0

Indonesia Segera Miliki Pusat Hati Pertama

Indonesia Segera Miliki Pusat Hati Pertama  Jakarta | Mengingat banyaknya kasus penyakit hati di Indonesia dan belum adanya penanganan terpadu, maka tercetuslah ide untuk membuat Pusat Hati Pertama. "Rencananya di bulan April, kami sudah buka center of liver," ujar Direktur Operasional Rumah Sakit Petramedika Sentul City, Kamelia Faisal yang ditemui di Hotel Indonesia, sabtu, 23 Februari 2013.Tapi operasional pusat layanan hati baru aktif total mulai September 2013.

Ide memiliki pusat layanan hati, Kamelia menjelaskan, adalah dengan melihat jumlah populasi penderita hati di Indonesia. Ia tidak bisa mengingat angka tepatnya, tapi berdasar data dari Kementerian Kesehatan penyaki ini menempati diderita 15 persen penduduk Indonesia. "Tiga persennya, hepatitis (B & C), tumor dan Sirosis (pengerasan) hati." Dari pengalaman Kamelia sendiri pun, di keluarganya ada dua orang yang menderita gangguan hati.

Sementara penderita terus bertambah, layanan terpadunya tidak ada. Kamalia menuturkan, penderita hati sering mendapatkan salah deteksi dari awal. Jadi mereka digiring ke dokter penyakit dalam (internis). Ketika ternyata dirawat tidak sembuh, baru ketahuan ada gangguan hati yang tentunya stadiumnya sudah bertambah buruk. Akibatnya perawatannya pun jadi lebih mahal dan berat.

Dengan adanya pusat layanan hati ini, diharapkan bisa deteksi dini sehingga bisa diselamatkan dari awal. Saat ini, di RS Pertamedika sudah tersedia 10 dokter yang khusus menangani di pusat layanan hati, para dokter itu pun secara bertahap akan mendapat pelatihan dengan pusat Hati dari Kobe Jepang. Pengampunya adalah Presiden Yayasan Kobe International Medical Alliance, Koichi Tanaka. "Saya juga menangani proyek serupa di Abu Dhabi dan Mesir," ujar dia dalam kesempatan yang sama.

"Selain dokter Indonesia yang dilatih di Jepang, nanti ada dokter Jepang yang secara berkala ke Indonesia," Ia menambahkan. Rumah Sakit di Sentul, Tanaka menguraikan, akan dibuat menjadi Rumah Sakit Rujukan Hati. Tapi untuk bisa melakukan transplantasi, kemungkinan dimulai pada awal 2015. Saat ini, tahapannya adalah masih mengembangkan kapasitas tempat tidur, sumber daya manusia dan fasilitas rumah sakit. "Sentul juga cocok untuk Rumah Sakit Hati, karena lingkungannya masih baik," ujar pria yang sudah mentransplantasi 2 ribu kasus ini.

Kamelia mengatakan, alasan Jepang dipilih adalah selain faktor budaya juga faktor jarak. "Lebih enak sesama Asia, lagipula mereka kemampuan tinggi dengan kasus hati yang juga banyak," ujar dia. Jepang juga dinilai memiliki penanganan kasus kanker yang bagus. Dengan segala rekam jejak dan tawaran yang ada, maka dibukalah kerjasama untuk pusat layanan hati pertama.


  Tempo  
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_ZZ2dLPaJbhuECW5QOC1eIsQ1G9IkmpOR-vblv8S5Rvc-3dIR3aRNkH8TA4lIYfSROZG7Vcy4HnT9HffBRb4kf7YOy8wAtX8sNKVJoNldeZ6HhzXnIxUWP0ixD13RhVzHwgNoIUs2Zns/s35/RI295.jpg
0

Mapala UI Ke Puncak Trikora

 Mapala UI Buka Jalur Baru ke Puncak Trikora   

Mapala UI Buka Jalur Baru ke Puncak Trikora, Papua  
Ilustrasi
Jakarta | Di tengah euforia masyarakat awam mendaki gunung, jauh dari ingar-bingar pemberitaan, sebuah catatan manis dibuat Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI). Tepat pada 27 Januari 2013, tim Mapala UI berhasil menuntaskan ekspedisi Puncak Trikora, Papua. Mereka berhasil membuat jalur baru ke Puncak Trikora melalui jalur panjat (direct climbing).

Ekspedisi ke Puncak Trikora yang berketinggian 4.750 meter di atas permukaan laut itu dilakukan enam anggota Mapala UI. Mereka adalah Fandhi Achmad (Mapala senior), Agung Rudiarto (Fakultas Hukum angkatan 2010), M. Rinanda (Fakultas MIPA, 2010), Satrya Alfandi (Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2010), Ridwan Hakim (Fakultas MIPA, 2010), dan Ina Diana (program ekstensi UI, 2011).

"Pendakian ke Puncak Trikora dengan cara panjat ini adalah yang pertama kali dilakukan orang. Sebelumnya, pendaki mencapai Puncak Trikora menggunakan jalur normal," kata Agi, sapaan Fandhi, yang bertindak sebagai ketua tim ekspedisi, Selasa, 12 Februari 2013, di Sekretariat Mapala UI, gedung Pusgiwa, Depok, Jawa Barat.

Dalam upaya mencapai Puncak Trikora, tim menggunakan teknik memanjat Himalaya. "Cara ini dilakukan dengan alasan lebih aman dan lebih menjamin keberhasilan," kata Agi, yang sudah dua kali ke Puncak Trikora dan enam kali ke Puncak Carstensz Pyramid.

Dalam teknik Himalaya, pemanjatan dilakukan secara bertahap, yang bisa memakan waktu beberapa hari. Begitu tim meraih ketinggian tertentu, mereka akan kembali ke kamp untuk istirahat dan dilanjutkan keesokan harinya. Ini berbeda dengan teknik Alpen, di mana pemanjat tidak kembali ke kamp, tapi menggantung di tali.

Ekspedisi yang dimulai pada Sabtu, 19 Januari 2013, ini akhirnya berbuah manis. Pada Minggu, 27 Januari 2013, sekitar pukul 13.30 waktu setempat, tim akhirnya sukses menuntaskan ekspedisi. Agi, Agung, dan Rinanda sampai ke pucuk Trikora dan kembali ke kamp lewat jalur normal. Sedangkan tiga lainnya bertugas sebagai tim cleansing yang membersihkan jalur pemanjatan dari tali-tali dan peralatan panjat lainnya. "Meskipun sempat dihantam badai salju berhari-hari, kami bersyukur tim ini berhasil menuntaskan tugasnya," kata Agi.

 Di Puncak Trikora, Mapala UI Dihantam Badai Es   

Di Puncak Trikora, Mapala UI Dihantam Badai Es
Puncak Jaya
Kuku-kuku jari kaki Satrya Alfandi menghitam. Mulai dari jempol hingga jari kelingking semuanya berwarna gelap. Seperti semacam darah yang membeku. Tapi bukan itu yang bikin anggota Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI) ini pusing. "Rasanya nyeri sekali," kata Satrya pada Tempo, Selasa, 12 Februari 2013, di Sekretariat Mapala UI, Depok, Jawa Barat.

Tapi untunglah kondisi yang dialami mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat angkatan 2010 ini menunjukkan tanda-tanda perbaikan. "Untungnya bukan frosbite, baru gejala-gejalanya saja," kata Satrya, lalu merintih. Frostbite adalah membekunya sebagian organ tubuh yang terpapar oleh suhu dingin yang berlebihan.

Satrya terkena gejala tersebut saat dirinya berada di Puncak Trikora, Papua, pada Januari lalu. Dia adalah salah satu dari enam anggota Mapala UI yang tergabung dalam ekspedisi Mapala UI ke Puncak Trikora. Selain Satrya, tim ini terdiri dari Fandhi Achmad (Mapala senior), Agung Rudiarto (Fakultas Hukum angkatan 2010), M. Rinanda (Fakultas MIPA, 2010), Ridwan Hakim (Fakultas MIPA, 2010), dan Ina Diana (program ekstensi UI, 2011). Mereka berhasil mencapai puncak berketinggian 4.750 meter di atas permukaan laut itu dengan cara memanjat (direct climbing).

Suhu yang teramat dingin di ketinggian adalah penyebab utama frosbite. "Apalagi saat kami memanjat, sering terjadi hujan es," kata Satrya. Kalau saja dia sampai terkena frosbite, mau tak mau jari-jarinya harus diamputasi. "Bila tidak, saraf-saraf yang membusuk akan menyebar ke bagian tubuh lain. Dan itu lebih membahayakan," kata Fandhi, ketua tim ekspedisi.

