0

"Kabel Telepon Akan Diubah Jadi Fiber Optik"

 "Broadband segera masuk ke rumah-rumah."

http://us.media.viva.co.id/thumbs2/2012/06/24/160735_direktur-keuangan-telkom--honesti-basyir_209_157.jpg
Direktur Keuangan Telkom, Honesti Basyir
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendorong agar perusahaan milik pemerintah mulai merancang rencana bisnis lebih besar dengan go international. Tak terkecuali untuk BUMN besar seperti PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom).

Bersamaan dengan ambisi besar tersebut, Kementerian BUMN selaku wakil pemegang saham pemerintah, beberapa waktu lalu juga merombak susunan direksi Telkom. Dengan menyisakan dua wajah lama, direksi baru Telkom diharapkan bisa mendorong langkah ekspansi tersebut.

Direktur Keuangan PT Telkom yang baru, Honesti Basyir, mengatakan, perusahaan telah merancang berbagai strategi memacu pertumbuhan kinerja Telkom. Alumni Teknik Industri ITB ini juga mengatakan, Telkom berambisi menjadi perusahaan yang menghubungkan masyarakat di tanah air mulai dari ujung barat hingga timur Indonesia. Apa dan bagaimana strateginya? Berikut petikan wawancara Honesti di kantornya, pekan lalu.

Bagaimana kinerja Telkom hingga kini, sesuai target?

Sampai April, kami masih tumbuh 6 persen, targetnya 5-7 persen. Artinya masih inline. Sekitar 70 persen kontribusi dari bisnis seluler.

Bagaimana dengan bisnis fixed line?

Pertama, dimana-mana benchmark bisnis telepon fixed line menunjukkan penurunan. Yang bisa kami lakukan adalah menahan laju penurunan tak secepat industri yang berkisar 10-12 persen. Kami bisa tahan di level satu digit.

Kedua, bisnis ini kami revitalisasi menjadi broadband. Langkah konkretnya, seluruh jaringan telepon tetap kami modernisasi dari kabel tembaga menjadi fiber. Nanti jaringan telepon yang masuk ke rumah-rumah pelanggan sudah termasuk jaringan broadband. Jadi selain telepon bisa dipakai untuk data dan video.

Biaya mengganti kabel telepon menjadi fiber optik mahal?

Tidak ada biayanya, gratis. Jadi kami punya jaringan kabel telepon berisi tembaga. Ternyata kalau dijual malah hasilnya lebih mahal dibanding harga kabel optik.

Jadi itu kita tender berupa trade in trade out. Kami tak minta ganti tembaga tapi minta mereka menggantinya dengan fiber.  Program ini sementara untuk 10 kota besar. Tahun 2013 jaringan fiber optik sudah masuk ke rumah-rumah.

Artinya fixed line untuk kebutuhan suara tak dipakai lagi?

Tidak, nantinya truly broadband itu adalah fixed line. Selain itu, telepon rumah juga masih dianggap nilai tambah bagi sebuah rumah. Nanti kami jualan fasilitas jaringan broadband, telephony hanya fitur dari broadband kami.

Konten untuk mengisi jaringan broadband apakah disediakan juga oleh Telkom atau mencari dari luar?

Konsep kami itu aliansi. Tak ada satupun pemain di dunia yang bisa bermain sendiri. Kami adalah perusahaan yang basisnya di telekomunikasi. Harus diakui, kami bukan pemain di bidang aplikasi konten tapi kami harus membangun ekosistem itu untuk mengisinya.

Makanya kami membangun aliansi, mencari strategic partner terbaik untuk mengisi infrastruktur itu. Tapi tetap kita juga buat konten, misalnya Digital Music, kita kerjasama dengan SKT, perusahaan telekomunikasi Korea Selatan. Kita juga kerjasama dengan production house lokal.

Jika broadband makin menyebar tarif akan semakin murah?

Jika broadband sudah masuk ke rumah-rumah harga bandwidth dengan sendiri akan turun, itu sudah kelihatan. Kami sekarang ini berbicara sistem bundle jadi dalam satu produk bisa melayani berbagai fasilitas. Bagi perusahaan, itu akan lebih efisien

Bicara 5 tahun ke depan, kapitalisasi pasar Telkom Anda targetkan berapa?

Yang pasti kami tentunya ingin tumbuh, Kalau bicara naik berapa, banyak hal yang tak bisa kita kontrol. Pokoknya lebih baik dari yang sekarang. Kalau tidak kami tak akan dilirik investor. Kalau bisa menjamin ke mereka dengan perencanaan bisnis ke depan, mereka akan tetap bertahan sebagai investor kami.

