Tuesday 22 March 2011

Tim UGM: Teknologi Nuklir Relatif Aman

Ilustrasi PLTN

YOGYAKARTA, KOMPAS.com
Energi nuklir merupakan jawaban bagi kemungkinan terjadinya krisis energi di Indonesia pada masa depan. Selain bahan baku yang masih melimpah dan efisien, teknologi tersebut relatif aman.
Teknologinya sudah ada. Indonesia memiliki banyak pakar nuklir. Bahan baku juga melimpah.
-- Dr Hanan Widiharto, Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik UGM

Dr Hanan Widiharto mewakili tim prodi Teknik Nuklir, Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik Universitas Gajahmada, Yogyakarta, Selasa (22/3/2011), mengatakan bahwa kebutuan energi listrik Indonesia saat ini adalah 30.000 megawatt.

Dari kebutuhan tersebut, baru 60 persen yang terpenuhi. Akibatnya, banyak daerah di Indonesia yang belum terjangkau listrik. Jika mengacu pada visi Indonesia 2025, kebutuhan energi yang dibutuhkan, baik untuk penerangan, maupun pengembangan industri, mencapai 100.000 megawatt.

Jika mengandalkan sumber energi di luar nuklir, pemenuhan kebutuhan tersebut akan sulit dipenuhi. Hanan Widiarto menuturkan, secara teoretis, Indonesia memiliki potensi energi geotermal sebesar 27.000 megawatt.

Namun, jika direalisasikan, maka kemungkinan yang diperoleh hanya 9.000 megawatt. Untuk sumber energi hidro, Indonesia memiliki potensi sekitar 30.000 megawatt. Namun jika direalisasikan, sumber ini kemungkinan hanya akan menghasilkan energi setara 10.000 megawatt.

Sementara itu, jika memanfaatkan energi matahari, selain mahal dalam hal investasi, dibutuhkan sel surya seluas 20 kilometer persegi untuk memperoleh energi sebesar 1.000 megawatt.

Jika yang akan dikembangkan adalah bioenergi, maka untuk mendapatkan energi sebesar 1.000 megawaat setidaknya dibutuhkan lahan untuk penanaman bahan baku seluas 300 kilometer persegi.

Lain halnya jika kita memanfaatkan teknologi nuklir. Untuk memperoleh energi sebesar 1.000 megawatt, cukup dibutuhkan 1 unit reaktor nuklir. "Teknologinya sudah ada. Indonesia memiliki banyak pakar nuklir. Bahan baku juga melimpah. Yang dibutuhkan adalah sosialisasi dan pendidikan kepada masyarakat tentang bagaimana hidup berdampingan dengan nuklir," kata Hanan Widirto.


KOMPAS

0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...