Sebenarnya, hujan es di Puncak Trikora jarang terjadi. "Berbeda dengan Carstensz Pyramid, yang selalu diliputi salju, Puncak Trikora ini jarang diliputi es," kata Agi, sapaan Fandhi. Agi sudah pernah ke dua puncak tersebut sebelumnya. Dia enam kali ke Carstensz Pyramid dan dua kali ke Puncak Trikora. "Saat pertama kali ke Trikora dulu, saya enggak nemu es. Enggak tahu kenapa sekarang nemu," kata pria 30 tahun itu.

Upaya tim Mapala UI membuka jalur baru baru melalui panjat memang tidak mudah. Selain hujan es saat pemanjatan, beberapa kali mereka juga dihantam badai es. Puncaknya adalah Selasa dinihari, 26 Januari 2013, saat badai meluluhlantakkan kemah-kemah mereka. Namun, berbekal semangat pantang menyerah, mereka terus melanjutkan ekspedisi.

Ternyata, bukan cuma Satrya yang merasakan sakit khas pegunungan, Agi pun mendapatkannya. Tepat saat dia berhasil meraih Puncak Trikora keesokan harinya, pria 30 tahun ini mengalami snow blind alias buta salju. Ternyata dia lupa pakai kacamata. Tak pelak, angin yang bertiup kencang, yang mengandung salju, di puncak sana membuat matanya perih luar biasa. "Dibuka perih, ditutup perih, enggak bisa melihat apa-apa. Hampir seharian mata saya kedip-kedip," Agi menceritakan.

 Begini Persiapan Mapala UI Memanjat Puncak Trikora   

Begini Persiapan Mapala UI Memanjat Puncak Trikora
Ilustrasi
Melakukan ekspedisi ke Puncak Trikora, Papua, bukan perkara gampang. Selain sebagai puncak tertinggi kedua di Indonesia setelah Carstensz Pyramid, metode memanjat (direct climbing) yang dipilih tim ekspedisi Puncak Trikora Mapala UI sudah pasti harus dipersiapkan secara matang. Tak heran jika ekspedisi ini dipersiapkan berbulan-bulan.

Menurut ketua tim ekspedisi, Fandhi Ahmad, persiapan ke puncak berketinggian 4.750 meter di atas permukaan laut itu dilakukan sejak Oktober 2012. Di antara sejumlah persiapan lainnya, persiapan personel tim ekspedisi yang akan berangkat juga cukup penting. Kesiapan fisik dan kemampuan panjat tebing adalah syarat utama untuk bergabung dalam tim.

Pada tahap awal, anggota Mapala UI yang berlatih mencapai sekitar 20 orang. "Namun, karena pertimbangan anggaran dan kesiapan personel, akhirnya tim yang diberangkatkan enam orang," kata Agi, sapaan Fandhi, Selasa, 12 Februari 2013, di Sekretariat Mapala UI, gedung Pusgiwa, Depok, Jawa barat.

Selain Agi, tim ekspedisi terdiri dari Agung Rudiarto (Fakultas Hukum angkatan 2010), M. Rinanda (Fakultas MIPA, 2010), Ridwan Hakim (Fakultas MIPA, 2010), dan Ina Diana (program ekstensi UI, 2011). Persyaratan ketat dilalui keenam orang tersebut.

Latihan fisik dimulai dari menguji ketahanan (endurance) dan kekuatan (power). Dengan latihan yang terukur dan teratur, mereka jogging, pull up, sit up, dan latihan-latihan fisik lainnya. Salah satu parameter yang digunakan dalam penentuan personel tim adalah VO2 Max minimal. "Untuk laki-laki, VO2 Max minimalnya adalah 52, sementara untuk perempuan minimal 48," kata Agi.

VO2 Max merujuk kepada banyaknya jumlah oksigen selama eksersi (aktivitas fisik) maksimum. Semakin tinggi VO2 Max seseorang, semakin lama orang tersebut merasa kelelahan ketika beraktivitas.

Selain kesiapan fisik, kemampuan panjat tebing juga dipersiapkan. "Karena ekspedisi ini dilakukan dengan cara panjat, grade kemampuan panjat tim minimal 5.10," kata Agi. Grade ini mengukur kemampuan panjat seseorang pada tingkat kesukaran tebing.

Mereka pun berlatih pada sejumlah tebing di Jawa Barat. "Di antaranya tebing di Ciampea dan Citatah," Agung menambahkan.

Dengan persiapan-persiapan yang matang, mereka pun bertolak dari Jakarta ke Papua pada 19 Januari 2013. Tepat pada 27 Januari sekitar pukul 13.30 waktu setempat, mereka berhasil mencapai Puncak Trikora dengan memanjat. "Mencapai Puncak Trikora dengan memanjat ini adalah yang pertama dilakukan di dunia," kata Agi.


  Tempo  
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_ZZ2dLPaJbhuECW5QOC1eIsQ1G9IkmpOR-vblv8S5Rvc-3dIR3aRNkH8TA4lIYfSROZG7Vcy4HnT9HffBRb4kf7YOy8wAtX8sNKVJoNldeZ6HhzXnIxUWP0ixD13RhVzHwgNoIUs2Zns/s35/RI295.jpg
0

Indonesia Kurang Pas untuk Listrik Tenaga Angin

Jakarta | DIREKTUR Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Rida Mulyana menilai, pengembangan pembangkit listrik tenaga angin di Tanah Air tak prospektif. Pasalnya, kondisi geografis Indonesia yang berada di garis khatulistiwa membuat embusan angin berubah-ubah.

"Pembangkit listrik angin ini paling susah pengembangannya karena anginnya tidak konstan, tergantung tekanan dan panas sehingga sulit diprediksi," kata Rida, di Jakarta, Sabtu (23/2).

Namun demikian, pemerintah tetap menyusun aturan tarif untuk listrik bertenaga angin agar pengembangannya tetap menarik secara keekonomian. Besaran harga listrik dari pembangkit bertenaga angin belum selesai di susun Kementerian ESDM melalui Ditjen EBTKE.

Sejauh ini dibandingkan listrik bertenaga angin, imbuh Rida, pemerintah tetap condong mengembangkan listrik dari panas bumi. Pasalnya, sulit menentukan wilayah di Indonesia yang memiliki kapasitas angin memadai untuk mengoperasikan pembangkit listrik.

"Saya tetap prioritaskan pembangkit listrik tenaga panas bumi dulu. Karena sekali bangun dayanya bisa langsung besar, bisa puluhan dan ratusan megawatt," ujar Rida. ESDM menetapkan sistem harga khusus listrik panas bumi dari pengembang swasta ke PLN. Revisi tarif itu ada dalam Peraturan Menteri No 22 tahun 2012.


  ● Jurnas  
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_ZZ2dLPaJbhuECW5QOC1eIsQ1G9IkmpOR-vblv8S5Rvc-3dIR3aRNkH8TA4lIYfSROZG7Vcy4HnT9HffBRb4kf7YOy8wAtX8sNKVJoNldeZ6HhzXnIxUWP0ixD13RhVzHwgNoIUs2Zns/s35/RI295.jpg
0

Telkom Ikut Tender 10 Negara

JAKARTA | PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) berencana lebih gencar mengembangkan sayap bisnisnya di luar negeri. Setelah berhasil masuk ke beberapa negara, Telkom berkomitmen akan mengikuti tender pengelolaan telekomunikasi di 10 negara tahun ini, antara lain Myanmar, Taiwan, Korea Selatan, Saudi Arabia, Macau dan lima lainnya masih dirahasiakan.

"Sekarang kita lagi mau fokus pada proses seleksi pengelola jaringan internet (broadband) di Myanmar yang masih berlangsung sampai saat ini. Prosesnya masih berjalan, tanggal 8 Februari lalu kita sudah mengembalikan formulir Expression of Interest (EoI) dari panitia seleksi tender di Myanmar," ujar Direktur Enterprise And Wholesale Telkom, Muhammad Awaluddin, Jumat (22/2).

Selain Myanmar, empat negara lain yang menjadi incaran Telkom adalah Taiwan, Korea Selatan, Saudi Arabia, dan Macau. Bukan hanya itu, Telkom juga akan masuk ke lima negara lain yang masih dirahasiakan karena masih dalam tahap kajian. Namun dia yakin semuanya bisa berjalan lancar, "Target tahun ini 10 negara, ini sebagai bagian dari program perseroan," tuturnya.

