0

Indonesia-Tiongkok Kerja Sama Alih Teknologi dan Ilmu Kemiliteran

Rudal permukaan ke permukaan C-705 (photo : PeopleDaily)

JAKARTA
- Hubungan Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok bakal tambah harmonis. Kemarin (21/5) militer dua negara tersebut sepakat menjalin kerja sama alih teknologi dan ilmu kemiliteran.

"Kita menawarkan adanya joint production peralatan senjata. Misalnya, kita tawarkan membuat rudal bersama," ujar Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro setelah bertemu dengan Wakil Ketua Komisi Militer Tiongkok Jenderal Guo Boxiong di Jakarta kemarin.

Kedatangan orang nomor dua di jajaran militer Tiongkok itu disambut dengan penghormatan militer. Jenderal Guo didampingi Duta Besar Tiongkok Zhang Qi Yue dan sejumlah perwira tinggi militer Tiongkok. "Mereka memiliki teknologi militer yang luar biasa. Kita berharap bisa belajar dan berbagi pengalaman," katanya.

Dalam pertemuan tersebut, Jenderal Guo mengatakan, negaranya berencana membuat rudal C-705 untuk pertahanan udara dan laut. Peluru kendali tersebut merupakan pengembangan dari rudal C-802 yang telah digunakan kapal-kapal perang milik TNI Angkatan Laut. "Akan sangat bagus jika rudal tersebut bisa dibuat bersama oleh teknisi Indonesia," katanya.

Indonesia juga menawari militer Negeri Tirai Bambu itu peralatan pendukung non-alutsista. Misalnya, kain seragam, kopel, sepatu, dan baret. "Tentara Tiongkok punya 2,5 juta anggota. Kalau seluruh seragamnya kita yang membuat, itu potensi ekonomi yang sangat besar," terang mantan menteri ESDM tersebut.

Dua pejabat itu juga sepakat untuk mengadakan pelatihan bagi perwira-perwira militer Indonesia. Pelatihan tersebut berbentuk sekolah komando, penanggulangan pembajakan di laut, search and rescue (SAR), serta program master dan doktoral di bidang ilmu pertahanan.

Jenderal Guo juga menyambut proposal Kementerian Pertahanan untuk melanjutkan pelatihan pilot-pilot pesawat Sukhoi di Beijing. Sejak tahun lalu, TNI-AU memang mengirim 10 perwira untuk melakukan simulasi penerbangan dengan Sukhoi. Tiongkok adalah pemakai pesawat Sukhoi terbesar setelah Rusia. (rdl/c6/noe)

Jawapos

0

Siswa SMKN 29 Jakarta Bisa Buat Pesawat

JAKARTA (Pos Kota) – Membuat pesawat sendiri memang bukan hal yang mudah. Namun dengan usaha dan perjuangan para siswa SMKN 29 Jakarta, keinginan itu mulai dirintis. Para siswa mulai diberi materi dan praktek pembuatan serta pemeliharaan pesawat saat semester akhir di kelas 11 atau yang dikenal di SMK ini sebagai Taruna tingkat II. Sehingga saat nanti mereka lulus, diharapkan sudah mampu bekerja dan menerapkan ilmu yang didapatnya.

Sekolah yang semula didirikan di ruang hangar Pesawat Udara Kemayoran Jakarta pada bulan Agustus 1954, dikenal dengan STM Penerbangan, dipindahkan lokasinya ke Jln Prof Joko Sutono SH No.1 Kebayoran Baru sejak tahun 1958 di atas luas tanah 20980 m2. Sekolah ini merupakan satu-satunya SMK Negeri Kelompok Teknologi Industri Udara yang berada di Wilayah Segitiga Emas Jakarta Selatan, dengan spesialisasi Teknologi Pesawat Udara satu-satunya di DKI Jakarta dan memiliki potensi dan peluang yang sangat besar untuk ditingkatkan dan dikembangkan.