Kontribusi pendapatan Telkom terbesar dari anak perusahaan. Telkom nanti akan menjadi  perusahan induk?

Secara de facto kami sudah menjadi holding tapi de jure belum. Tapi rencana kami ke depan, kami memang sedang membuat konsep holding Telkom. Yang penting bagaimana meningkatkan nilai sinergi di antara anak perusahaan. Kami punya aset mulai dari darat, udara dan laut. Silakan cari perusahaan di  Indonesia, ada yang mempunyai aset seperti Telkom?

Telkom sebagai Indonesia flag carrier, kami bangga. BUMN yang selama ini dinilai lambat, birokratis, kami bisa buktikan itu salah.

Pemerintah saat ini memiliki program MP3EI dimana salah satunya berbicara mengenai broadband. Telkom sendiri memiliki program Indonesia Digital Network (ID-Net) yang memiliki 3 kluster besar.

Pertama, ID-Access. Kami ganti semua jaringan dengan fiber. Kedua, ID-Ring, kami bangun backbone yang dibangun dari Indonesia barat sampai timur.  

Kalau kita pernah mendengar proyek Palapa Ring, tadinya dibuat konsorsium perusahaan telekomunikasi besar namun bubar. Akhirnya Telkom mengambil alih  semua. Kami yang akan bereskan. Tahun 2014-2015 semua daerah sudah tersambung dengan Palapa Ring. Ketiga, adalah ID-Convergence.

Apa keunggulan ID-Ring dari Malaysia?

Mereka itu kecil, tak punya ring sebesar Indonesia. Target kami, Telkom lebih besar dari Malaysia. Perusahaan telekomunikasi yang benar-benar merah putih itu Telkom.

Palapa Ring butuh belanja modal berapa?

Kami keluarkan dana Rp2,3 triliun sampai proyek itu selesai. Telkom tak ada masalah dengan uang.

Ada rencana bisnis besar yang disiapkan Telkom?

Dari sisi bisnis, kami mentransformasi dari satu portofolio telekomunikasi menjadi TIMES yaitu Telecommunication, IT Application, Media, Edutainment, dan Services. sebenarnya pertumbuhan Telkom ke depan itu adalah di empat huruf terakhir ini (IMES).

Perbedaan antara perusahaan yang bergerak di bidang telecommunication dan IMES itu sangat jauh. sebagai contoh, Telkom sebagai perusahaan telekomunikasi valuasinya 4-5 kali nilai buku, padahal revenue Rp70 triliun. Perusahaan IT dihargai lebih tinggi dari telekomunikasi. Lihat saja Google, dia berbisnis diatas platform dari perusahaan telekomunikasi.

Untuk sektor media, kami sekarang revitalisasi plasa.com. Kami kerjasama dengan Microsoft dan kami buat plasa.com menjadi plasamsn.com. Sementara metranet yang bergerak di e-commerce dan kita dekatkan dengan e-bay untuk meleverage bisnis kita.

Mengapa Telkom akhirnya tak jadi membeli Pacnet?

Kadang begini, dalam jual beli perusahaan, Telkom ingin beli harganya 10 tapi perusahaan yang jual minta 100. Ekspektasi pembeli dan penjual harus sama. Kalau tidak sama ya tidak jadi.

Pengembangan jaringan kabel fiber optik ke depan akan seperti apa?

Untuk dalam negeri kami bangun sendiri, contohnya Palapa Ring. Jadi kalau ini selesai dibangun, mulai dari ujung barat hingga Irian itu akan menggunakan fiber. Tapi kondisi geografis kita sangat unik sehingga kita masih butuh satelit untuk mengcover daerah yang tak bisa dilalui jaringan kabel.  Pada bulan Juli ini kami juga akan meluncurkan Telkom 3.

Kementerian BUMN mendorong perusahaan pemerintah ekspansi bisnis ke luar negeri. Bagaimana dengan Telkom?

Kami punya perusahaan sendiri di Singapura dan Hong Kong. Walaupun perdebatan apakah Telkom main di domestik atau regional, tapi kalau menurut saya, pertumbuhan ICT di Indonesia itu tak terlalu tinggi, sementara perusahaan publik dituntut untuk selalu tumbuh. Makanya kami melihat pertumbuhan di luar negeri.