Dia mengaku belum bisa memastikan Telkom bakal menjadi pemenang tender di Myanmar. Tahapan selanjutnya masih terus dipantau karena negara yang dikuasai junta militer itu belum mengumumkan proses lelang berikutnya. Namun pihaknya berharap bisa lolos ke tahap selanjutnya, "Proses (Myanmar) sama seperti lelang kanal broadband yang ada di Tanah Air," katanya

Dia mengaku persaingan dalam tender di Myanmar cukup ketat karena pesertanya perusahaan-perusahaan kelas atas. Selain Telkom, empat perusahaan telekomunikasi multinasional dari beberapa negara ikut andil dalam pelelanggan jaringan internet tersebut. Saingan terberat Telkom dalam seleksi di Myanmar adalah Singapore Telecom (Singtel), "Yang saya inget Singtel ikut juga, itu sepertinya saingan terberat," tukasnya

Namun begitu, Telkom menilai selama proses tender dilakukan secara fair, maka peluang untuk menjadi pemenang cukup besar. Pasalnya Telkom memiliki rekam jejak bagus di industri seluler, terutama melalui anak perusahaan Telkomsel yang handal mengelola ratusan ribu pelanggan seluler, "Kita punya Telkomsel yang terbukti bisa meng-handle ratusan ribu pelanggan," sebutnya

Telkom juga menyerahkan portofolio lain dalam proses pelelangan tersebut seperti ekspansi bisnis hingga ke luar negeri, antara lain di Timor Leste, Malaysia, Singapura, Australia, dan Hong Kong, "Di Timor Leste, PT Telkom menjadi operator mulai Maret mendatang, Hong Kong untuk Mobile Virtual Network Operator (MVNO), dan Australia untuk Contact Center. Sedangkan di Singapura sebagai Business Solution, Malaysia untuk data centre," jelasnya.(wir)


  JPNN   
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgooV1VxZtEsH4vI20hI-r2oQ16VSeAVhaU051orN-_f14Dy4r7Abm-QuaFrw4Y1yHdzPjiTzcgMX9SJi0KfjrQRJwsPhAAscD9wCxqg1CxOhldL5FQjlgoagk76DSQbpmT__OEVvhDSXM/s35/cinta-indonesia.jpg
0

Mahasiswa UGM Menang Kompetisi Energi Terbarukan

Mahasiswa UGM Menang Kompetisi Energi TerbarukanYogyakarta | Tim Avante, gabungan enam mahasiswa Jurusan Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada memenangi kompetisi pemanfaatan teknologi energi terbarukan yang digelar Perusahaan Minyak asal Prancis, Total.

Dalam kompetisi yang mengadu konsep pemanfaatan teknologi energi terbarukan bagi kawasan terpencil itu, tim UGM meraih juara pertama untuk kategori 'Sky Grant' yang berupa konsep aplikasi energi sel surya di kepulauan Karimun Jawa. "Hadiahnya berupa hibah untuk pembiayaan proyek di Karimun Jawa sebanyak 5000 euro," kata Rifki Dwi Prabowo, koordinator tim itu di kampusnya pada Jumat, 22 Februari 2013.

Menurut Rifki, kompetisi yang penentuan pemenangnya pada pertengahan Februari 2013 lalu itu diikuti tim mahasiswa dari berbagai negara Asia, Afrika dan Eropa. "Dari Asia hanya UGM dan tim mahasiswa India," ujar dia.

Kompetisi ini, kata dia memiliki tiga kategori yakni, aplikasi teknologi energi terbarukan berbasis potensi langit, tanah, laut. Kategori terakhir, pengembangan isu ini di berbagai sektor bisnis, kemanusiaan, seni dan olah raga. Untuk kategori Sky Grant, dua tim dari Asia, UGM dan tim dari India masing-masing sama-sama meraih juara pertama. "Untuk kategori pemanfaatan solar cell ini, juara kedua dari Afrika. Tapi, di kategori lain, semua juara dari Eropa," ujar Rifki.

Konsep pemanfaatan energi matahari bagi komunitas terpencil yang ditawarkan tim Avante sebenarnya merupakan pengalaman mereka saat mengerjakan hal serupa di kawasan Panggang, Gunungkidul. "Intinya memakai teknologi sel surya untuk penggerak mesin penyedot air di kawasan terpencil," ujar mahasiswa angkatan 2009 ini.

Anastsya Putri, anggota tim ini, menjelaskan konsep yang pemanfaatan energi sel surya yang akan di terapkan di Kepulauan Karimu Jawa memakai model pembinaan warga. Kata dia ini berbeda dengan proyek sel surya di Karimu Jawa selama ini, yang tidak memberikan pemahaman pada warga di sekitar lokasi perangkat sel surya, tentang cara memperbaiki perangkat pembangkit listrik jika mengalami kerusakan.

Rencananya, kata Putri, timnya akan mulai bekerja mengaplikasikan konsep tadi di Karimun Jawa pada Juni 2013. Periode ini dipilih karena bersamaan dengan pelaksanaan program KKN sehingga tenaga sosialisasi ke warga bisa lebih banyak.

Skema yang akan dikerjakan timnya, kata Putri, ialah membangun perangkat pembangkit listrik tenaga surya di satu-satunya puskesmas yang dimiliki kawasan Karimun Jawa. Lalu, energinya akan dipakai untuk penggerak pompa air khusus yang memenuhi kebutuhan air puskesmas. "Mesin pompa kami pilih yang summersible agar bisa aktif dengan daya seminimal mungkin yang dihasilkan sel surya," ujar dia.

Panel surya berkekuatan 50 watt peak akan dipasang sebanyak enam unit. Perangkat ini dilengkapi dengan alat maximum power point trakker untuk penguat daya dan memiliki sensor cahaya. "Jadi kalau ada sinar, pompa aktif untuk memenuhi dua tangki air di Puskesmas," kata Putri.

Meski sederhana, kata Putri, proyek ini akan memulai mendorong warga Karimun Jawa menngetahui cara memenuhi kebutuhan suplai energi listrik dari sel surya. Selama ini, warga Karimun lebih banyak bergantung pada suplai listrik tenaga diesel yang bisa menghabiskan 900 liter solar untuk kebutuhan energi seluruh kawasan itu.

Sementara, bantuan panel surya dari pemerintah ke penduduk kepulauan indah ini selalu hanya bertahan satu tahun saja. "Kalau rusak mereka tak tahu cara memperbaikinya, makanya penting membuat mereka paham sistem kerja sel surya," ujar dia.


  ● Tempo  
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgooV1VxZtEsH4vI20hI-r2oQ16VSeAVhaU051orN-_f14Dy4r7Abm-QuaFrw4Y1yHdzPjiTzcgMX9SJi0KfjrQRJwsPhAAscD9wCxqg1CxOhldL5FQjlgoagk76DSQbpmT__OEVvhDSXM/s35/cinta-indonesia.jpg
0

Bahan Bakar Hidrogen Mudah dan Murah Dibuat

Bahan Bakar Hidrogen Mudah dan Murah DibuatJakarta | Hidrogen adalah unsur yang paling berlimpah di Bumi dan berpotensi menjadi bahan bakar yang bisa merevolusi pasar energi. Soalnya, hidrogen tidak menghasilkan emisi. Sayangnya, hidrogen berbentuk gas ringan dan kerap naik ke atmosfer. Artinya, jarang yang ditemukan dalam bentuk murni karena membuatnya akan menghasilkan emisi.

Erik Koepf, seorang mahasiswa postdoctoral teknik mesin di Universitas Delaware telah menemukan cara membuat bahan bakar hidrogen murah. Ia menggunakan sinar matahari, seng oksida dan air.

Erik Koepf membangun sebuah perangkat yang memiliki cermin dan ruang yang menahan seng oksida. Cermin berkonsentrasi dengan sinar matahari untuk memenuhi ruangan yang menahan seng oksida tadi. Lampu terkonsentrasi begitu kuat sehingga menghasilkan suhu sampai 3500 derajat Fahrenheit. Ketika panas terjadi, oksida seng akan memisahkan diri menjadi seng dan oksigen. Seng tersebut akan menjadi uap.

Dalam fasilitas yang lebih besar, uap seng akan ditambahkan ke dalam air. Mereka akan bereaksi dan berubah menjadi oksida seng lagi dengan melepas hidrogen. Perangkat Koepf tidak melakukan proses yang kedua ini yang sebetulnya sangat mudah. "Proses pertama sangat menantang karena memerlukan suhu yang sangat tinggi," kata Ajay Prasad, profesor teknik mesin di Universitas Delaware dan penasehat penelitian Koepf.

Produk outputnya adalah seng oksida, bahan yang sama seperti saat reaksi pertama dimulai. Maka dapat digunakan berulang-ulang. Limbah yang dihasilkan hanyalah oksigen. Sumber daya sinar matahari dapat menggantikan sejumlah besar listrik untuk menghasilkan reaksi hidrogen, seperti pada proses mengelektrolisis air.