Ini dibuktikan dalam kegiatan Lomba Kompetensi Sekolah (LKS) tingkat Nasional ke XVIII yang diadakan di Arena PRJ Kemayoran. Para siswa SMKN ini menampilkan hasil rakit pesawat dengan panjang sekitar 3,5 meter dan lebar badan 1,5 meter sedangkan sayap 1 meter. Kapasitasnya hanya dua tempat duduk. Pesawat yang diberi nama JABIRU itu cukup menarik perhatian pengunjung LKS di dalam Hall D PRJ tersebut.

Menurut Leo Burju, Taruna tingkat III yang ikut dalam LKS kali ini, sebenarnya sudah sejak 2003 lalu sekolah mereka mampu merakit pesawat. “Untuk merakit satu pesawat seperti ini, kami mengerjakannya selama 3-5 bulan dan biasanya keroyokan sampai 10 siswa. Ini sebagai upaya kami yang benar-benar mempelajari dan menerapkan prakteknya secara bersama,” katanya.

Nama Jabiru sendiri, menurutnya, diambil dari nama pabrikan Australia yang menyuplai bahan pesawat. Sekolah tersebut memang menjalin kerja sama dengan pabrikan tersebut. Bahan-bahan berupa kerangka yang terpisah-pisah itu kemudian dirakit para siswa. Satu tim perakit terdiri atas sepuluh siswa yang dipimpin seorang instruktur. Mereka merakit mulai bodi pesawat, sayap, mesin, roda, sampai instrumen. Perakitan dimulai dengan memasang engine dan bodi pesawat.

Tahap kedua memasang instrumen atau penunjuk pilot di kokpit. Setelah itu, dilanjutkan pemasangan alat kemudi terbang (flight control). Setelah tahap ketiga selesai, pekerjaan dilanjutkan dengan pemasangan sayap, roda (landing gear), dan penyangga pesawat. “Termasuk, memasang baling-baling,” papar Leo.

Setelah pekerjaan itu selesai, baru dipasang kursi pesawat, diikuti memfungsikan saluran bahan bakar. Termasuk, memasang avionic atau listrik pesawat. Perakitan ditutup dengan mengecat bodi pesawat. Setelah pesawat jadi, mulai dilakukan uji coba. Jabiru pertama diuji coba pada 2004 di lapangan terbang Pondok Cabe. Jabiru juga sering dipakai atlet Federasi Aero Sport Indonesia.

Dengan kemampuan itu, menurut salah satu guru yang mewakili SMKN 29 pada LKS tersebut, Budi Ramelan, para siswanya punya peluang besar bekerja di industri pesawat. Tidak sedikit lulusan sekolah itu yang langsung direkrut perusahaan penerbangan. Sekolah sendiri, meski saat ini belum ada pesanan dari kalangan industri, sudah mendapat order perorangan terkait perakitan pesawat. “Kami lihat prospeknya amat bagus. Dengan demikian, lulusan jurusan ini nanti semakin dibutuhkan,” kata Budi.
(dieni/sir)

Poskota

0

Mewujudkan Jaringan Riset Iptek melalui Harapan Bupati Bangka Selatan

Seiring dengan adanya perubahan struktur organisasi sebagai amanah UU No 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Iptek, Kementerian Riset dan Teknologi perlu membangun dan memperkuat jaringan antara lembaga penyedia iptek dan lembaga regulator. Dalam kesempatan ini Asisten Deputi Urusan Perkembangan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan Deputi Bidang Perkembangan Riset Iptek, yang diwakili oleh dua Kabid dan satu staf, telah melakukan kunjungan ke provinsi Bangka Belitung. Dalam Kunjungan tersebut dilakukan diskusi dengan Bappeda Provinsi Bangka Belitung, Universitas Bangka Belitung, Bupati Bangka Selatan dan Bappeda Kabupaten Bangka Selatan.


