0

Wamenhan Pimpin Delegasi RI Kunjungan ke Turki Bahas Kerjasama Industri Pertahanan

Turki, DMC - Wakil Menteri Pertahanan Republik Indonesia Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin selaku Pimpinan Delegasi RI melakukan kunjungan kerja ke Turki pada tanggal 12 sampai 17 Juni 2010. Dalam kunjungan tersebut, Wamenhan yang juga selaku Pimpinan Delegasi Bidang Pertahanan didampingi oleh Dirkersin Ditjen Strahan Kemhan Brigjen TNI (Mar) Ir Syaiful Anwar, M.Bus MA, dan Dirtekind Ditjen Ranahan Kemhan Laksma TNI Sudi Haryono. Turut serta pula Staf Ahli Kepresidenan bidang Pangan dan energi Yusuf Gunawan selaku pimpinan delegasi bidang Pangan dan Energi.

Wamenhan mengatakan, kunjungan tersebut dimaksudkan untuk membicarakan hal-hal yang akan menjadi agenda pembicaraan kunjungan kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Turki pada akhir bulan Juni tahun ini. Selain itu, kunjungan juga dimaksudkan dalam rangka merampungkan kesepakatan - kesepakatan antara pemerintah Indonesia dan Turki yang akan ditandatangani pada saat kunjungan kenegaraan Presiden RI ke Turki nantinya.

Lebih lanjut Wamenhan mengatakan, topik pembicaraan yang dibahas antara Delegasi Indonesia dengan pemerintah Turki meliputi kerja sama bidang pertahanan, masalah pangan dan geothermal. Mengenai kerja sama di bidang pertahanan, antara lain dibicarakan kerjasama dalam pengadaan Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) dan Industri Pertahanan Non- Alutsista (IPNAS).

Dijelaskan Wamenhan, untuk kerjasama Alutsista, yang menjadi fokus utama adalah kerjasama antara PT. PINDAD dan PT Dirgantara Indonesia (DI) dengan industri pertahanan Turki. Sedangkan kerjasama Industri pertahanan Non-Alutsista adalah produksi non-Alutsista nasional yang selama ini telah mengekspor produk-produknya berupa alat perlengkapan militer ke berbagai negara seperti pakaian militer, sepatu, ikat pinggang, webbing set atau jaring samaran, tenda dan berbagai perlengkapan perorangan lainnya termasuk ransum berupa nasi kaleng, makanan dan minuman ringan dalam kaleng lainnya.

Wamenhan mengungkapkan, hasil kunjungan Delegasi RI ke Turki tersebut, khususnya di bidang pertahanan meliputi draft akhir dokumen kerjasama antara Indonesia dan Turki yang sudah siap ditandatangani oleh Menteri Pertahanan kedua negara saat mendampingi kunjungan Presiden RI ke Turki nanti.

Draft akhir dokumen kerjasama antara Indonesia dan Turki tersebut berupa : pertama, Kesepakatan Kerjasama di bidang industri pesawat tempur antara PT. DI telah siap melakukan kerjasama dengan Turkey Aerospace Industry (TAI) untuk kerjasama dalam pengadaan Alutsista sistem pertahanan udara. Kedua, Kesepakatan kerjasama di bidang industri matra darat antara PT. PINDAD telah siap melakukan kerjasama dengan FNSS Defence System Inc. dari pihak Turki.


Dari dua kesepakatan tersebut, bentuk kerjasama yang dapat dilakukan adalah joint production dan Transfers of Technology (ToT) antara dua Industri pertahanan tersebut, baik dari pihak Indonesia maupun dari pihak Turki. Sedangkan, untuk kontrak pengadaan Alutsista yang perlu diadakan, masih belum final dan masih membutuhkan pembicaraan teknis untuk menentukan produk-produk apa saja yang akan dijadikan basis kerjasama nantinya.

Menurut Wamenhan, pembicaraan lanjutan masih harus dilakukan, sebab kesepakatan yang telah dicapai saat ini dan akan ditandatangani oleh Menhan kedua negara nanti, masih perlu ditindak lanjuti dengan kesepakatan teknis lebih lanjut oleh pihak terkait yang mengelola industri pertahanan kedua negara, khususnya di bidang persenjataan udara maupun darat. Pihak PT. PINDAD yang turut hadir dalam pertemuan tersebut dan sekaligus anggota Delegasi adalah Dirut PT. PINDAD Ade Avianto Soedarsono, sedangkan pihak PT . DI juga dihadiri oleh Dirut PT.DI Budi Santoso.

Sementara itu, untuk produk pertahanan non-Alutsista yang berada di bawah IPNAS pada dasarnya pihak Turki sudah menyepakati untuk adanya pembelian ke Indonesia, namun masih perlu pembahasan lebih lanjut secara teknis yang detail untuk merealisasikan kebutuhan pihak Turki atas produk IPNAS tersebut.

