebut, TNI Angkatan Laut akan melaksanakan uji coba dan penelitian penggantian minyak pelumas pada motor pokok kapal perang yang berteknologi siluman ini dari produksi impor menjadi produk dalam negeri.

Untuk melaksanakan ujicoba dan penelitian minyak pelumas motor pokok kapal perang kelas KRI Diponegoro-365 ini, TNI Angkatan Laut bekerja sama dengan PT. Pertamina (Persero) yang diwujudkan dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama yang ditandatangani Kepala Dinas Material Angkatan Laut (Kadismatal) Laksamana Pertama TNI Ir. Rachmad Lubis dengan Direktur Utama Vice Presiden Unit Pelumas PT. Pertamina (Persero), Supriyanto di Mabes TNI AL, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (3/8).

Menurut Kadismatal bahwa lingkup kerja sama dalam Perjanjian Kerja Sama ini mencakup dimensi yang cukup luas, diantaranya adalah uji coba dan penelitian pelumas pokok KRI Kelas Diponegoro milik TNI Angkatan Laut.

TNI Angkatan Laut memahami bahwa emban tugas, baik pada aspek penegakan kedaulatan dan keamanan di laut, maupun dalam menunjang pembangunan nasional senantiasa terkait erat dengan komponen-komponen bangsa yang lain dalam tatanan sistem nasional. Menyadari hal ini, TNI AL berupaya mencari terobosan baru, antara lain mengembangkan pola kerja sama dan koordinasi dengan berbagai komponen bangsa, baik dari institusi pemerintah maupun swasta yang pencapaiannya diarahkan untuk tujuan dan kepentingan nasional secara menyeluruh serta implementasinya dirumuskan dalam batas-batas yang proporsional dan profesional, ujar Laksma TNI Ir. Rachmad Lubis.

“Satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah kerja sama dalam pertukaran data dan informasi yang diperlukan kedua belah pihak, dengan tetap memperhatikan faktor-faktor kerahasiaan dan kepentingan negara,” tegasnya.

Selain itu, lanjut Kadismatal bahwa faktor kemudahan dalam proses pembekalan, memutuskan ketergantungan terhadap produk luar negeri, sekaligus meningkatkan penggunaan produk dalam negeri. Efisiensi anggaran juga merupakan hal yang menjadi perhatian. Sebelumnya, KRI kelas Diponegoro-365 menggunakan minyak pelumas jenis Shell Sirius X40 yang merupakan produk dari luar negeri (Shell). “Kita akan melaksanakan uji coba dan penelitian terhadap KRI Diponegoro menggunakan produk dalam negeri yaitu Salyx 415. Perjanjian uji coba ini berlaku sejak ditandatanganinya sampai dengan waktu berakhirnya Market Test selama seribu jam putar motor pokok atau sampai satu tahun, mana yang dicapai terlebih dahulu,” jelasnya.

Dalam jangka waktu tersebut, TNI AL akan menyediakan sarana atau fasilitas yang diperlukan untuk pelaksanaan uji coba, sedangkan pihak Pertamina yang akan melaksanakan uji coba dengan menyediakan pelumas untuk kebutuhan operasional KRI dan bertanggung jawab apabila terjadi kerusakan teknis pada mesin yang digunakan pada market test. (dispenal/syamsir)


PosKota

0

LAPAN Bikin Satelit Mikro Bersama Jepang

RX 320, Roket Lapan bergaris-tengah 320 mm mulai meluncur dalam uji peluncuran di Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat, Rabu (2/7). (photo : Ninok Leksono)

JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) terlibat dalam pembuatan dua satelit, Micro-STAR dan EO-STAR, yang didanai Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA).

Rancang bangun dan rekayasa dua satelit tersebut merupakan bagian dari kerja sama multilateral Asia Pacific Regional Space Agency Forum (APRSAF) yang bertujuan mengembangkan satelit di kawasan Asia Pasifik atau Satellite Technology for the Asia Pacific Region (STAR). Program ini melibatkan lembaga antariksa dari Malaysia, Thailand, Vietnam, Korea, dan India.

Hal itu disampaikan Kepala Pusat Teknologi Elektronika Dirgantara Lapan Toto Marnanto Kadri dalam Pertemuan Grup untuk Koordinasi Program STAR di Jakarta, Rabu (28/7/2010).

Satelit mikro berbobot 50 kg hingga 100 kg ini akan diluncurkan tahun 2013 diboncengkan pada satelit besar dengan roket India. Satelit Micro-STAR akan membawa muatan antara lain alat GPS, sensor seismo, dan pengindraan jauh.

Sementara peluncuran satelit kembar Lapan A-2 dan Lapan A-3, hasil rancang bangun dan rekayasa ahli Lapan, dijadwalkan diluncurkan dengan roket India tahun depan. Program lanjutan dalam kerja sama STAR adalah pembuatan satelit berkategori kecil atau berbobot 300 kg-500 kg. (YUN)


KOMPAS

0

KSAU : Tidak Selamanya TNI AU Harus Bergantung Pada AS

CN 235 MPA produksi PT DI (Foto Kaskus Militer)

Yogyakarta
- Indonesia tidak bisa sepenuhnya bergantung pada Amerika Serikat (AS) dalam hal teknologi kedirgantaraan. Diperlukan Kerjasama dengan negara lain untuk mengurangi ketergantungan teknologi pada satu negara saja.