Untuk rencana akuisisi di Kamboja, ekspektasi pembeli dan penjual tak ketemu. Myanmar kami juga lirik karena dari sisi pasar lebih besar dari Kamboja. Myanmar itu populasi 8 juta dan penetrasi seluler baru 2 persen. Kami juga coba masuk ke Timor Leste dan fasilitas Telkom juga banyak yang berada di sana.

Dari sisi infrastruktur, kami juga kembangkan konsorsium. Misalnya jaringan telepon dari Indonesia, Thailand, dan Singapura kami bangun melalui konsorsium.

Penyertaan SingTel di Telkomsel apakah masih diperlukan?

Kami 65 dan SingTel 35 persen. Jadi tidak ada satu pihak yang melakukan sesuatu itu sendirian, untuk itu kita butuh partner. Pengalaman menunjukan SingTel merupakan partner terbaik.

Untuk berbisnis di Indonesia, tingkat risiko itu masih tinggi. Contoh paling gampang, Telkom dengan valuasi yang dihitung dan kenyataan di pasar saham  masih terdiskon 19 persen.

Kalau Telkom punya partner bagus, orang akan percaya. SingTel itu value untuk perusahaan, dan selama dia menunjukan komitmen untuk meningkatkan value, mengapa harus dipaksa keluar. Bisa saja suatu saat, Telkom meminta imbalan dari kemitraan yang ada di Indonesia dengan perusahaan yang dimiliki SingTel di luar negeri.

Dengan ada Telkom 3, apa yang akan diperoleh Indonesia?

Selama ini kami banyak bermain di C Band dan sekarang kami punya Q Band. Dari sisi penggunaan satelit ini mendukung broadband IT, broadcasting. Bisnis satelit itu masih bagus dan marginnya itu masih 30 persen.

Sekarang tema Telkom itu adalah Go Convergence karena platform kami sudah siap untuk itu. Pengguna tak perduli lagi perangkat apa yang dipakai untuk digunakan telekomunikasi.

Soal skema tarif SMS yang baru, bagaimana Telkom melihatnya?

Industri seluler di Indonesia ini sudah sampai pada satu titik dimana mereka menggunakan strategi paling terakhir, yaitu pricing. Padahal sebenarnya bisnis ini masih tumbuh. Tapi karena kebablasan dari sisi lisensi dimana saat ini ada 11 operator, akhirnya membuat operator baru harus mencari posisi yang kuat di pasar. Paling gampang untuk mencari pelanggan adalah banting harga. Inilah yang membuat industri tak sehat.

Industri ini tidak sehat dan pelanggan dididik untuk memperoleh gratis dan ini bisa memunculkan hal yang ilegal. Sebagai pemain paling besar, Telkom punya tanggung jawab untuk menyehatkan industri. Kami melihat pola gratis ini tak bagus.

Investasi di telekomunikasi itu dalam dolar dan pendapatan rupiah, kalau semua free dimana kami dapat pendapatan.

Kalau kami ingin membunuh industri ini gampang sekali, cash flow kami kuat. Kalau kami main banting harga, semua operator itu bisa mati. Tapi kan kami punya tanggungjawab caranya dengan menatanya dimulai dari SMS ini.

Itu pembelajaran, dan ini bisa membuat industri lebih sehat. Pasar ini idealnya oligopoli paling tidak 3-4 perusahaan. Nanti operator kecil akan didorong untuk merger.

Kalau saya mau membunuh operator lain, kami sudah lakukan 5 tahun yang lalu. Saat ini industri sudah tak sehat makanya kualitas sudah diabaikan.

Pelanggan total Telkom, fixed line dan seluler,  sudah mencapai sekitar 140 juta, dan tampaknya pertumbuhan pelanggan akan makin terbatas. Apa strategi Telkom?

Sebetulnya berdasarkan penetrasi, untuk SIM Card sudah 105 persen.  Yang penting sekarang adalah kualitas dan pelayanan. Bagi Telkom, 140 juta pelanggan itu seperti komunitas. Tantangan bagi Telkom adalah mengundang pelanggan untuk masuk ke komunitas itu dan di dalamnya kami jual layanan yang bisa dinikmati pelanggan. Jadi yang penting produktivitas dari pelanggan itu yang makin meningkat.

Sebagai lulusan Fakultas Teknik Industri ITB, bagaimana akhirnya bisa direktur keuangan?

Terus terang saya tak pernah bekerja di direktorat keuangan. Dari awal karier saya masuk Telkom, saya di planning. Dua tahun pertama di Telkom, saya bekerja di project telecomunication untuk modernisasi infrastruktur telkom. Ini merupakan bantuan dari Bank Dunia.