Kerjasama Bidang Pangan dan Geothermal

Disamping membicarakan tentang kerjasama Pertahanan, Delegasi Indonesia juga telah mencapai kesepakatan dalam bidang pangan dan geothermal dengan pemerintah Turki. Dalam pembicaraan kerjasama pangan dan geothermal antara delegasi RI dengan pihak Turki, Delegasi Indonesia di bidang Pangan dan Energi dipimpin oleh Staf Khusus Presiden Bidang Pangan dan Energi Yusuf Gunawan didampingi oleh Kabulog Sutarto Alimoeso, dan Kepala Pusat Sumber Daya Geologi Hadiyanto.

Menurut, Yusuf Gunawan Delegasi di bidang Pangan dan Energi bersama dengan counterpart Kabulog dan Kapus Sumber Daya Geologi mengadakan pertemuan dengan pihak Pemerintah Turki guna membicarakan jual beli produk hasil pertanian dan sumber daya energi kedua negara.

Pada kesempatan tersebut, dijelaskan lebih lanjut oleh Yusuf Gunawan bahwa pihak Bulog Indonesia menawarkan hasil pertanian Indonesia kepada Turki seperti Kakao, Kopi, Beras. Teh dan lain-lain. Dilain pihak Turki juga akan menawarkan produk – produk pertaniannya seperti kapas, tepung terigu dan lain-lain.

Disisi lain, kerjasama bidang sumber daya geothermal sudah siap ditandatangani meliputi dua kesepakatan atau Memorandum of Understanding (MoU) antara kedua negara yang akan ditandatangani oleh Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral pada saat kunjungan Presiden RI ke Turki pada akhir bulan ini. (BDI/PGN)

DMC


0

Lapan akan Luncurkan Roket

Jakarta - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) akan melaksanakan uji terbang muatan satelit mitigasi bencana dengan menggunakan Roket RX-200. Peluncuran ini merupakan kerja sama Lapan dengan Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI).

Kegiatan tersebut akan berlangsung pada Minggu, 20 Juni 2010, di Instalasi Uji Terbang Lapan yang bertempat di Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat.

Peluncuran roket ini merupakan tahap awal pembangunan satelit mikro Lapan-ORARI. Misi satelit ini adalah untuk membantu upaya penanggulangan bencana alam dengan menyediakan sarana komunikasi amatir radio di lokasi bencana.

Satelit itu akan diluncurkan bersama dengan satelit Lapan A2 pada 2011 di Sriharikota, India. Kedua satelit yang disebut dengan Twin-Sat (satelit kembar) tersebut akan memenuhi kebutuhan komunikasi darurat ketika bencana.

Selain sebagai tahap awal pembuatan satelit Lapan-ORARI, peluncuran ini juga memiliki misi memanfaatkan VHF Radio Beacon dengan frekuensi 145 MHz bagi komunitas ORARI. Anggota ORARI akan menerima sinyal dari muatan roket yang diluncurkan pada frekuensi tersebut.

Dalam kegiatan ini, Lapan akan meluncurkan tiga roket dengan tipe yang sama. Roket yang pertama, bertujuan untuk uji dinamika terbang roket. Roket tersebut akan membawa muatan telemetri Lapan.

Dua roket berikutnya akan membawa muatan komunikasi digital amatir radio Automatic Position Reporting System (APRS). APRS inilah yang menjadi cikal bakal pembangunan satelit Lapan-ORARI.

Roket kedua dan ketiga menggunakan payload nose cone separation yang bekerja pada apogee (titik terjauh) lintasan roket. Maksudnya, payload (muatan) ditempatkan pada moncong roket. Ketika roket mencapai ketinggian maksimumnya, muatan akan terlepas dari badan roket. Ketinggian maksimum roket ini adalah 14 km dan akan dicapai dalam waktu kurang dari satu menit.

Payload nose cone dilengkapi parasut yang mengembang setelah pemisahan moncong dan badan roket. Dengan parasut tersebut, muatan roket akan turun ke laut secara perlahan. Diperkirakan, muatan akan melayang di udara selama 20 menit sebelum jatuh di laut. Ketika berada di udara, muatan tersebut akan mengirimkan sinyal guna komunikasi ORARI.

Dalam keterangannya, Jumat (18/6/2010), Lapan mengaku bahwa peluncuran roket kali ini juga memiliki tujuan untuk menguji subsistem satelit Lapan-ORARI yaitu APRS. Peluncuran ini juga untuk pemantauan karakteristik RX-200 dan menguji pengoperasian sistem komunikasi bencana via repeater.( ash / rns )

detiknet

0

RI – Korea Selatan Selenggarakan Joint Committee and Logistic Meeting Ke – XVII

Jakarta, DMC – Sejak ditandatanganinya deklarasi bersama kemitraan Strategis antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Korea Selatan (Korsel) oleh Presiden kedua negara pada tahun 2006, masing-masing pihak berkomitmen untuk mengembangkan kerjasama di berbagai bidang.

