Yogyakarta (ANTARA News) - Indonesia mungkin siap untuk memanfaatkan pembangkit listrik tenaga nuklir pada 2100, kata mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup Sonny Keraf.

"Pada tahun itu dari sisi infrastruktur, kesiapan masyarakat, dan seluruh sumber daya energi yang dimiliki telah didayagunakan," katanya dalam diskusi "Pro dan Kontra Nuklir sebagai Energi Alternatif" di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, sebagai bahan pertimbangan apakah Indonesia sudah siap memanfaatkan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) bisa dilihat dari beberapa aspek, di antaranya momentum, teknis, ekonomi, sosial, lingkungan, dan keamanan.

"Dilihat dari beberapa kesiapan itu dimungkinkan pada 2100 Indonesia sudah siap menggunakan PLTN," kata Sonny.

Ia mengatakan dari sisi momentum khususnya pascameledaknya reaktor nuklir Fukushima di Jepang beberapa waktu lalu ternyata berdampak buruk terhadap sektor perekonomian di Jepang. Di sisi lain, beberapa negara maju justru berusaha untuk berpikir ulang menata kembali reaktor nuklir yang dimiliki.

"Indonesia pun seharusnya harus mulai berhati-hati dan berpikir kembali untuk menata pembangkit energi seperti listrik dengan lebih baik. Insiden kilang minyak Cilacap, misalnya, setidaknya sudah lima kali terjadi," katanya.

Menurut dia, kehati-hatian diperlukan karena budaya keselamatan dan kedisiplinan masyarakat Indonesia masih rendah, sedangkan pengawasan dari pihak internasional tidak bisa sepenuhnya dipercaya.

Selain itu, yang juga perlu diperhitungkan adalah tingkat kerawanan sosial dan politik yang tinggi seperti ancaman terorisme.

"Faktor yang juga tidak bisa ditinggalkan adalah etika atau perilaku masyarakat, masih kerasnya reaksi penolakan sebagian masyarakat terhadap pembangunan PLTN, dan mahalnya biaya pembangunan PLTN," katanya.(B015*H010/M008)