Perangkat Koepf sedang diuji di Institut Federal Swiss. Sejauh ini jumlah hidrogen dan seng yang telah diproduksi sangatlah kecil. Ruang reaksi Koepf dirancang hanya untuk melakukan proses pertama hingga membuat uap seng. Tahap berikutnya akan disiapkan rekasi air dan seng untuk lebih efisien memproduksi hidrogen.

Koepf juga akan menguji sebuah reflektor yang dirancang untuk fokus terhadap sinar matahari. Awalnya ia menggunakan cermin tetapi tes uji berikutnya ia akan menggunakan desain versi water-cooled untuk mencapai suhu yang diperlukan dalam reaksi itu.


  Tempo  
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgooV1VxZtEsH4vI20hI-r2oQ16VSeAVhaU051orN-_f14Dy4r7Abm-QuaFrw4Y1yHdzPjiTzcgMX9SJi0KfjrQRJwsPhAAscD9wCxqg1CxOhldL5FQjlgoagk76DSQbpmT__OEVvhDSXM/s35/cinta-indonesia.jpg
0

Sekilas Mengenai Freeport (2)

 Bikin sewot masyarakat adat  

Konflik antara PT Freeport Indonesia dengan masyarakat adat setempat meletup tujuh tahun setelah penambangan dimulai. Masyarakat empat wilayah adat Suku Amungme (Waa/Banti, Tsinga, Arwanop dan Kwamki), Lemasa, Lemasko, merasa terganggu karena lahan ulayat mereka digarap oleh perusahaan asal Amerika Serikat itu.

Pada 1974, akhirnya warga empat wilayah adat itu menuntut ganti rugi atas pembabatan hutan di atas lahan ulayat mereka. Di tahun sama, dibuatlah perjanjian disebut January Agreement 1974. Sayang, sejak perjanjian dibuat hingga 2000-an, konflik rupanya belum reda. Gangguan keamanan masih terjadi.

Ketua Ketua Komite Penyelamat Kekayaan Negara Marwan Batubara dalam buku berjudul Menggugat Pengelolaan Sumber Daya Alam Menuju Negara Berdaulat menyebut pada Februari 1978 terjadi penembakan terhadap seorang polisi. "Insiden ini disebabkan tak dipenuhinya seluruh janji Freeport tertuang dalam January Agreement."

Berikutnya pada Agustus 2002, terjadi penyerangan terhadap sejumlah karyawan pertambangan Freeport di Timika, Tembagapura, di jalur Mil 62-63. Peristiwa ini menewaskan dua warga Amerika, Ted Bargon dan Ricky Saipar, serta satu warga Indonesia bernama S.S. Bambang Riwanto.

Tahun itu juga Freeport akhirnya berunding dengan warga empat wilayah adat ditengahi oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Warga tetap menuntut ganti rugi atas pembukaan hutan di atas lahan ulayat. Konflik antara warga dan Freeport hingga kini belum selesai.

Ketua Koordinasi Nasional Papua Solidarity (NAPAS) Martaen Goo, beberapa waktu lalu mengatakan akar konflik Papua adalah kehadiran PT Freeport. Aparat keamanan diduga memanfaatkan Freeport untuk menarik uang keamanan, sedangkan warga Papua tidak mendapat kesejahteraan apa-apa. "Freeport juga membuat tanah Papua kotor. Alam rusak," kata dia.

Hubungan antara Freeport dengan pemerintah Indonesia juga meriang. Pemerintah menuntut renegosiasi kontrak karya penambangan. Namun Freeport McMoran sempat menolak renegosiasi. Bahkan mereka sempat mengancam membawa kasus ini ke Pengadilan Arbitrase Internasional.

Belakangan, perusahaan tambang terbesar di dunia itu melunak. Freeport mengaku siap melakukan renegosiasi dengan pemerintah. Namun mereka masih mencari formula cocok agar tercipta kesepakatan yang baik. "Perusahaan juga memahami itu dan mendukung," kata Direktur Utama Freeport Rozik Soetjipto.

Komisaris Independen PT Freeport Indonesia Marzuki Darusman mengatakan renegosiasi berjalan baik. Freeport juga masih mempelajari tuntutan pemerintah soal royalti sepuluh persen. "Pajak badan yang diwajibkan, ini semua dalam proses perundingan. Angka beredar harus dirundingkan, enggak ada target spesifik."

Menurut Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Rudi Rubiandini, besaran itu berdasarkan permintaan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa. Dia mengakui angka itu terlalu tinggi. "Namanya juga usaha. tawar menawar. Tetapi tidak hanya untuk Freeport, ini berlaku buat semua," ujarnya.(mdk/fas)

 Talak buat Freeport congkak  

Sejak 1967 hingga kini PT Freeport Indonesia (PTFI) masih menggangsir bumi Papua, menambang emas, perak, dan tembaga. Selama hampir setengah abad itu telah muncul pelbagai masalah, terutama menyangkut jatah penerimaan negara karena kurang optimal. Masalah lain ihwal minimnya peran negara, terutama Badan Usaha Milik Negara, untuk ikut mengelola tambang dikuasai Freeport McMoran di daerah Mimika, Papua, itu.

Rupa-rupa persoalan itu mengakibatkan desakan terhadap pemerintah melakukan renegosiasi kontrak karya agar lebih menguntungkan negara dan rakyat Papua. Menurut Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (Iress) Marwan Batubara, Freeport merasa dirinya digdaya karena di bawah bendera Amerika Serikat. "Karena merasa adidaya tidak mau mengubah kontrak," kata Marwan ketika dihubungi merdeka.com lewat telepon seluler, Kamis pekan lalu.

Dia menjelaskan setelah Freeport McMoran menikmati keuntungan besar, mereka seperti emoh membagi keuntungan lebih banyak dengan pemerintah. Kontrak karya itu pertama kali ditandatangani pada 1967 berdasarkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan Pertambangan. Berikutnya pada 1991 kontrak karya kedua kembali diteken dan berlaku 30 tahun mendatang, dengan opsi perpanjangan dua kali, masing-masing 10 tahun.

Pemerintah meminta renegosiasi kontrak karya itu. Sebab beleid baru tentang pertambangan sudah lahir, yakni Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentan Minerba. Namun Freeport tidak mau mengubah kontrak sesuai akta itu. "Mereka mengancam bakal memperkarakan ke pengadilan arbitrase internasional. Jadi persoalannya lebih pada arogansi kekuasaan. Di sisi lain, pemimpin kita pengecut," Marwan menegaskan.

Padahal dampak penambangan terhadap lingkungan juga signifikan. Misal, rusaknya bentang alam pegunungan Grasberg dan Erstberg. Kerusakan lingkungan akibat pertambangan telah mengubah bentang alam seluas 166 kilometer persegi di daerah aliran sungai Ajkwa. Freeport telah membuang tailing dengan kategori limbah B3 (Bahan Beracun Berbahaya) melalui sungai itu. Limbah ini telah mencapai pesisir laut Arafura.

Marwan pernah melaporkan kerusakan lingkungan ini semasa dia menjabat Ketua Komite Penyelamat Kekayaan Negara. Laporan itu dibukukan dan diberi judul Menggugat Pengelolaan Sumber Daya Alam Menuju Negara Berdaulat. Menurut dia, Freeport mengelola tambang terbesar di dunia di berbagai negara, didalamnya termasuk 50 persen cadangan emas di kepulauan Indonesia.

Namun, dari hasil eksploitasi itu, hanya sebagian kecil pendapatan masuk ke kas negara dibanding keuntungan diperoleh perusahaan. Kehadiran Freeport pun tidak mampu menyejahterakan masyarakat di sekitar wilayah pertambangan. Apalagi sejak 1967 hingga 1994 Freeport hanya melapor sebagai penambang tembaga. Baru pada 1995 mereka mengaku menambang emas di Papua.

Celakanya, volume emas ditambang selama 21 tahun itu tidak pernah diketahui publik, bahkan oleh orang Papua sendiri. Panitia kerja Freeport dan beberapa anggota DPR Komisi VII bidang Pertambangan sempat mencurigai telah terjadi manipulasi dana atas potensi produksi emas Freeport. Dewan curiga jumlah emas diperkirakan 2,16-2,5 miliar ton.

DPR juga tidak percaya data kandungan konsentrat diinformasikan sepihak oleh Freeport. Dewan berkesimpulan negara telah dirugikan lebih dari 30 tahun akibat tidak adanya pengawasan serius. Lalu bagaimana sekarang? "Pemerintah didukung DPR mestinya punya sikap tegas, berani memberikan sanksi. Misalnya, kalau Freport tidak mau renegosiasi, sanksinya mohon maaf, anda (Freeport) silakan pergi dulu."