Selanjutnya saya masuk ke corporate planning, karier saya sebagian besar disini. Dua tahun terakhir, sebelum saya dilantik sebagai Direktur Keuangan Telkom, saya di business development yang khusus mengembangkan bisnis anorganik Telkom terutama yang berhubungan dengan restrukturisasi, akuisisi, dan lain-lain.

Jadi persentuhan pertama saya dengan keuangan itu dimulai di corporate planning. Saya melihat teknik industri itu komprehensif, kami belajar teknik, manusianya, psikologinya.

* Wawancara ini merupakan kerjasama dengan Ikatan Alumni Teknik Industri ITB.        

© VIVA.co.id
0

Jutaan Pengguna Ponsel Unduh Aplikasi "Developer" Indonesia

Hanya 3 developer di Nokia yang aplikasinya diunduh sampai 100 juta pengguna.

Kualitas "developer" Indonesia tidak kalah dengan developer papan atas dunia. Terbukti banyak aplikasi buatan developer lokal yang diunduh hingga jutaan pengguna telepon seluler di seluruh dunia.

"Bahkan aplikasi buatan Ramadhan Bachtiar berupa konten personalisasi didownload (diunduh) sampai sekitar 30 juta orang pengguna Nokia di seluruh dunia," kata Developer Manager Nokia Asia Tenggara Marenda Wicaksono pada Media Gathering dan Nonton Bareng "Batman: Dark Knight Rises" di Jakarta, tadi malam.

Angka 30 juta, menurut dia, sudah luar biasa karena di dunia hanya tiga developer yang aplikasi buatannya di Nokia diunduh sampai 100 juta pengguna, di antaranya developer dari Brazil.

Setidaknya ada lima developer muda Indonesia yang aplikasi buatannya diunduh lebih dari sejuta pengguna Nokia di dunia, katanya.

Sejak 2010 Nokia Developer telah membina lebih dari 12.000 pengembang aplikasi lokal di Indonesia dan menghasilkan lebih dari 4.500 konten aplikasi lokal yang tersedia dan bisa diunduh di Nokia Store.

Ini terlaksana melalui serangkaian kerja sama yang digagas Nokia Indonesia dengan berbagai pihak, termasuk lebih dari 60 perguruan tinggi menggunakan kurikulum pembelajaran dari Nokia Developer yang hasil terbaiknya dipajang di Nokia Store di hape Nokia.

Saat ini ada lebih dari 120 ribu konten yang dapat diunduh pengguna Nokia, dimana berbagai aplikasi di Nokia Store diunduh hingga 3,1 juta per minggu yang untuk pembelian aplikasi berbayar Nokia bisa dilakukan melalui credit card billing dan operator billing, katanya.

"Lapak yang besar ini jangan hanya dinikmati oleh developer luar negeri, pemuda kita juga kreatif. Melalui wadah Nokia Store ini para pengembang aplikasi lokal mendapat kemudahan untuk mendistribusikan aplikasi hasil kreativitas mereka kepada pengguna Nokia di seluruh dunia," katanya.

Indonesia, ungkapnya, merupakan pasar yang besar bagi industri ponsel dan merupakan lima besar negara yang paling banyak pembeli Nokianya di dunia.

Sedangkan Service Manager Nokia Maretha Dewi mengatakan, pada Ramadhan ini pihaknya juga menyediakan berbagai aplikasi Islami seperti Ramadhan Green, Prayer Times, Kiblat Hati, Life Islami, We Muslim, Doa Harian, Zakat Calculator, hingga Pocket Quran.

Sumber : BeritaSatu
0

Peneliti Indonesia temukan dua spesies katak baru

http://img.antaranews.com/new/2012/07/thumb/20120727ingeri.kanowitense.jpgJakarta (ANTARA News) - Peneliti Indonesia mengidentifikasi dua spesies katak baru yang dinamai Leptobrachium ingeri dan Leptobrachium kanowitense dalam penelitian yang dilakukan di Belitung (Indonesia) dan Sarawak (Malaysia) mulai tahun 2008 sampai 2012.

Hasil penelitian Amir Hamidy dari Museum Zoologicum Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), bersama koleganya dari Kyoto University, Universiti Kebangsaan Malaysia, dan University of Malaya tersebut dipublikasikan dalam jurnal Zootaxa tanggal 24 Juli lalu.