Demikian disampaikan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal Imam Sufaat dalam acara peringatan Hari Bakti TNI AU ke-63 di Akademi Angkatan Udara, (AAU) di Maguwo, Yogyakarta, Kamis (29/7/2010).

"Ada banyak tawaran kerjasama. Salah satunya kerjasama dengan pemerintah Korea Selatan dalam pembuatan pesawat. Diharapkan bisa dihasilkan pesawat tempur pada 2020 mendatang. Ada juga tawaran kerjasama dengan Pakistan untuk membuat pesawat tempur dengan kemampuan di atas F-16 buatan AS," kata Imam.

Diakui Imam, selama ini Indonesia membeli peralatan kedirgantaraan hanya dari Amerika Serikat saja. Namun beberapa pabriknya ada yang tidak memproduksi lagi. Kerjasama dengan Korea Selatan merupakan salah satu cara untuk mengurangi ketergantungan.
"Rencana pembuatan pesawat tempur ini untuk spesifikasi teknologi pesawatnya lebih handal dibanding dengan F-16 buatan AS," katanya.

Dia menjelaskan kerjasama penguasaan teknologi pembuatan pesawat itu sudah ada dalam nota kesepahaman (MoU) yang telah dibuat oleh Departemen Pertahanan dengan cara penyertaan saham sebanyak 20 persen. Di luar kerjasama itu ada upaya
pembuatan pesawat tempur seperti yang dilakukan India-China. Dua negara ini sekarang sudah mampu menghasilkan pesawat tempur dengan kemampuan di atas pesawat tempur F16 buatan AS.

"Saat ini kita juga mendapatkan tawaran kerjasama dari Pakistan. Kalau membuat pesawat tempur sendiri kita bisa dapatkan break event poin untuk 200 produksi pesawat tempur," kata Imam.

Ditanya mengenai alat utama sistem persenjataan (alusista) yang dimiliki, Imam mengatakan sebenarnya kekuatan militer Indonesia sudah mampu untuk memproduksi bom maupun penguasaan teknologi roket dengan sasaran dari udara ke darat. Khusus untuk pengembangan roket sudah dilakukan oleh Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (LAPAN) yang berupaya meluncurkan roket sendiri.

"Namun untuk peluru kendali, Indonesia masih perlu transfer teknologi dan dukungan pengembangan teknologi dirgantara. Buatan PT Pindad sudah kita pakai. Soal isian kita tak mengalami masalah hanya untuk sistem pengendalian memang harus lebih kita kuasai," pungkas Imam Sufaat.(djo/djo)


detikNews.com

0

PESAWAT HERCULES A-1308 KEMBALI KE RUMAHNYA

Setelah enam bulan menjalani perbaikan dan perawatan di Lanud Husein Sastranegara Bangdung maka pesawat Hercules C-130 dengan nomor registrasi A-1308 milik Skadron Udara 32 Wing 2 Lanud Abd saleh kembali dapat beroperasi lagi (29/7).

Komandan Lanud Abd Saleh A. Dwi Putranto menerima dan melihat langsung kedatangan pesawat Hercules A-1308 yang dipiloti sendiri oleh Komandan Skadron Udara 32 Letkol Pnb Wayan Superman dan berhenti tepat di lapangan Skadron Udara 32 Wing 2 Lanud Abd Saleh disaksikan para pejabat Lanud beserta Insub.

Selanjutnya Komandan melakukan mengguntingan pita di moncong pesawat sebagai tanda kembalinya pesawat hercules A.1308 ke hanggarnya. Dan sebagai ungkapan rasa syukur Komandan melakukan pemotongan tumpeng dan diberikan kepada anggota Skadron Udara 32.

Usai pemotongan tumpeng, Komandan menjelaskan bahwa Skadron Udara 32, yang salah satunya memiliki tugas dan kewajiban untuk mengoperasikan serta memelihara sampai tingkat sedang pesawat C-130 Hercules dalam mendukung tugas-tugas operasi TNI AU, dituntut pesawat yang ada harus dalam kondisi siap operasional.

Sejarah telah membuktikan bahwa selama ini pesawat Hercules sebagai pendukung operasi telah menunjukkan keberhasilan dalam berbagai operasi. Tidak hanya memberikan kontribusi bagi kepentingan operasi militer namun juga memberi andil pada berbagai operasi kemanusiaan di seluruh wilayah Indonesia, lanjutnya.

Mengingat jam terbang pesawat Hercules begitu besar, maka diperlukan perawatan berkala dan menyeluruh agar pesawat dapat beroperasi maksimal. Diharapkan tidak ada lagi adanya accident dan incident terhadap pesawat Hercules yang ada di Lanud Abd Saleh ini. Dan kepada air crew serta seluruh warga Lanud Abd Saleh untuk senantiasa menjaga dan memelihara pesawat yang ada di Lanud Abd Saleh ini, sehingga apabila sewaktu-waktu mendapat tugas operasi, kita akan selalu siap.


tni-au.mil.id