0

Mengenal Indonesia Lewat Indonesia @30 Menit

Bersamaan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional, Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nusantara (Bakosurtanal) hari ini meluncurkan situs web Indonesia @ 30 Menit. Situs ini menampilkan wajah dan wilayah Indonesia pada posisi koordinat kelipatan 30 menit atau setengah derajat mulai dari ujung barat hingga timur dan dari ujung selatan sampai utara dalam bentuk foto.

Kepala Bakosurtanal R.W. Matindas mengatakan, tidak semua warga Indonesia punya kesempatan untuk mengunjungi dan mengenal secara langsung mengingat wilayah Indonesia yang begitu luas. “Karena itu lewat situs web Indonesia@30 Menit ini diharapkan orang Indonesia dapat menikmati serta mengenal berbagai wilayah Indonesia. Lebih lanjut diharapkan bisa melahirkan rasa kecintaan terhadap tanah air, kesatuan, kebanggaan dan nasionalisme,” terang Matindas saat peluncuran di Jakarta.

Diterangkan Matindas, koordinat 30 menit ini bila dikonversikan dalam jarak sama dengan 54 kilometer (1 detik =30 menit). Wilayah Indonesia berada di posisi horisontal 92 bujur derajat Bujur Timur hingga 153 Bujur Timur. Sedangkan pada posisi vertikal berada pada 9 derajat Lintang Selatan hingga 10 derajat Lintang Utara. Dengan demikian terdapat 123 titik koordinat 30 menit.

Koordinator program Indonesia@30 Menit Lestari Munajati mengatakan, situs web ini bersifat terbuka untuk umum. “Siapa pun dapat mengunggah foto ke situs web Indonesia@30 Menit, setelah melakukan registrasi terlebih dulu,” terangnya. Selain memasukkan foto, pengirim juga diminta untuk menulis deskripsi tentang data geografi lokasi objek foto.

Menurutnya, dari 123 titik koordinat 30 menit, saat ini yang sudah diisi sekitar 20 titik. Untuk itu ia mengajak semua warga Indonesia untuk berpartisipasi mengisi situs web Indonesia@30 Menit agar ke-123 titik dapat cepat terisi. “Jadi, mulai sekarang jika tengah bepergian jangan lupa memotret objek-objek menarik di tempat yang dikunjungi dan mengunggahnya di situs web Indonesia@30 Menit,” katanya. (dra)


technologyindonesia

0

Kapal PT PAL Ditawarkan ke Timor Leste

KRI Layang kapal patroli produksi PT. PAL. (Foto: oktafian)

JAKARTA (SI) – Indonesia menawarkan kapal perang produksi PT PAL Surabaya untuk memperkuat Angkatan Bersenjata Republik Demokratik Timor Leste.

Penawaran tersebut diungkapkan Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso kepada Panglima AB Timor Leste Mayjen Taur Matan Ruak di Mabes TNI Cilangkap, Rabu (26/5) lalu. “Panglima meminta Timor Leste mempertimbangkan pengadaan alat utama sistem persenjataan khususnya kapal perang dari produksi PT PAL Indonesia” ujar Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen TNI Aslizar Tanjung dalam siaran persnya kepada harian Seputar Indonesia kemarin.

Dalam pertemuan tersebut juga dibahas mengenai rencana kerja sama di bidang pendidikan khususnya Akademi Militer, Sekolah Staf dan Kamando Angkatan/TNI, Lemhanas dan Universitas Pertahanan (UNHAN). (pasti liberti)

Sindo
0

RI - AS Perkuat Kerjasama Riset Kelautan

Indonesia dan Amerika memiliki sejarah hubungan politis dan kerjasama bilateral yang baik hingga saat ini. Kerjasama Indonesia – AS diantaranya meliputi perdagangan, penelitian dan riset serta juga bantuan kemanusiaan. Ketika pada tahun 2004 terjadi tsunami besar di Aceh, Amerika merupakan negara pertama yang datang dan memberikan bantuan.

Sejak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Barrack Obama menjabat menjadi presiden di negara masing-masing, hubungan kedua negara semakin erat. Kerjasama-kerjasama terutama di penelitian dan riset semakin diintensifkan, setelah ditandatanganinya Perjanjian Kerjasama Iptek Indonesia – AS akhir Maret lalu.

Salah satu realisasi dari perjanjian tersebut adalah kegiatan riset kelautan dan kehidupan bawah laut yang akan dilaksanakan Juni mendatang oleh Kapal Riset Okeanos milik Amerika dan Kapal Riset Baruna Jaya IV, milik BPPT.

Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra), Agung Laksono dalam sambutannya pada acara tatap muka dengan nelayan sekaligus kunjungan Menteri Perdagangan AS, Gary Locke ke Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zahman, Muara Baru. Kunjungan yang berlangsung pada Rabu, 26 Mei 2010 ini merupakan salah satu dari rangkaian kunjungan Gary Locke di Indonesia.

Pada kunjungan ini, Gary Locke yang didampingi oleh Menkokesra, Agung Laksono, Menteri Riset dan Teknologi, Suharna Surapranata dan Duta Besar Amerika untuk Indonesia, Cameron Hume berkesempatan melakukan diskusi dengan para nelayan di Muara Baru dengan dipandu oleh Blane Olson dari Anova Seafood. Diskusi terkait dengan metode penangkapan ikan tuna oleh para nelayan Indonesia.

Dalam sambutannya, Gary menyampaikan bahwa sebelum menjabat sebagai Menteri Perdagangan, dirinya adalah Gubernur Negara Bagian Washington yang sebagian besar perekonomiannya bergantung kepada perikanan. “Masyarakat Washington sangat menyukai ikan, terutama tuna dan tuna yang dijual di supermarket di sana berasal dari Indonesia”, ujar Gary.

Namun demikian, Gary mengingatkan agar penangkapan ikan dilakukan secara aman dan ramah lingkungan serta tidak dilakukan secara berlebihan agar memastikan keberlanjutan spesies ikan. Karena penangkapan ikan berlebihan akan memberikan dampak buruk bagi ekonomi secara umum dan kehidupan para nelayan.

Gary turut menyampaikan bahwa Indonesia dan AS telah banyak melakukan riset bersama, terutamanya di bidang kelautan. Kerjasama Tsunami Early Warning System merupakan salah satunya. Kerjasama yang akan dilaksanakan selanjutnya adalah kerjasama riset kelautan di Laut Pasifik, yang merupakan sumber makanan laut bagi banyak negara.

Gary mengungkapkan bahwa Amerika sangat beruntung karena dapat bekerjasama dengan para ilmuwan Indonesia untuk mengetahui kehidupan bawah laut di Laut Pasifik yang berada di wilayah Indonesia.” Karana daerah Laut Pasifik di wilayah Indonesia banyak yang belum tereksplorasi”, ujar Gary. Diharapkan hasil riset ini akan menjadi dasar pembuatan kebijakan pemerintah terkait penangkapan ikan.

Pada acara ini turut ditandatangani “Implementing Agreement” mengenai eksplorasi bawah laut antara Kepala Badan Riset Kelautan, Gellwynn Jusuf dan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Cameron Hume. Penandatanganan disaksikan oleh Gary Locke, Menkokesra, Agung Laksono dan Menristek, Suharna Surapranata. (ss/mha/humasristek)

Ristek
0

Lapan Siapkan Lokasi di Pulau Enggano

SLV lapan (photo : Kompas)

Jakarta, Kompas - Dengan mempertimbangkan faktor keamanan saat peluncuran roket Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional akan memindahkan tempat peluncuran wahana antariksa tersebut ke Pulau Enggano, Provinsi Bengkulu. Untuk tujuan itu telah ada persetujuan dari pemerintah daerah setempat.

Kepala Lapan Adi Sadewo Salatun hari Selasa (25/5) mengatakan, pemindahan itu juga dilatarbelakangi kondisi sekitar lokasi peluncuran yang lama yang berada di daerah Pamengpeuk, Provinsi Jawa Barat. Pamengpeuk kini telah padat menjadi daerah permukiman.

”Pemindahan itu berkaitan dengan rencana Lapan untuk meluncurkan satelit yang berukuran lebih besar, yang memerlukan zona aman atau bebas yang lebih luas,” kata Adi.

Perairan bebas

Pulau Enggano yang terletak di selatan perairan Provinsi Bengkulu relatif lebih aman karena di arah selatan menghadap perairan bebas. Namun, Adi juga melihat ada faktor yang kurang menguntungkan di pulau itu, yaitu aktivitas kegempaan di pulau kecil itu tergolong tinggi.

Karena itu, peluncuran roket akan menggunakan kendaraan peluncur roket atau satelit (satellite launch vehicle/SLV).

”Pembuatan roket akan dilakukan di Pusat Pembuatan Roket di Pulau Jawa,” kata Deputi Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan Lapan Bambang Tedjasukmana. Untuk transportasi SLV dan roket itu Lapan akan bekerja sama dengan mitra terkait yang memiliki sarana kapal memadai.

Adi mengharapkan, lokasi peluncuran roket dari pulau tersebut sudah dapat terlaksana tahun depan. Rencananya, akan diluncurkan roket eksperimen berdiameter 550 mm. Akhir tahun ini direncanakan RX-550 akan menjalani uji statik.