Khusus kerjasama dibidang pertahanan, Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI dan Kementerian Pertahanan Nasional Republik Korsel juga terus memantapkan diri untuk meningkatkan program kerjasama yang sudah ada maupun yang belum terjalin. Oleh karena itu, Kementerian Pertahanan kedua negara ini kembali menyelenggarakan forum pertemuan tahunan Joint Committee and Logistic Meeting yang Ke – XVII tahun 2010, Rabu, (16/6) di Kantor Kemhan RI, Jakarta.

Sebelumnya pada bulan Juli tahun 2009 yang lalu Kemhan RI dan Kemhan Republik Korea Selatan juga telah berhasil menyelengarakan pertemuan Logistic Meeting XVI di Kota Seoul, Korea Selatan.

Forum Joint Committee and Logistic Meeting yang Ke – XVII yang di adakan saat ini langsung dibuka oleh sambutan tertulis Sekretaris Jenderal Kemhan RI, Marsdya TNI Eris Herryanto, M.A, yang dibacakan oleh Sesditjen Ranahan Kemhan RI, Laksma TNI Susilo.

Dalam sambutannya, Sekjen Kemhan mengatakan didalam deklarasi bersama kemitraan strategis tahun 2006, khusus menyangkut bidang pertahanan telah menitik beratkan kepada pentingnya untuk mempromosikan dan memfasilitasi kerjasama dalam produksi, alih teknologi dan bentuk rencana kerjasama lainnya.

Sekjen menambahkan, hal tersebut yang pada prosesnya juga dapat dilakukan masing-masing pihak baik melalui imbal beli, maupun pemasaran bersama antar kedua negara.

Diutarakan juga oleh Sekjen Kemhan RI, bahwa melalui logistic meeting sebelumnya kedua kementerian pertahanan, telah berhasil melaksanakan beberapa kegiatan kerjasama pertahanan. Hal tersebut ditandai dengan semakin meningkatnya kerjasama produksi, pemeliharaan, hibah dan proses alih teknologi alutsista.
Terkait pentingnya proses kerjasama alih teknologi atau Transfer Of Technology (ToT) kedua negara, Sekjen Kemhan RI menjelaskan proses tersebut akan dapat mendorong peningkatan kemampuan industri pertahanan dalam negeri untuk menghasilkan produk yang sesuai spesfikasi yang diajukan oleh TNI sebagai user.

Sekjen Kemhan berharap melalui kegiatan pertemuan Joint Committee and Logistic Meeting kali ini lebih dapat meningkatkan kerjasama yang sudah ada, sehingga lebih berimbang dalam hal volume produksi bersama, alih teknologi maupun nilai ekonomisnya sehingga membawa hasil yang bermanfaat bagi kedua negara.

“ Saya mengharapkan dalam logistic meeting ini terdapat interaksi dan komunikasi yang dapat dilakukan kedua pihak agar dapat kita jadikan wahana untuk saling membangun inspirasi dan selanjutnya mengembangkan dan meningkatkan kerjasama yang konstruktif antara pemerintah dan industri pertahanan kedua negara,” Harap Sekjen Kemhan RI.

Adapun beberapa perhatian yang menjadi agenda dalam pertemuan Logistic Meeting XVII mencakup pembahasan draft Memorandum of Understanding MoU terkait beberapa kerjasama bidang industri pertahanan. Salah satunya adalah, draft MoU kerjasama pengembangan produksi pesawat Fighter KF-X, Draft MoU Mutual Logistic Support dan draft MoU Jaminan Kualitas Asuransi dari pada sistem pengadaan barang dan jasa.

Disamping pembahasan draft MoU, Forum Joint Committee and Logistic Meeting yang Ke – XVII juga membahas rencana kerjasama terkait sistem pengadaan melalui alih teknologi atau Transfer Of Technology (ToT), dan maintenance beberapa peralatan sistem senjata seperti Ranpur Amphibi, Panser Kanon dan Kapal Selam. Kerjasama ToT ini juga mencakup sistem alat komunikasi (Radio System Project) antara PT. LEN Indonesia dengan LIG Net 1.

Pada kesempatan pertemuan Joint Committee and Logistic Meeting yang Ke – XVII tahun ini, Delegasi Kementerian Pertahanan Korea Selatan diketuai oleh Direktur Jenderal Biro Promosi Industri Pertahanan, Program Akuisisi Pertahanan Administrasi (Director General For Defense industry Promotion of Defense Acquisition Program Administration / DAPA ) Dr. CHOI Chang-gon. Sedangkan delegasi Kementerian Pertahanan RI di ketuai oleh Sekjen Kemhan, Marsdya TNI Eris Herryanto, M.A.

Turut hadir dalam Joint Committee and Logistic Meeting yang Ke – XVII RI – Korsel, beberapa perwakilan dari industri pertahanan strategis dari kedua negara, diantaranya PT, Pindad, PT. Dirgantara Indonesia, PT. LEN, Doosan DST, LIG Next 1, dan Daewoo. (MAW/PGN)

DMC