Dalam surelnya kepada ANTARA di Jakarta, Jumat, Amir yang sedang belajar di Kyoto University mengatakan, L. ingeri teridentifikasi dalam penelitian di Belitung dan daerah pesisir Sarawak sementara L. kanowitense di bagian daratan Sarawak.

"Kata 'ingeri' pada L. ingeri merupakan nama yang saya dedikasikan untuk Prof. Dr. Robert F. Inger dari Field Museum Chicago. Beliau adalah pakar herpetology di Asia Tenggara, terutama Pulau Borneo," kata Amir, penulis utama hasil studi tersebut.

Sedang kata "kanowitense" pada L. kanowitense dipilih mengacu pada Kota Kanowit di Sarawak, dimana L. kanowitense ditemukan, tambahnya.

Ia menjelaskan, karakter gen kedua spesies baru itu berbeda dengan spesies katak yang lain. Pada katak, jarak genetik minimal tiga persen sudah bisa dikatakan berbeda spesies.

"Kami melihat jarak genetik antara katak jenis L. nigrops, L.ingeri dan L. kanowitense sangat besar, lebih dari sembilan persen," kata dia.

Secara morfologi, lanjut dia, jenis katak baru itu juga punya bentuk ujung jari tangan dan kaki, posisi selaput di kaki, dan warna tympanum (bagian telinga), serta warna ventral yang khas.

Amir menjelaskan pula bahwa dari karakter Deoxyribonucleic acid (DNA) bisa diketahui bahwa L. ingeri, L. kanowitense, dan L. nigrops (bukan jenis baru) dahulunya satu nenek moyang.

"Karena perubahan iklim dan perubahan permukaaan air laut pada masa silam, beberapa pulau seperti Borneo, Sumatra dan yang lainnya terpisah dari Asia daratan. Saat pemisahaan itu terjadi isolasi populasi nenek moyang masing-masing jenis tersebut. Setelah terpisah masing-masing jenis berevolusi menjadi jenis yang sekarang," katanya.

Dalam jurnal Zootaxa para peneliti menyebutkan, nenek moyang L. kanowitense tampaknya telah menginvasi Pulau Borneo jauh lebih awal dibandingkan dengan moyang L. ingeri, yang penyebarannya terjadi selama periode glasial Pleistosen.

Menurut Amir, saat ini L. ingeri menghuni daerah Belitung dan pesisir Sarawak dan L. kanowitense hidup di Kota Kanowit, Sarawak. Sementara L. nigrops bisa ditemukan di Semenanjung Malaya, Sarawak dan pantai timur Sumatra (Riau).

Namun peneliti belum tahu pasti populasi jenis-jenis katak itu dan apakah jenis katak baru itu endemis di daerah tersebut.(M035)

Sumber : Antara
0

Mahasiswa UNY Buat Pewarna Tekstil Antibakteri

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Bukan hanya tubuh yang harus terhindar dari bakteri, tetapi pakaian yang menempel di tubuh kita juga harus bebas dari bakteri. Mandi merupakan salah satu cara membersihkan badan dari bakteri, namun untuk membersihkan pakaian, bisa dengan cara mencucinya. Hanya, bakteri di pakaian sendiri sering datang ketika pakaian tersebut kita pakai.

Hal ini menginspirasi mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) untuk membuat sebuah bahan khusus yang bermanfaat mencegah bakteri menempel di pakaian. Mereka adalah Rimma Hilda Kusumaningtyas, Senja Dewi UN, dan Danar.

Mereka bahkan memenangkan Program Kreativitas Mahasiswa yang digelar Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2012 ini. Melalui penelitian dengan judul Titanium Dioksida (TiO2) Teremban Pewarna Tekstil sebagai Zat Warna Pakaian Antibakteri, ketiga mahasiswa ini berhasil menciptakan zat warna tekstil antibakteri.

Rimma mengatakan, salah satu bahan yang memiliki aktivitas antibakteri adalah titanium dioksida. "Kemampuan fotoaktif titanium dioksida terbukti efektif sebagai bahan antibakteri. Interaksi titanium dioksida terhadap bakteri yang melekat pada pakaian terbukti cukup kuat untuk mereduksi jumlah bakteri itu sendiri," terangnya, Jumat (27/7).

Dalam jumlah yang sangat kecil, kata dia, aktivitas fotokatalitik titanium dioksida mampu menurunkan kadar bakteri hingga di bawah 10 persen. Penurunan kadar bakteri itu dengan bantuan penyinaran panjang gelombang >324 nanometer (nm) (merupakan fraksi panjang gelombang sinar matahari selama 15 menit.