Untuk mengarah pada peluncuran roket berkapasitas menengah itu, lanjut Bambang, akan dilakukan peremajaan prasarana yang ada, antara lain, yaitu mesin pembuat bahan bakar roket. Selama ini yang dilakukan hanya sebatas memodifikasi peralatan yang telah usang.

Menurut Adi, proses pembuatan bahan bakar roket atau propelan merupakan kunci yang menentukan unjuk kerja roket ketika diluncurkan, terutama terhadap daya dorongnya.

Terkait dengan peluncuran roket tersebut, lanjut Adi, Lapan mengalokasikan sebagian besar dana untuk pembangunan fasilitas peroketan dan sisanya untuk mempersiapkan peluncuran satelit kembar Lapan A-2 dan Lapan A-3 yang menggunakan roket Indian Space Research Organization (ISRO) dari India. Peluncuran akan dilakukan tahun depan. (YUN)


Kompas

0

Petani Penggarap Lahan Sekitar Puspiptek Melek Iptek

Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas dan memiliki lahan yang subur. Hal tersebut menjadikan negara ini memiliki potensi besar untuk ditanami dengan berbagai jenis tumbuhan konsumsi maupun produksi. Salah satu tumbuhan konsumsi yang merupakan sumber utama pangan di Indonesia adalah padi.

Padi sebagai tanaman penghasil beras merupakan sumber utama pangan masyarakat Indonesia. Dengan jumlah penduduk yang mencapai 230 juta jiwa, kebutuhan akan beras semakin meningkat. Namun demikian, kebanyakan petani padi di Indonesia masih sering mengalami gagal panen dikarenakan berbagai faktor, misalnya pengelolaan lahan dan cara pemupukan.

Merespon terhadap situasi tersebut, Puspiptek sebagai Pusat sarana penelitian dan pengembangan (litbang) terunggul di Indonesia mengadakan Seminar Teknologi Pertanian. Seminar diadakan bersamaan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional dan Hari Hijau Sedunia pada tanggal 20-21 Mei 2010 di Gedung Graha Widya Bhakti.

Materi pertama disampaikan oleh Bambang Sukmadi dari Balai Pengkajian Bioteknologi - BPPT dengan tema “Teknologi Produksi Pupuk Granul dan Aplikasinya Pada Tanaman Pangan”, dilanjutkan dengan materi “Wawasan Kebangsaan” oleh Agus Supriyanto dari Koramil Gunung Sindur, materi “Pola Tanam Sistim Organik disampaikan oleh Haryanto Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi-Badan Tenaga Nuklir Nasional (PATIR-BATAN), serta materi “Padi Unggul Varietas Mira-1 dan Bestari” oleh Mugiono PATIR-BATAN.

Pengelolaan lahan merupakan salah satu hal penting yang memastikan keberhasilan budidaya tanaman. Menurut Haryanto, peneliti dari PATIR-BATAN, lahan di Indonesia terbagi kepada beberapa jenis yaitu lahan sawah dan lahan kering. Tiap jenis lahan memiliki cara penanganan yang berbeda dan jenis tumbuhan yang dapat ditanam pun berbeda.

“Misal, pada lahan sawah atau tergenang, jenis tumbuhan yang cocok adalah tumbuhan padi. Sedangkan, untuk jenis tumbuhan palawija dapat ditanam di lahan kering. Namun demikian, sebagian besar lahan kering di Indonesia tergolong lahan marjinal, yang masih membutuhkan penanganan lanjut sebelum dapat ditanami”, ujar Haryanto.

Dalam pemaparannya yang berjudul “Pola Tanam Sistim Organik”, Haryanto juga turut menjelaskan menganai pertanian organik. Menurutnya ada 4 hal yang harus dilakukan untuk melaksanakan pertanian organik, yaitu (1) pemanfaatan pupuk organik, (2) meningkatkan bahan organik tanah, (3) meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk, dan (4) pemanfaatan pestisida organik, baik dari sumber nabati maupun hewani.

Selain itu, disampaikan pula pemaparan mengenai “Padi Unggul Varietas Mira-1 dan Bestari” oleh Mugiono yang juga sebagai peneliti senior dari PATIR-BATAN. Menurut Mugiono, penggunaan bibit varietas padi unggul merupakan salah satu cara untuk mencapai ketahanan pangan nasional.

Oleh karena itu, BATAN sebagai instansi pemerintah yang melakukan riset dengan tenaga nuklir turut memanfaatkan tenaga nuklir untuk aplikasi di bidang pertanian, misalnya menciptakan varietas padi unggul jenis MIRA-1 dan Bestari. Varietas MIRA-1 dan Bestari dihasilkan dari penyinaran sinar Gamma terhadap benih.