Diskusi dengan Bappeda Provinsi Bangka Belitung yang dihadiri oleh Kepala Bidang Pengendalian, Penelitian dan Statistik dan Kepala Bidang Sosial dan Ekonomi serta beberapa staf mendiskusikan tentang koordinasi dan kerja sama antara Bappeda dan Lembaga-lembaga Penyedia Iptek. Melalui hasil forum diskusi pada tanggal 10-11 Mei 2010 di lembaga Penelitian Universitas Bangka Belitung dan Bapeda Propinsi serta kunjungan ke Bapeda Bangka Belitung dapat digambarkan belum terjalinnya dengan baik antara lembaga penyedia iptek dan lembaga regulator. Hal ini secara terus terang dikatakan oleh kedua belah pihak.

Bangka Selatan yang tahun lalu menerima Augerah Pengembangan Program Iptek dari Kementerian Riset dan Teknologi mempunyai potensi sumber daya alam yang cukup besar seperti sektor perikanan (kerapu, lele dan udang), pertanian (lada) dan pertambangan (timah, granit, pasir kuarsa, kaolin, bijih besi, limenit dan monasit) belum dikelola secara maksimal dengan sentuhan iptek. Dengan meningkatnya komunikasi, koordinasi dan sinkronisasi antara lembaga regulator dalam hal ini Bappeda dan Lembaga Penelitian di Perguruan Tinggi, diharapkan ke depan kedua lembaga tersebut dapat saling membantu dan saling bekerja sama.

Bupati Bangka Selatan, Justiar Noer pada waktu berdialog dengan staf Kementerian Riset dan Teknologi, Tati Manurung dan Suyatno, Kabid Ilmu-Ilmu Sosial dan Kemanusiaan, mengatakan akan membangun center of research untuk teknologi perikanan di salah satu pulau di wilayah Bangka Selatan. Selain itu akan membangun kampus perguruan tinggi seluas 5000 hektar. Oleh karena itu Bupati sangat berterima kasih atas kunjungan ini, dan dukungan Kementerian Riset dan Teknologi sangat diharapkan dalam mewujudkan rencana ini. (THM/ humasristek)

ristek


0

Biogas dari Limbah Tahu

Kementerian Riset dan Teknologi melalui Program Pengendalian Dampak Perubahan Iklim membuat proyek percontohan mitigasi Gas Rumah Kaca (GRK) untuk industri tahu kecil di dua kawasan sentra industri kecil tahu di Purwokerto, yakni di Desa Kalisari dan dusun Ciroyom.

Proyek percontohan ini terdiri dari tiga kegiatan. Salah satunya adalah membuat unit percontohan instalasi pengolahan limbah (IPAL) cair industri kecil tahu. Kedua kegiatan lainnnya adalah perbaikan proses produksi dan efisiensi energi melalui pelatihan, pendampingan dan implementasi serta kajian sosial, ekonomi, kebijakan pada klaster industri kecil

Mengapa industri tahu? Asisten Deputi Analisis Kebutuhan Iptek pada Deputi Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek Kementerian Ristek Eddy Prihantoro mengatakan, industri tahu merupakan ternyata salah satu industri penyumbang emisi yang signifikan.

Jumlah industri tahu di Indonesia mencapai 84.000 unit usaha. Dengan kapasitas produksi lebih dari 2,56 juta ton per tahun, industri tahu ini memproduksi limbah cair sebanyak 20 juta meter kubik per tahun dan menghasilkan emisi sekitar 1 juta ton CO2 ekivalen. Sebanyak 80 persen industri tahu berada di Pulau Jawa. Dengan demikian emisi yang dikeluarkan pabrik tahu di Jawa mencapai 0,8 juta ton CO2 ekivalen.

Unit pengolahan limbah cair tahu yang dikembangkan dan dipasang di Desa Kalisari dan Dusun Ciroyom menggunakan model Fixed Bed Reactor dan dibangun dengan sistem anerobik. Pertimbangannya, sistem ini tidak memerlukan lahan yang besar dan tidak membutuhkan energi untuk aerasi.

Keuntungan lain dari sistem ini adalah dalam prosesnya menghasilkan energi dalam bentuk biogas dan ampas dan air untuk makanan ikan dan ternak lain. Selain itu, prosesnya lebih stabil dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit.

Unit pengolah limbah cair tahu ini terdiri dari unit utama yang disebut digester, jaringan pipa pengumpul limbah, penampung gas, trickling filter, jaringan sisa limbah hasil olahan, kolam penampung air hasil proses.