Dampak sanksi pengusiran terhadap Freeport pasti akan besar. Misalnya, akan ada ratusan bahkan ribuan orang kehilangan pekerjaan, kemudian pendapatan negara berkurang. Tetapi tidak apa-apa kalau memang negara mau berdaulat. Sebagai pilihan terakhir, sanksi tegas memang harus diberikan. Namun sebelum memberikan sanksi pemerintah harus membuat langkah antisipatif lebih dulu.

"Sebelum sanksi pengusiran, masih ada negosiasi intensif. Masalahnya sekarang yang didorong hanya dirjen, kenapa tidak menteri atau presiden. Soalnya Freeport ini Amerika, butuh presiden langsung bernegosiasi, kita butuh pemimpin tegas," kata Marwan, yang juga mantan Anggota DPR periode 2004-2009.(mdk/fas)


  Merdeka  
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgooV1VxZtEsH4vI20hI-r2oQ16VSeAVhaU051orN-_f14Dy4r7Abm-QuaFrw4Y1yHdzPjiTzcgMX9SJi0KfjrQRJwsPhAAscD9wCxqg1CxOhldL5FQjlgoagk76DSQbpmT__OEVvhDSXM/s35/cinta-indonesia.jpg
0

Dari Pulau Buatan, Jakarta Punya Pelabuhan Baru

Jakarta | Pemerintah Provisi DKI Jakarta akan membangun pelabuhan New Tanjung Priok di 17 pulau reklamasi. Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama mengatakan pelabuhan tersebut akan lebih besar dibanding pelabuhan yang sekarang. Ditemui di Balai Kota Jakarta, Kamis, 21 Februari 2013, pria yang kerap disapa Ahok ini menuturkan, biaya pembangunan akan dibebankan kepada pihak kontraktor.

Diprediksi, tiga pulau reklamasi akan digunakan sebagai kawasan ekonomi khusus, salah satunya megaproyek New Tanjung Priok ini. Lahan seluas 1.500 hektare akan disinergikan agar Ibu Kota memiliki manajemen logistik yang baik. "Kami akan reklamasi tiga pulau untuk kawasan ekonomi khusus," kata mantan Bupati Belitung Timur ini menjelaskan.

Ihwal perizinan dan proses kerja sama pembangunan pelabuhan tersebut, Ahok--sapaan basuki--tengah menunggu konsep dari PT Pelindo minggu depan. "Kami akan coba lihat seperti apa kerja samanya," kata Basuki.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Pelindo II R.J. Lino mengatakan pihaknya ingin mensinergikan kawasan industri dan logistik dengan pulau-pulau reklamasi.

Menurut Lino, terminal yang sekarang ada akan penuh pada 2022. "Sembilan tahun dari sekarang, kalau tidak ada persiapan, mau kemana lagi?" ujarnya di Balai Kota. Ia mengatakan, dalam tiga tahun terakhir, peningkatan angka penumpang naik sekitar 25 persen.

Lino mengatakan, Tanjung Priok sangat vital untuk Indonesia. Sekitar 65-70 persen proses ekspor dan impor di Indonesia melewati pelabuhan tersebut. Dia senang karena pemerintah DKI mengapresiasi upaya pengadaan New Tanjung Priok.


  ● Tempo  
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_ZZ2dLPaJbhuECW5QOC1eIsQ1G9IkmpOR-vblv8S5Rvc-3dIR3aRNkH8TA4lIYfSROZG7Vcy4HnT9HffBRb4kf7YOy8wAtX8sNKVJoNldeZ6HhzXnIxUWP0ixD13RhVzHwgNoIUs2Zns/s35/RI295.jpg
0

NUS tawarkan mata kuliah "online" gratis mulai 2014

Jakarta | Universitas Nasional Singapura (NUS) mulai awal 2014 menawarkan sejumlah mata kuliah "online" gratis bekerja sama dengan Coursera, situs penyedia materi kuliah terbuka di internet.

Menurut laporan Straits Times Online yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis, pada tahap awal, universitas terbaik di Asia Tenggara itu menawarkan dua mata kuliah yang dapat diakses publik secara gratis itu.

Kedua mata kuliah itu adalah "Unpredictable? Randomness, Chance and Free Will" (Tak Dapat Diperkirakan? Pengacakan, Peluang dan Pilihan Bebas) dan "Write Like Mozart: An Introduction to Classical Music Composition" (Menulis Seperti Mozart: Pengantar untuk Komposisi Musik Klasik".

Mengutip keterangan NUS, Straits Times menyebutkan kedua mata kuliah yang akan diasuh Profesor Valerio Scarani dari Pusat Kajian Teknologi Kuantum dan Assosiat Profesor Peter Ivan Edwards dari Konservatorium Musik Yong Siew Toh itu akan diberikan selama enam sampai delapan minggu dimana setiap sesinya berlangsung dari satu setengah hingga tiga jam.

Dalam konteks Indonesia, perihal pengembangan sistem pengajaran online telah pun pernah disinggung Wakil Presiden Boediono saat berbicara di Konvensi Kampus Kesembilan dan Temu Tahunan Ke-15 Forum Rektor Indonesia di Semarang 18 Januari lalu.

Saat itu, Wapres Boediono bahkan meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh menyusun cetak biru pengembangan sistem pengajaran online berbahasa Indonesia yang dapat diakses dan dimanfaatkan semua universitas dan para mahasiswanya di Tanah Air dengan biaya minimal.(R013/A011)


  ● Antara  
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_ZZ2dLPaJbhuECW5QOC1eIsQ1G9IkmpOR-vblv8S5Rvc-3dIR3aRNkH8TA4lIYfSROZG7Vcy4HnT9HffBRb4kf7YOy8wAtX8sNKVJoNldeZ6HhzXnIxUWP0ixD13RhVzHwgNoIUs2Zns/s35/RI295.jpg
0

Sekilas Mengenai Freeport (1)

 Ekspedisi Wilson berkah Freeport  

Tidak ada yang menyangka buku laporan pendakian puncak Jaya Wijaya, Papua, ditulis oleh Jean Jaques Dozy pada 1936 adalah muasal pertambangan Freeport di Indonesia. Laporan itu menceritakan ketakjubannya melihat keindahan alam Papua. Selain itu, dia terperanjat melihat kandungan logam dan hamparan luas bijih tembaga hingga permukaan. Pemandangan itu sangat tidak lazim untuk wilayah ketinggiaan sampai dia menyebut gunung tembaga (Erstberg) dalam laporan itu.

Sayangnya, laporan bernilai itu terbengkalai di perpustakaan Belanda hingga berdebu. Tidak ada yang menindaklanjuti. Maklum saat terbit, kondisi dunia tidak mendukung, menjelang berkecamuknya Perang Dunia Kedua melibatkan banyak negara, termasuk Belanda.

Pertengahan 1959, revolusi mengatasnamakan rakyat berlangsung di Kuba dipimpin oleh Fidel Castro. Fidel Castro berhasil merebut Kota Havana hingga memaksa rezim diktator Batista hengkang. Kebijakan berubah. Castro segera menasionalisasi perusahaan-perusahaan asing beroperasi di Kuba, termasuk Freeport Sulphur kala itu siap mengapalkan biji nikel produksi perdana.

Pada Agustus 1959, berlangsung pertemuan antara Forbes Wilson, direktur dan pakar ahli pertambangan Freeport dengan Jan van Fruisen, Direktur Pelaksana East Borneo Company. Dalam rapat itu, Jan van Fruisen bercerita kepada Wilson isi buku Dozy ditemukan dalam kondisi berdebu. Wilson kemudian tertarik dengan laporan Dozy soal gunung tembaga itu.

Wilson dan rombongannya pada februari 1960 mengunjungi lokasi seperti ditulis Dozy. Rombongan ekspedisi ini dibantu oleh suku setempat untuk menjelajahi wilayah pegunungan itu. Hasil penelusuran itu dituangkan dalam buku Conquest of Copper Mountain. Persis Dozy, Wilson menuliskan kekagumannya akan hamparan mineral tidak pernah dia lihat sebelumnya. Dia juga menulis kesannya mengenai Mozes Kilangin, pemuda dari suku Amungme yang menemani dia dalam ekspedisi itu.

Saat mencapai gunung tembaga disebut kawasan Erstberg, dia terperanjat dengan hamparan bijih tembaga di atas permukaan tanah. Dalam bukunya itu, Wilson menyebut wilayah itu sebagai tempat terjadinya mineralisasi tidak lazim di atas ketinggian dua ribu meter dari permukaan laut. Dia memperkirakan kandungan logamnya mencapai 40-50 persen bijih besi, tiga persen tembaga, dan masih terdapat emas dan perak di dalamnya.