“Benih hasil penyinaran, baik MIRA-1 dan Bestari, memiliki beberapa keunggulan dibanding benih biasa. Misalnya, kapasitas produksi yang lebih tinggi, ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta jangka masa tanam dan panen yang lebih pendek”, papar Mugiono.

Selain penyampaian materi, turut diadakan praktek penanaman padi oleh PATIR-BATAN pada 21 Mei 2010 dan terangkai dengan acara seminar, diserahkan benih padi bestari khusus untuk para petani penggarap lahan sekitar Puspiptek setelah praktek penanaman padi.

Seminar dibuka oleh Kepala Puspiptek, Jeni Ruslan dan diikuti oleh para petani penggarap lahan di sekitar kawasan Puspiptek sebagai bukti peduli Puspiptek pada masyarakat sekitar dan dalam rangka menumbuhkan Masyarakat Berbudaya Iptek. (puspiptek/humasristek).

technologyindonesia
0

Indonesia, Negara Pertama Target AS Kerjasama Bidang Iptek

Jakarta : Indonesia menjadi negara pertama di Asia yang mendapat kunjungan Prof. Dr. Bruce Alberts, utusan khusus Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Kedatangan ilmuwan dari The National Academy of Sciences tersebut untuk menjajaki kerjasama bidang ilmu pengetahuan dan teknolologi.

Selama di Indonesia, Prof. Dr. Bruce Alberts akan melakukan kunjungan ke berbagai lembaga penelitian. Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (LIPI) menjadi institusi pertama yang didatanginya.

Pertemuan Bruce Alberts dengan kalangan peneliti diselenggarakan dalam sesi Roundtable Discussion yang dipimpin langsung Ketua LIPI Prof Umar Jenie di Cibinong Science Cente, Selasa (11/5).

Beberapa masalah dibahas, diantaranya kerjasama penelitian serta peneliti muda Indonesia dan Amerika Serikat. “Kami ingin mengumpulkan peneliti muda yang berumur kurang dari 40-45 tahun untuk kerjasama penelitian antara Indonesia dan US,” ujar Bruce Albert, didampingi Jason Rao, Senior Policy Advisor Office of Science and Technology US. Namun, lanjut dia, kerjasama penelitian harus didukung dengan kemudahan peneliti Amerika Serikat untuk mendapatkan izin penelitian di Indonesia.

Masalah lain yang dibahas mengenai rekayasa genetika untuk pangan. Bruce menilai hal itu dapat memenuhi kebutuhan pangan di negara-negara berkembang.

Bruce Albert juga menyampaikan, pihaknya akan membantu menjembatani penyerapan hasil-hasil teknologi Indonesia pada industri di luar negeri.

Ketua LIPI Prof. Dr Umar Jenie mengatakan kedatangan Bruce Albert sebagai langkah lanjut setelah penandatanganan New Science and Technology Agreement antara Indonesia dan Amerika Serikat, Maret 2010. “Perjanjian tersebut merupakan payung kerjasama dan berlaku hingga 5 tahun dan diperpanjang hingga 5 tahun berikutnya, yang meliputi sejumlah bidang iptek,” ujarnya.

Dalam hal ini, lanjut Umar, LIPI akan mempriotaskan beberapa bidang, diantaranya biodiversity, geologi, kelautan, nano teknologi dan lain sebagainya.

Umar menambahkan, dalam kerjasama antara Indonesia dan AS juga sudah disepakati mengenai MTA (Material Transfer Agrrement). Sedangkan, mengenai rekayasa genetika bidang pangan, lanjut dia, saat ini LIPI sudah menghasilkan beberapa penemuan skala laboratorium.” Namun, untuk penelitian skala lebih luas, belum ada keputusan mengenai keamanan hayati dari Kementerian Lingkungan Hidup,” ujarnya.

Mengenai izin peneliti asing di Indonesia, Teguh Rahardjo, Deputi Bidang Riptek Kementerian Riset dan Teknologi menjawab selama ini KRT selalu mendukung penelitian yang dilakukan peneliti asing di Indonesia. “Terpenting akan kerangka kerjasama yang jelas,” katanya.

Teguh menambahkan, rata-rata sekitar 80 peneliti AS pertahun mendapatkan izin melakukan penelitian di Indonesia. “Jumlah tersebut dari sekitar 400 permohonan per tahun. Sementara, peneliti Indonesia masih kesulitan mendapatkan izin penelitian di AS. Namun, untuk tugas belajar tercatat sekitar 7000 orang Indonesia di sana,” ujarnya. (Lea)

technologyindonesia