Unit utama atau reaktor yang dipasang di Desa Kalisari memiliki volume sebesar 21 meter kubik atau setara dengan 1.200 kg kedelai/hari (untuk 20 pengrajin tahu), sementara di Dusun Ciroyom sebesar 5 meter kubik atau setara dengan 300 kg kedelai/hari (untuk lima pengrajin tahu).

Limbah cair tahu masih mengandung bahan-bahan organik yang mengandung nutrisi yang cukup baik untuk pertumbuhan bakteri metanogenik. Adanya bakteri metanogenik di dalam reaktor dapat menyebabkan terjadinya proses metanogenesis yang dapat menghasilkan gas metana. Gas metana yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif sehingga dapat mengurangi dampak pemanasan global.

Menernakan mikroba anaerob yang dapat menyebabkan terjadinya proses metanogenesis dan mendegerasi COD, TSS adalah langkah awal dalam membangun bioreaktor. Untuk itu, reaktor terlebih dulu diisi oleh kotoran sapi untuk memperbanyak bakteri atau mikroba anaerob. Selain itu reaktor juga diisi oleh potongan bambu sepanjang 5-10 cm, sebagai ‘rumah’ bagi mikroba. Proses ini dilakukan selama dua hingga tiga bulan.

Langkah awal itu menjadi penentu keberhasilan IPAL di Desa Kalisari dan Dusun Ciroyom. Kedua IPAL ini mampu mendegenerasi nilai COD hingga 85 persen sehingga air hasil olahan dapat menjadi pakan ikan dan ternak lain. Selain itu dengan mengolah limbah cair sebanyak 5 meterkubik per hari, IPAL juga menghasilkan gas metan yang dapat digunakan untuk keperluan memasak 21 rumahtangga per hari.

Untuk menggunakan biogas hasil olahan limbah cair tahu, tak perlu kompor khusus. Cukup menggunakan kompor yang ada di pasaran dengan sedikit modifikasi, yakni mencabut spuyer, kompoenen yang berfungsi mengatur tekanan gas. Hal ini karena gas metan sudah bertekanan rendah, tak seperti LPG yang bertekanan tinggi.

Untuk mengelola biogas tersebut, para pengrajin tahu membentuk kelompok. Kelompok inilah yang mengelola dan memelihara unit IPAL. Para anggota yang menikmati biogas memberikan iuran Rp10.000 per bulan untuk biaya perawatan IPAL. Dengan menggunakan biogas tersebut, para pengrajin tahu dapat melakukan berhemat biaya bahan bakar. Menurut Kamilah, salah seorang pengajin tahu, sebelum memakai biogas, ia biasa menggunakan kayu bakar seharga Rp400 ribu (sebanyak satu truk kecil) untuk keperluan produksi tahu dan memasak selama 6 hari, setelah menggunakan biogas, kayu bakar bisa digunakan hingga 8 hari.

Selain membuat unit percontohan pengolahan limbah cair tahu, program mitigasi Kementerian Ristek juga melakukan kegiatan efisiensi energi. Kegiatan ini diwujudkan dengan memodifikasi tungku yang digunakan untuk merebus kedelai.

Eddy berharap prototip IPAL yang dikembangkan Kementerian Ristek di Desa Kalisari dan Desa Ciroyom ini dapat direplikasi oleh Pemkab Banyumas untuk sentra-sentra industri tahu lainnya di wilayah itu dan juga oleh pemerintah daerah lainnya di Indonesia.(dra)

technologyindonesia

0

TNI Bangun Pembangkit Listrik di Pulau Terluar

Biak (ANTARA News) - Mabes TNI dalam tahun 2010 sedang membangun dua unit pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di pulau terluar Barasi dan Fanildo, Kabupaten Supiori, Papua.

Komandan Kodim 1708 Biak Letkol Inf Juhari S.IP di Biak, Senin mengemukakan pembangunan dua PLTS yang sedang dikerjakan di pulau terluar Supiori untuk membantu masyarakat setempat dalam memenuhi kebutuhan listrik sebagai alat penerang rumah.