Dia melaporkan lewat kabel temuan itu kepada Presiden Freeport Bob Hills di New York, Amerika Serikat. Dia menyebut dari areal 14 hektar, hanya satu hektar tanpa bijih tembaga. Sedangkan kedalaman baru mencapai seratus meter.

Setelah menganalisis laporan Wilson, konsultan tambang Freeport memperkirakan akan mendapat 13 juta ton di atas permukaan dan 14 ton di bawah tanah dengan kedalaman seratus meter. Perlu sekitar USD 60 juta dolar untuk mengeksplorasi kawasan itu. Ongkos produksi saat itu USD 16 sen per pon dan harga jual USD 35 sen saban pon. Dengan begitu, Freeport menduga modal investasi akan balik dalam tiga tahun.

Itulah sebagian dari isi artikel Lisa Pease berjudul JFK, Indonesia, CIA, and Freeport dimuat majalah Probe edisi Maret-April 1996. Laporan ini kini tersimpan di National Archieve, Washington DC, Amerika Serikat. National Archieve adalah lembaga independen menyimpan dokumen catatan sejarah dan dokumen. Lembaga ini bertanggung jawab memelihara dan menerbitkan salinan hukum asli dan otoritatif dikeluarkan oleh kongres, pernyataan presiden dan perintah eksekutif, serta federal.

Pimpinan Freeport begitu gembira dengan kemungkinan keuntungan bakal diperoleh. Namun, saat proyek tambang akan dimulai, hubungan Belanda dan Indonesia kian memanas memperebutkan Irian Barat. Akhir 1961, Presiden Soekarno memerintahkan pendaratan pasukan di wilayah itu.

Pihak Freeport semakin jengkel dengan sikap Presiden John Fitgerald Kennedy karena lebih memihak Indonesia. Belum lagi dengan sikap Amerika menghentikan bantuan pemulihan ekonomi Eropa setelah Perang Dunia Kedua (rencana Marshal) untuk Belanda. Freeport sebenarnya lebih cemas kepada Soekarno yang gencar dengan prinsip nasionalisme dan antikolonialisme.

Perserikatan Bangsa-Bangsa lalu turun tangan dan akhirnya memutuskan membentuk pemerintahan transisi di Irian Barat. Kemudian diadakan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) pada 1969, untuk memutuskan apakah rakyat Papua akan memilih bergabung dengan Indonesia atau Belanda.

Dalam laporan Lisa, dua tahun sebelum Pepera, Freeport sudah mendapat Kontrak Karya Pertama pada 50 April 1967. Perjanjian bisnis ini berlaku 30 tahun dan bisa diperpanjang. Lisa juga menemukan Freeport melakukan berbagai macam cara untuk mendapatkan izin dan perpanjangan kontrak karyanya.

Adriana Elisabeth, peneliti Papua dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menjelaskan masalah Freeport sampai saat ini masih gelap dan belum lengkap. "Adanya izin tambang Freeport di Papua itu mengikutsertakan politik tingkat tinggi, maka perlu konfirmasi semua pihak. Kadang orang membicarakan masalah Freeport dengan campur aduk, mulai dari efek Kontrak Karya Pertama hingga masalah pemberdayaan masyarakat. Itu dua masalah panjang dan berbeda," katanya kepada merdeka.com, Rabu pekan lalu.(mdk/fas)

 Mendongkel kekuasaan Soekarno  

Pada 1961-an, Presiden Soekarno gencar merevisi kontrak pengelolaan minyak oleh asing di Indonesia. Sebanyak 60 persen dari keuntungan perusahaan minyak asing menjadi jatah pemerintah. Kebanyakan gerah dengan peraturan itu.

Menurut sejarawan Asvi Marwan Adam, Soekarno benar-benar ingin sumber daya alam Indonesia dikelola oleh anak bangsa sendiri. Asvi menuturkan sebuah arsip di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta mengungkapkan pada 15 Desember 1965 sebuah tim dipimpin oleh Chaerul Saleh di Istana Cipanas sedang membahas nasionalisasi perusahaan asing di Indonesia.

Soeharto yang propemodal asing, datang ke sana menumpang helikopter. Dia menyatakan kepada peserta rapat dia dan Angkatan Darat tidak setuju rencana nasionalisasi perusahaan asing itu. "Soeharto sangat berani saat itu, Bung Karno juga tidak pernah memerintahkan seperti itu," kata Asvi saat dihubungi merdeka.com, Kamis malam pekan lalu.

Sebelum tahun 1965, seorang taipan dari Amerika Serikat menemui Soekarno. Pengusaha itu menyatakan keinginannya berinvestasi di Papua. Namun Soekarno menolak secara halus. "Saya sepakat dan itu tawaran menarik. Tapi tidak untuk saat ini, coba tawarkan kepada generasi setelah saya," ujar Asvi menirukan jawaban Soekarno.

Soekarno berencana modal asing baru masuk Indonesia 20 tahun lagi, setelah putra-putri Indonesia siap mengelola. Dia tidak mau perusahaan luar negeri masuk, sedangkan orang Indonesia memiliki pengetahuan nol tentang alam mereka sendiri. Sebagai persiapan, Soekarno mengirim banyak mahasiswa belajar ke negara-negara lain.

Soekarno boleh saja membuat tembok penghalang untuk asing dan mempersiapkan calon pengelola negara. Namun, Asvi menjelaskan usaha pihak luar ingin mendongkel kekuasaan Soekarno tidak kalah kuat.

Dalam artikel berjudul JFK, Indonesia, CIA, and Freeport dterbitkan majalah Probe edisi Maret-April 1996, Lisa Pease menulis pada awal November 1965, Langbourne Williams, ketua dewan direktur Freeport, menghubungi direktur Freeport, Forbes Wilson. Williams menanyakan apakah Freeport sudah siap melakukan eksploitasi di Papua. Wilson hampir tidak percaya mendengar pertanyaan itu. Dia berpikir Freeport akan sulit mendapatkan izin karena Soekarno masih berkuasa.

Setahun sebelumnya, seorang peneliti diberi akses untuk membuka dokumen penting Departemen Luar Negeri Pakistan dan menemukan surat dari duta besar Pakistan di Eropa. Dalam surat per Desember 1964, diplomat itu menyampaikan informasi rahasia dari intel Belanda yang mengatakan dalam waktu dekat Indonesia akan beralih ke Barat.

Lisa menjelaskan maksud dari informasi itu adalah akan terjadi kudeta di Indonesia oleh partai komunis. Sebab itu, angkatan darat memiliki alasan kuat untuk menamatkan Partai Komunis Indonesia, setelah itu membuat Soekarno menjadi tahanan.

Telegram rahasia dari Departemen Luar Negeri Amerika Serikat ke Perserikatan BBangsa.Bangsa pada April 1965 menyebut Freeport Sulphur sudah sepakat dengan pemerintah Indonesia untuk penambangan puncak Erstberg di Papua. Sedangkan dalam telegram berkode Cinpac 342, 21 Januari 1965, pukul 21.48, menyatakan ada pertemuan pejabat Angkatan Darat Indonesia membahas rencana darurat bila Presiden Soekarno meninggal.

Kelompok dipimpin Jenderal Soeharto bergerak lebih jauh dari rencana itu. Soeharto mendesak Angkatan Darat segera mengambil alih kekuasaan tanpa perlu menunggu Presiden Soekarno berhalangan.

Setelah peristiwa 30 September 1965, keadaan negara berubah total. Usaha Freeport masuk ke Indonesia semakin mudah. Sebagai bukti adalah pengesahan Undang-undang Penanaman Modal Asing pada 1967. Freepot menjadi perusahaan asing pertama yang kontraknya ditandatangani Soeharto.

Bukan saja menjadi lembek, bahkan Indonesia menjadi sangat tergantung terhadap Amerika. "Saya melihat seperti balas budi Indonesia ke Amerika Serikat karena telah membantu menghancurkan komunis yang konon bantuannya itu dengan senjata," tutur Asvi.(mdk/fas)

 Tak berdaya hadapi Freeport  

Bicara mengenai PT Freeport Indonesia tentu tidak bisa dilepaskan dari tiga hal. Pertama, kinerja perusahaan tambang selama ini mengeruk sumber daya alam Indonesia. Kedua, kewajibannya terhadap Indonesia melalui royalti perusahaan kepada negara, dan sikap pemerintah terhadap anak perusahaan Freeport McMoran itu.

