Tuesday 18 January 2011

Tiga Pelajar Kediri Berhasil Bikin Susu Ketela

Tiga pelajar SMAN 2 Kediri menemukan susu sari ketela dan beras ketela. TEMPO/Hari Tri Wasono

TEMPO Interaktif, Kediri - Tiga pelajar Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kediri memenangi lomba Usaha Kecil Menengah tingkat nasional. Ketiga pelajar itu adalah Anis Suraida, Mayang A Putri, dan Nurahida Laili. Ketiganya saat ini duduk di bangku kelas tiga jurusan Ilmu Pengetahuan Alam.

Mereka adalah penemu dua jenis minuman dan makanan dari ketela pohon sekaligus yakni susu sari ketela dan beras ketela. Melalui uji mutu dan kelayakan bisnis oleh Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, produk buatan mereka dinyatakan siap bersaing dengan produk pabrikan yang memenuhi swalayan.

Menurut Anis, produk tersebut merupakan hasil observasi mereka selama dua bulan di laboratorium Biologi sekolah. Ketiganya mencoba membuat produk olahan berbahan dasar ketela setelah membaca pengumuman lomba UKM dan CSR yang diselenggarakan Fakultas Ekonomi UI, 1 Desember 2010 lalu. “Kami memilih ketela karena tidak terlalu mahal,” kata Anis kepada Tempo, Selasa (18/1).

Menurut hasil survei mereka, ketela pohon merupakan jenis tanaman yang paling banyak di Indonesia. Bahkan menurut Wikipedia, Jawa Timur merupakan kawasan terbanyak penyumbang ketela pohon untuk kebutuhan nasional.

Melalui percobaan selama dua bulan, mereka berhasil menciptakan susu sari ketela dan beras ketela sekaligus dalam satu proses pembuatan.

Caranya cukup mudah. Ketela pohon yang sudah dipotong kecil-kecil diparut hingga lembut. Seperti membuat santan, parutan tersebut diperas hingga menyisakan air.

Selanjutnya air ketela itu dimasak hingga mendidih bersama gula pasir dan garam dapur. Setelah dingin, akan terlihat dua bagian berbeda, yakni air sari ketela yang bening dan ampas. “Airnya itulah yang diambil untuk diberi perasa coklat atau strawbery,” kata Anis.

Anis menambahkan, proses pembuatan susu ini sedikit berbeda dengan susu kedelai. Jika susu kedelai bisa langsung dimasak setelah melalui proses pemerasan, untuk ketela pohon perlu diendapkan terlebih dulu. Jika tidak, cairan tersebut akan berubah bentuk menjadi lem. Ini dikarenakan kandungan ketela yang berbeda dengan kedelai.

Sedangkan produk beras ketela merupakan hasil olahan ampas ketela yang dikeringkan dengan cara dijemur. Selanjutnya dibentuk menjadi buliran kecil-kecil menggunakan telapak tangan dan dijemur kembali.

Saat ini kedua produk tersebut telah diproduksi secara home industri oleh tiga pelajar tersebut. Susu sari ketela diberi nama dagang "Queen Cassava" dengan harga Rp 3.400 per botol. Sedangkan beras ketela diberi label "King Cassava" dengan harga Rp 3.700 per plastik.

Satu hal yang membanggakan dari temuan ini adalah ketika tim riset Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia menyatakan produk tersebut setara dengan susu dan beras pabrikan. Karena itulah produk tersebut dianggap paling strategis untuk pengembangan usaha UKM dan menjadi juara pertama tingkat nasional lomba Usaha Kecil Menengah dan Corporate Social Responsibility tahun 2010.

Fakultas Ekonomi UI juga membantu menyusun rencana bisnis produk itu untuk ditawarkan kepada pengusaha pabrikan. Saat ini sekolah mereka juga tengah mengurus hak paten agar tidak dibajak pengusaha besar.

Ketiga pelajar ini patut bangga karena dua pengusaha besar yang memproduksi minuman dan makanan berminat membeli penemuan mereka. "Queen Cassava" dianggap layak disandingkan dengan produk lain seperti Frisian Flag, Ultra Milk, dan Indo Milk. Sedangkan King Cassava siap berkompetisi dengan beras merek Mentariku, Bengawan dan Bramo.

Namun dengan alasan masih berkonsentrasi pada pendidikan dan untuk mengembangkan usaha rumahan, ketiganya menolak tawaran itu. Mereka justru bercita-cita mendirikan perusahaan sendiri dengan nama Adam Cassava yang melibatkan pengusaha kecil menengah. Saat ini produk tersebut telah dipasarkan melalui jaringan sekolah, ibu-ibu PKK, kelompok arisan kampung, dan jalur konvensional lainnya.

Tak hanya mencari keuntungan sendiri, Anis, Mayang, dan Nurahida juga siap memberikan pelatihan pembuatan susu dan beras kepada kelompok usaha kecil. “Kami juga akan memberikan perhitungan dagang hingga BEP,” kata Mayang. [HARI TRI WASONO]


TEMPOInteraktif

0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...