"Kami harapkan dengan program pembangunan dua PLTS di pulau terluar Barasi dan Fanildo segera rampung sehingga bisa dimanfaatkan penduduk setempat," ungkap Letkol Juhari.

Ia mengakui, wilayah pulau terluar Barasi dan Fanildo sangat terpencil yang juga berbatasan dengan Negara tetangga sehingga keberadaan pulau ini memerlukan penanganan khusus.

Perhatian pemerintah pusat terhadap keberadaan pulau terluar, menurut Dandim Letkol Juhari, sangat besar karena wilayah pulau terluar mempunyai potensi kekayaan hasil luat yang melimpah.

Selain itu, lanjut Dandim Biak, keberadaan pulau terluar di wilayah Republik Indonesia menjadi asset bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia sehingga harus dijaga dan dilindungi potensi alam maupun mnasyarakatnya.

Bahkan belum lama ini, lanjut Dandim Juhari, melalui tim ekspedisi garis depan nusantara telah memasang tanda batas wilayah dan milik NKRI di pulau terluar Barasi dan Fanildo.

"Dengan adanya pemasangan batas wilayah dan lambang NKRI diharapkan kedaulatan dan keutuhan wilayah pulau terluar tetap terjaga sebagai milik bangsa dan rakyat Indonesia," ungkap Dandim Letkol Juhari.

Wilayah pulau terluar Barasi dan Fanildo berada di wilayah pemerintahan kabupaten Supiori yang dikenal memiliki kekayaan laut dan berbatasan dengan negara Republik Palau.(M039/I006)

ANTARA News
0

Ketergantungan Teknologi, Penyebab Tersendatnya Pembanguan TNI AU

Kekuatan Angkatan Udara merupakan salah satu komponen kekuatan yang dapat menjadi “Bargaining Power” dalam upaya menyelesaikan konflik antar Negara. Namun untuk dapat membangun sebuah angkatan Udara yang kuat, tidak mudah dan memerlukan dukungan dana yang tidak sedikit. Keterbatasan anggaran Negara dan tingginya tingkat ketergantungan teknologi, menjadi salah satu penyebab tersendatnya upaya pembangunan TNI Angkatan Udara ke depan.

Hal tersebut disampaikan Kasau, Marsekal TNI Imam Sufaat, S.IP dalam sambutannya yang dibacakan oleh Kepala Dinas Personel, Letkol Pnb Syamsul Rizal Selaku Irup pada upacara bendera 17-an, di lapangan Dirgantara Lanud Iswahjudi, Senin (17/5).

Lebih lanjut Kasau mengatakan, dalam kurun waktu 10 tahun ke depan, tantangan yang dihadapi TNI Angkatan Udara akan semakin berat, kemajuan teknologi semakin pesat, peran kekuatan udara dalam perang modern semakin diperlukan meskipun bagi bangsa Indonesia, perang merupakan jalan terakhir, namun menyiapkan diri untuk siap perang, adalah langkah yang cerdas untuk menjamin situasi damai.

“Profesionalisme sumber daya manusia di bidang tugas masing-masing merupakan nilai yang harus dimiliki oleh setiap personel TNI Angkatan Udara dalam melaksanakan tugas pengabdiannya. Oleh karena itu semangat perubahan harus kita bangun secara bersama-sama, jangan pernah berhenti berpikir dan berbuat, demi terwujudnya visi dan misi TNI Angkatan Udara”, lanjut Marsekal Imam.