Keberadaan dan operasional Freeport Indonesia sejak 1967 hingga kini tak ubahnya mesin pencetak uang bagi perusahaan induknya, yakni Freeport McMoran di Amerika Serikat. Untuk melihat pundi-pundi keuntungan Freeport tidak perlu melihat jauh ke belakang. Tengok saja kinerja perusahaan sepanjang tahun lalu. Freeport Indonesia telah menjual 915.000 ons atau setara 28,6 ton emas dan 716 juta pon (358 ribu ton) tembaga dari tambang Grasberg di Papua. Hasil penjualan emas itu menyumbang 91 persen penjualan emas perusahaan induknya.

Berdasarkan laporan keuangan Freeport McMoran, total penjualan emas Freeport sebanyak 1,01 juta ons (31,6 ton) emas dan 3,6 miliar pon ( 1,8 juta ton) tembaga. Penjualan tembaga asal Indonesia menyumbang seperlima penjualan komoditas sejenis bagi perusahaan induknya.

Harga komoditas pertambangan memang turun belakangan ini lantaran rendahnya permintaan di pasar dunia. Namun, kondisi ini tidak terlalu berpengaruh terhadap keuntungan perusahaan. Buktinya, laba Freeport naik sekitar 16 persen pada kuartal keempat tahun lalu menjadi USD 743 juta (Rp 7,2 triliun). Total pendapatan juga meningkat menjadi USD 4,51 miliar dari USD 4,16 miliar pada periode sama tahun sebelumnya.

Berangkat dari kinclongnya kinerja Freeport, bagaimana andilnya terhadap Indonesia, negara yang kekayaan alamnya sudah dikeruk hampir setengah abad? Kewajiban Freeport terhadap Indonesia bisa dilihat dari royalti dan dividen. Freeport hanya memberikan royalti satu persen dari hasil penjualan emas dan 3,75 persen masing-masing untuk tembaga dan perak. Kewajiban terbilang sangat rendah dibanding keuntungan diperoleh Freeport.

Kontrak Karya Freeport Indonesia di tambang Garsberg akan habis pada 2021. Freeport mendapat kesempatan memperpanjang kontrak dua kali 10 tahun setelah durasi kontrak pertama, 30 tahun, berakhir. Freeport mendapatkan hak kelola tambang di Mimika pada 1991. Renegosiasi kontrak karya pun mulai diembuskan pemerintah pertengahan tahun lalu. Salah satu poin akan dibahas adalah besaran royalti Freeport.

Sejak pertengahan 2011, wacana renegosiasi kontrak karya Freeport terus bergulir. Saat itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa paling ngotot mendesak Freeport ke meja perundingan. Pemerintah menginginkan royalti Freeport sepuluh persen. Dari ujung timur Indonesia, Freeport menyatakan siap berunding, namun belum sepakat mengenai besaran royalti. "Secara umum telah ada pembahasan keenam pokok renegosiasi. Sudah ada saling pengertian tapi belum sampai pada kesepakatan angka detailnya," kata Direktur Utama Freeport Rozik Soetjipto beberapa waktu lalu.

Kabar dari meja perundingan akhir tahun lalu, kedua pihak disebut-sebut menyepakati besaran royalti emas empat persen. Freeport dikabarkan setuju dengan angka itu, tapi pemerintah ternyata masih pikir-pikir. Renegosiasi pun kembali dilakukan. Setelah hampir satu tahun, hasilnya sudah bisa ditebak. "Renegosiasi sampai saat ini masih tetap berjalan," ujar Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Susilo Siswoutomo kepada merdeka.com, Kamis pekan lalu.

Susilo mengakui alotnya perundingan untuk renegosiasi kontrak karya. Namun dia menegaskan segera menyelesaikan masalah itu. "Karena yang dinegosiasikan banyak. Ada enam poin. Kita harapkan secepatnya bisa diselesaikan. Target pemerintah tahun ini."

Tidak hanya soal royalti, keluhan juga datang terkait dividen buat pemerintah sebagai salah satu pemegang saham Freeport. Pemerintah memiliki 9,36 persen saham Freeport Indonesia. Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan telah menyentil Freeport lantaran tidak menepati janji melunasi kekurangan setoran dividen tahun lalu sebesar Rp 350 miliar dari total Rp 1,5 triliun. Nilai dividen 2012 turun 14,77 persen dibanding tahun sebelumnya mencapai Rp 1,76 triliun. Freeport memang pernah membayarkan dividen lebih besar kepada negara, yakni Rp 2,09 triliun pada 2009. Namun sejak 2010 setorannya perlahan mulai turun.

Pemerintah berambisi menguasai saham mayoritas atau melakukan divestasi 51 persen saham Freeport. Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengaku kepincut membeli saham Freeport jika perusahaan itu menjual saham mereka. Dia meyakini pembelian saham Freeport akan menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat. Pembelian dilakukan sepanjang pemerintah memiliki keuangan mencukupi.

Yang tidak kalah menarik dari keberadaan Freeport di Indonesia adalah sikap pemerintah terhadap perusahaan sudah beroperasi di Indonesia lebih tiga dekade ini. Ketegasan pemerintah seolah setengah hati. Di satu sisi, pemerintah tegas mengejar royalti dan dividen dari Freeport. Namun, di sisi lain, tidak ada ketegasan terkait masa depan kontrak karya Freeport sudah berjalan hampir dua tahun ini.

Beda pejabat, beda pemikiran dan sikap. Rudi Rubiandini, mantan wakil menteri energi kini menjabat Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), pernah mengancam akan mengusir Freeport dari Indonesia jika perundingan kontrak karya tidak menghasilkan kesepakatan menguntungkan Indonesia. "Kalau renegosiasi buntu, pasti putus kontrak," ujar Rudi kepada merdeka.com, Oktober tahun lalu.

Tapi penggantinya, Susilo Siwoutomo, lebih lembek. Dia mengatakan pemerintah tidak berniat memutus kontrak karya Freeport. Terlebih, perusahaan tambang ini sudah lama menjalankan kegiatan bisnis dan investasi di Indonesia. "Tidak (putus kontrak), itu kontrak sudah lama. Namanya renegosiasi selalu alot, tetapi kita masih akan usahakan berbicara terus dengan pihak sana. Semoga saja selesai secepatnya," kata Susilo belum lama ini.

Wakil Direktur Reforminer Institute Komaidi Notonegoro juga tidak yakin pemerintah berani mengusir Freeport. "Untuk memutus jika tidak ada hal dilanggar tentu akan sulit bagi pemerintah," ucapnya.(mdk/fas)


  Merdeka  
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgooV1VxZtEsH4vI20hI-r2oQ16VSeAVhaU051orN-_f14Dy4r7Abm-QuaFrw4Y1yHdzPjiTzcgMX9SJi0KfjrQRJwsPhAAscD9wCxqg1CxOhldL5FQjlgoagk76DSQbpmT__OEVvhDSXM/s35/cinta-indonesia.jpg
0

18 Kapal Baru Diresmikan Tahun Ini

Jakarta Untuk meningkatkan keterhubungan antar pulau di Indonesia Kementerian Perhubungan kembali menambah jumlah kapal roll on-roll off (ro-ro) dan kapal perintis. Sebanyak 18 kapal yaitu 14 kapal roll on-roll off dan empat kapal perintis akan diresmikan pada tahun ini. "Kapal tahun ini saja ada 10 untuk timur, empat untuk barat dan empat kapal perintis yang akan diresmikan," ujar Menteri Perhubungan E. E.Mangindaan di Gedung Kementerian Perhubungan, Jakarta, Kamis (21/2).

Kapal Ro-Ro yang akan beroperasi tahun ini berkapasitas 75 GT ( Gross Ton). Sedangkan empat kapal perintis masing-masing berkapasitas 1200 DWT sebanyak dua unit,750 DWT (Dead Weight Ton) sebanyak satu unit dan 500 DWT juga satu unit.

Menteri E.E. Mangindaan mengakui meski sudah ditambah, jumlah kapal yang ada masih kurang untuk memenuhi kebutuhan konektivitas antar pulau. Saat ini terdapat 67 rute perintis yang baru bisa dilayani oleh 32 kapal milik pemerintah. Dengan penambahan empat unit kapal baru ini, baru 36 unit kapal yang melayani rute perintis yang ada.

Tidak hanya mengalami kekurangan daalam jumlah kapal,pemerintah juga mengalami kendala pada minimnya jumlah SDM yang handal dan mumpuni. Saat ini kebutuhan SDM kelautan mencapai 7.000 orang per tahun yang terdiri dari berbagai posisi seperti nahkoda, teknisi mesin, mualim dan sebagainya padahal ketersediaan tidak ada separuhnya.

