Wednesday 1 June 2011

Sebulan, PT INTI Rakit 50 Ribu Ponsel IMO

Suasana Pabrik PT INTI (afz/inet)

Jakarta - Lama tertidur, PT INTI akhirnya kembali membangkitkan industri manufaktur. Kini perusahaan BUMN itu mulai menghidupkan kembali line production manufacture untuk memproduksi customer premises equipment (CPE).

Untuk memproduksi CPE ini, PT INTI menggandeng PT Konten Indomedia Pratama (KIP), pemilik merek dagang IMO. Kerjasama yang baru saja ditandatangani oleh kedua belah pihak diharapkan bisa menjadi tonggak awal kebangkitan industri manufaktur handset dan telekomunikasi di Indonesia.

"Kami sadar idealnya perusahaan seperti PT INTI ini harus memiliki manufacturing. Sebenarnya kami memiliki banyak ide untuk membuat berbagai produk, mulai dari laptop murah, KWH meter dan lain sebagainya. Tapi pelan-pelan, kita mulai dari sini dulu," ungkap Presiden Direktur PT INTI, Irfan Setiaputra saat berbincang dengan detikINET, Rabu (1/6/2011).

Jalinan kerjasama ini, sambungnya, diwujudkan dalam implementasi line production manufacture ponsel merek IMO.

"Kita assembly, komponennya kita beli dari China. Kerjasama dengan IMO, konsepnya kita produksi berdasarkan order yang diminta," katanya.

Di tahap awal, IMO memberikan order sebanyak 50 ribu unit ponsel per bulan kepada PT INTI. Harapannya, ke depan bisa mencapai 500 ribu unit per bulan.

"Sebenarnya kemampuan kita per 100 jam bisa memproduksi 100 ribu unit. Tapi untuk awal 50 ribu unit per bulan. Harapannya order ke depannya bisa 500 ribu unit per bulan. Namun untuk mencapai ke arah sana, kita harus benar-benar persiapkan dulu infrastrukturnya. Baik SDM ataupun toolsnya," jelas mantan bos Cisco Indonesia ini.

Saat ini, di pabrik produksi manufaktur tersebut ada 75 orang pekerja yang semuanya adalah lulusan SMK. Walaupun masih menggunakan teknologi canggih seperti robot, namun kualitas hasil rakitannya dijamin.

"Dulu memang kita sudah dipakai oleh IMO untuk quality control (QC). Sekarang justru lebih mudah karena yang merakit kita sendiri, jadi kita bisa jamin kualitas produksinya. Tingkat kegagalannya rendah kok. Di bawah 5 persen. Itu pun lebih banyak bukan di hardware, tapi software. Jadi saat kita mau load software-nya, ada error. Ini kita perbaiki lagi, jadi saat keluar benar-benar dalam kondisi terbaik," pungkasnya.( afz / ash )


detikInet

0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...