Mengakhiri sambutan, Kasau, mengatakan bahwa kunci sukses menuju kondisi yang diharapkan, sangat tergantung pada tingkat kepedulian dan kepekaan setiap personel TNI Angkatan Udara terhadap potensi yang dapat menjadi sumber penyebab, maka budaya pembangunan “Budaya Safety” di lingkungan penugasan merupakan hal yang tidak dapat ditawar.

tni-au
0

Lomba Karya Cipta Teknologi Maritim

Deputi Menteri Riset dan Teknologi Bidang Program Riptek, Teguh Rahardjo memberikan selamat kepada Pemenang Lomba Karya Cipta Teknologi Maritim ke-2 tingkat Nasional, di Surabaya, setelah mengikuti upacara Hari Pendidikan TNI AL, pada Rabu 12 Mei 2010. Lomba Karya Cipta Teknologi Maritim tingkat nasional diselenggarakan oleh Deputi Bidang Program Riptek bekerja sama dengan Komando Pengembangan dan Pendidikan Angkatan Laut dengan tujuan untuk menanamkan semangat kreatifitas dan inovasi teknologi maritim pada segenap lapisan masyarakat dan meningkatkan hubungan kerjasama antara Kementerian Riset dan Teknologi dengan TNI AL.

Teguh Rahardjo yang mendampingi Wakasal, Laksamana Madya TNI Soeparno, menyerahkan hadiah kepada pemenang pada 3 kategori, yaitu : 1) Kategori Umum : a) M.Sukma Lesmana dari STTAL Kobangdikal dengan judul Perancangan Sistem Remote Untuk Kendali Gerak Pada Replika Unmanned Surveillance Vehicle Surface; b) Suryanto dari Pusdiklek Kobangdikal dengan judul Pengubah Energi Cahaya Matahari Menjadi Energi Listrik; c) Rifai dari Lantamal V, Surabaya dengan judul Pemanfaatan EQSO (Voip Radio) Sebagai Alternatif Komunikasi Yang Murah Dan Realiable di TNI AL. 2) Kategori Mahasiswa : a) Jainal Abidin dari Universitas Indonesia dengan judul Bahan Bakar Air Laut Perengkahan Gugus Hidrogen Melalui Elektrolisis Plasma Pijar Non Termal& Pemanfaatan Hasil Samping Gas Klorin Sebagai Desinfektan; b) Michael Kaseke dari Akademi Angkatan Laut (AAL) dengan judul Modifikasi Meriam ARSU 57 MM SU-60 Menggunakan Joystick Pemrograman Mikrokontroler Amega 32 Dengan Metode Pengontrolan Proporsional. c) Teguh Apriyanto dari Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta dengan judul Produksi Bioetanol Dari Limbah Buah Salak Sebagai Energy Alternative Dan Pengembangan Potensi Daerah Turi,Yogyakarta. 3) Kategori SMU : a) Miftah Yama F dari SMAN I Sidoarjo dengan judul Senjata Elektrik Bertenaga Baterai dan Menggunakan Peluru Ferromagnetik; 2) Ruri Afrianto dari SMAK Padang dengan judul Alva Detektor 001 (Alat Deteksi Tsunami). 3) Agus Arif R. daro SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo dengan judul Smart Warehouse.

Dalam rangkaian acara tersebut diselenggarakan juga Pameran Teknologi yang diikuti oleh ITS, ITB, UI, Unibraw, Universitas Hang Tuah, BPPT, PT PAL, dan beberapa satuan di TNI AL. Selesai acara Deputi Bidang Program Riptek yang didampingi Asdep Program Riptek Unggulan dan Strategis, Hari Purwanto melakukan kunjungan ke laboratorium dilingkungan STTAL, Pusdiklek Kobangdikal dan Akademi Angkatan Laut.

Sementara itu sebelumnya, pada hari Selasa, 11 Mei 2010, Asdep Asdep Urusan Program Riptek Unggulan & Strategis KRT sebegai narasumber pada sarasehan untuk menginisiasi sebuah konsorsium riset kapal selam nir awak di ITS. Hari Purwanto mengatakan bahwa perlu disusun sebuah blue print pengembangan kapal selam nir awak dengan target persyaratan operasional dan spesifikasi teknis yang dibutuhkan TNI AL. Selain mengoptimalkan sumber daya yang ada di ITS, cikal bakal tim konsorsium riset tersebut harus melibatkan juga potensi di instansi lain seperti ITB, BPPT, BBPH, PT PAL, PT LEN dan lainnya. (ad-prus-humasristek)

ristek