“Interaksi titanium dioksida dengan pakaian biasanya hanya berlangsung tidak lebih dari 2 jam, yaitu pada saat perendaman pakaian dengan deterjen. Setelah dibilas, titanium dioksida tersebut akan terlarut bersama air. Hal ini disayangkan karena sebenarnya titanium dioksida tersebut masih bisa digunakan kembali meski sudah digunakan berulangkali," lanjutnya

Sumber : Republika
0

IPB Perkenalkan Budidaya Jenuh Air Kedelai

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR - Dosen dan juga peneliti Institut Pertanian Bogor Prof Dr Ir Munif Ghulamahdi, MS memperkenalkan budidaya jenuh air untuk peningkatan produksi kedelai di lahan petani pasang surut.

"Budidaya jenuh air sangat baik dikembangkan di lahan petani pasang surut seperti di wilayah Sumatera, Kalimantan, dan Papua," katanya saat ditemui di Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, Jumat (27/7).

Ia mengatakan, dari budidaya jenuh air di lahan pasang surut mampu memproduksi 2 ton kecambah kedelai per hektarnya. Dijelaskannya, produksi nasional kedelai rendah yakni 0,9 juta ton. Kondisi ini yang menyebabkan pemerintah harus impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Rendahnya produksi kendelai lokal disebabkan beberapa hal diantaranya perluasan areal ke lahan sawah banyak terkendala karena konversi lahan (110.000 hektar/tahun) dan persiangan komoditas lainnya. "Oleh karena itu perlu pengembangan lahan sub optimal seperti lahan pasang surut," katanya.

Dijelaskannya, lahan rawa pasang surut di Indonesia sebesar 20,1 juta hektar dan 9,53 juta hektare cocok untuk usaha pertanian. Dari jumlah tersebut 2 juta hektar sesuai untuk kedelai.

Salah satu kawasan rawa pasang surut yang ada di Sumatera Selatan luasnya mencapai 1,3 juta hektare dan 0,33 juta hektare sudah dipergunakan untuk pertanian rapuh atau fragile.

Ia mengatakan, keutamaan dari budidaya jenuh air di lahan pasang surut selain dapat menghasilkan kedelai dalam jumlah banyak juga dapat mengatasi masalah pirit.

"Teknologi udidaya jenuh air menggunakan pola tanam di lahan rawa dimana kedelai ditanam di areal seluas 2 hektare lalu. Kedelai ditanam di bidang lahan seluas 2 meter dimana jarak antara masing-masing bidang dibatasi dengan air," katanya.

eknologi budidaya jenuh air, lanjut Prof Munif telah ia kembangkan di lahan petani di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lagos, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Dalam penelitiannya tersebut ia mampu menghasilkan 400 kecambah kedelai dalam satu tanaman kedelai.

Pada penelitiannya tersebut ia juga mengukur pengaruh tinggi muka air dan varietas terhadap produktivitas kedelai seperti para kedalaman muka air 10 cm, dapat menghasilkan 0,85 ton perhektar kedelai dari varietas tunggamus, 0,16 ton/ha varietas slamet, 0,30 ton/ha varietas wilis dan 0,09 ton/ha varietas anjasmoro.

Dari pengukuran pengaruh muka air tersebut diketahui semakin dalam muka air semakin tinggi produktivitas kedelai. Ia juga melakukan pengukuran pengaruh muka air dan lebar bedengan terharap produktivitas kedelai. Misalnya tinggi muka air 10 cm dengan lebar bedengan (petakan) 2 m, 4m, 6m dan 8 m.

Hasil penelitian ini juga mengukur pengaruh sistem budidaya dan varietas pada musim tanam I dan II terhadap produktivitas kedelai (tong/ha). "Hasil penelitian budidaya jenuh air ini sudah saya persentasinya dihadapan Kemenristek. Saya optimisi bila ini budidaya ini dilakukan melalui gerakan massal produksi kendelai lokal kita akan meningkat," katanya.

Prof Munif menambahkan, kualitas kedelai lokal Indonesia jauh lebih bagus dari kedelai impor. Kedelai lokal memiliki jenis 'nonstragenick' atau masih alami karena hanya sekali persilangan.

Untuk membuktikan keakuratan hasil penelitiannya, Prof Munif berencana akan kembali menguji coba budidaya jenuh air di lahan yang lebih luas di wilayah Sumatera Selatan. "Tahap awal masih dilahan 2 hektar kedepan akan dicoba di lahan hingga 10 hektar," katanya.

Sumber : Republika