"Sambil kita membangun dermaga, pelabuhan, kapal, SDMnya juga harus kita perbanyak sebab kita benar-benar kekurangan SDM. SDM yang dibutuhkan 7.000 orang, sekarang baru bisa 1.500 orang per tahun," papar menteri. Pengadaan 18 kapal tersebut menurut Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan memakai kontrak tahun jamak. "Anggaran pengadaan kapal ini berasal dari DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) tahun 2012 sampai 2013," ungkap Bambang.

Kapal perintis berkapasitas 750 DWT menelan anggaran Rp 24 miliar,kapal 500 DWT sebesar Rp 20,4 milyar dan dua kapal 1200 DWT adalah Rp 95,4 miliar. Sedangkan untuk kapal Ro-Ro menelan anggaran Rp 30-35 miliar.

Hari ini Menhub E.E. Mangindaan juga melantik dua pejabat eselon I di Kementerian Perhubungan. Masing-masing Bobby R. Mamahit sebagai Direktur Jenderal Perhubungan Laut dan Santoso Edi Wibowo sebagai Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM).

Bobby menggantikan Dirjen Perhubungan Laut sebelumnya Leon Muhammad. Sebelum menduduki jabatan barunya ini, Bobby menjabat Kepala BPSDM Kementerian Perhubungan. Sedangkan Santoso Edi Wibowo sebelumnya menjabat staf ahli menteri bidang teknologi dan energi.



  ● Jurnas  
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_ZZ2dLPaJbhuECW5QOC1eIsQ1G9IkmpOR-vblv8S5Rvc-3dIR3aRNkH8TA4lIYfSROZG7Vcy4HnT9HffBRb4kf7YOy8wAtX8sNKVJoNldeZ6HhzXnIxUWP0ixD13RhVzHwgNoIUs2Zns/s35/RI295.jpg
0

PT DI Dapat Kontrak Buat 14 Pesawat

BANDUNG | PT Dirgantara Indonesia mendapatkan kontrak pengerjaan 14 unit pesawat per Februari 2013. Diproyeksikan nilai kontrak tersebut bisa memenuhi sekitar 74% dari target kontrak yang ditetapkan pada tahun ini.

Kepala Komunikasi PT DI, Soni Saleh Ibrahim, merinci keempat belas unit pesawat itu, masing-masing untuk pasar Asia Tenggara sebanyak 8 unit pesawat, dan 6 unit pesawat untuk pasar dalam negeri.


Adapun untuk pasar Asia Tenggara adalah CN 235 sebanyak 4 unit, pesawat CN 212 sebanyak 2 unit, dan pesawat CN 295 sebanyak 2 unit.


Sementara untuk pasar dalam negeri adalah pesawat jenis CN 235 sebanyak 3 unit, dan Helikopter Bell sebanyak 3 unit. "
Secara total, kontraknya bernilai Rp 2,3 triliun," katanya saat jumpa pers di kantor PT DI, Jl Pajajaran, Rabu (20/2).

Dia menambahkan, target kontrak yang ditetapkan pihaknya untuk tahun ini sebesar Rp 3,1 triliun. Dengan demikian, progres nilai kontrak yang telah didapatkan oleh PT DI per Februari 2013 mencapai sekitar 74% dari target yang ditetapkan.


Selain itu, dia juga mengatakan, pihaknya sedang dalam proses menunggu hasil audit dari otoritas perhubungan udara Eropa atau
European Aviation Safety Agency (EASA).

Audit tersebut merupakan salah satu rangkaian proses yang dilakukan agar pihaknya mendapatkan persetujuan untuk bisa melakukan perawatan Air Bus Military.


Dia mengatakan, rangkaian proses tersebut cukup lama. Menurutnya, sejak akhir tahun kemarin pihaknya telah menjalani proses tersebut.


"Setelah proses audit ini pun, masih ada lagi beberapa rangkaian proses, seperti sertifikasi orang-orang yang akan melakukan perawatan, kemudian proses kualifikasi tools yang akan kami pakai untuk perawatan itu," ujarnya.


PT DI menargetkan pendapatan sekitar Rp 200-Rp 250 miliar dari bisnis perawatan pesawat. Mengomentari jenis pesawat yang nantinya akan dirawat oleh PT DI, dia mengatakan, mayoritas pesawat tersebut adalah jenis pesawat Boeing dan Air Bus.


Soni berkeyakinan pihaknya bisa melewati proses kualifikasi untuk mendapatkan sertifikat perawatan pesawatan. Hal itu didasari oleh besarnya modal untuk mengikuti rangkaian proses, dan keinginan untuk memperbesar porsi bisnis perawatan pesawat dari perusahaan asal Indonesia.


Terkait dengan besarnya porsi, dia mencontohkan bisnis perawatan pesawat pada tahun 2010 lalu. Menurutnya, bisnis perawatan pesawat pada masa itu senilai Rp 600 juta dolar AS.


Dari nilai tersebut, yang terserap oleh perusahaan asal Indonesia, termasuk PT DI, hanya sebesar 20%. Sementara sisanya sebagian besar diserap oleh negara-negara, seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand.


Soni juga mengatakan, pihaknya saat ini sedang dalam masa menunggu kontrak pengerjaan pesawat komersil sekelas N 250 berkapasitas 70-80 penumpang. Inisiator pengerjaan pesawat tersebut adalah PT Ragio Aviasi Industri (RAI), dimana BJ Habibie menjabat sebagai ketua dewan komisarisnya.


"
PT Rai sudah mendekalarasikan diri pada 2012 awal, terkait pembuatan pesawat sekelas N 250 tersebut, dan hingga sekarang diskusi dengan PT DI sudah berlangsung. Namun, belum sampai ke masalah kontrak. Rencananya, nanti memang PT DI yang mengerjakan, sementara pemasaran oleh PT RAI," ujarnya.

Meskipun demikian, dia mengatakan, pihaknya sudah melakukan persiapan terkait masalah perencanaan. "Persiapannya memang harus dari sekarang, meski matrial belum masuk. Dan dalam waktu 3 tahun harus jadi. Kalau lebih dari itu, bisa kemahalan dari orang-orangnya, karena mereka juga kan digaji," katanya. (A-204/A-89)***
 

  ● Pikiran Rakyat  
0

Farmasi Jerman Berniat Akuisisi Jamu Sido Muncul

Penawaran tersebut telah berlangsung sejak enam bulan yang lalu.

Presiden Direktur PT Sido Muncul, Irwan Hidayat, menyampaikan bahwa sebuah perusahaan farmasi asing tertarik dan sedang menjajaki untuk membeli perusahaan produsen jamu Tolak Angin tersebut.

Hanya saja Irwan Hidayat, yang juga pemilik perusahaan ini, masih mempertimbangkan apakah akan melepaskan perusahaan jamunya itu ke tangan asing atau tidak.

"Tempat (perusahaan) saya ditawar. Tapi saya masih punya perasaaan, kok rasanya tidak pas gitu ya. Misal perusahaan kecap dibeli, air minum dibeli, terus perusahaan jamu dibeli  asing," katanya, usai menjadi pembicara dalam seminar di Universitas Sebelas Maret Surakarta, Kamis 21 Februari 2013

Dia menyebutkan bahwa perusahaan farmasi asing yang ingin membeli perusahaan jamu herbal itu merupakan perusahaan farmasi dari Jerman. Penawaran untuk menguasai perusahaan jamunya itu telah berlangsung sejak enam bulan yang lalu.

"Perusahaan farmasi Jerman yang berminat membeli Sido Muncul itu hingga saat ini masih terus melakukan penawaran secara intensif," katanya.

Dalam skema penawaran tersebut, katanya, perusahaan farmasi dari Jerman tersebut tetap memberikan kepemilikan saham kepada Irwan. "Kita tetap menjadi pemilik tapi sebagai minority, sedangkan dia menjadi majority," ujarnya.

Ketika disinggung mengenai harga penawaran yang disodorkan oleh perusahaan asal Jerman tersebut, Irwan enggan menjelaskannya. Namun, ia hanya mengaku bahwa perusahaannya  ditawar dengan harga yang tinggi.

"Aduh saya nggak bisa ngomong. Tetapi, saya nggak bisa bilang tidak. Saya masih pikir-pikir malu nggak ya, kalau nanti ditanyain orang, ternyata perusahaannya dijual," katanya.


  ©  VIVA.co.id 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgooV1VxZtEsH4vI20hI-r2oQ16VSeAVhaU051orN-_f14Dy4r7Abm-QuaFrw4Y1yHdzPjiTzcgMX9SJi0KfjrQRJwsPhAAscD9wCxqg1CxOhldL5FQjlgoagk76DSQbpmT__OEVvhDSXM/s35/cinta-indonesia.jpg