Thursday 2 February 2012

Indonesia Bercita-Cita Jadi Pusat Kajian Indonesia dan Asia Tenggara

Oscar Ferri / PT. Media Nusa Pradana
Akan memberikan dukungan penuh kepada pusat-pusat studi yang ada di Indonesia termasuk membangun kerja sama dengan pusat studi yang ada di berbagai negara.

Jurnas.com | MENTERI Pendidikan dan Kebudayaan, M.Nuh berharap, agar di masa mendatang, Indonesia menjadi pusat kajian di kawasan Asia Tenggara. Hal itu disampaikan M Nuh dalam jumpa pers bersama Rektor Universitas Indonesia, Gumilar R Soemantri, dan Profesor Stepphen Oppenheimer dari Oxford University usai diterima Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di kantor Presiden, Kamis (2/2).

Menurut Nuh, selama ini hal-ihawal mengenai ASEAN di luar negeri. Ke depan, UI dan perguruan tinggi yang lain di Indonesia harus mengambil peran. “Kalau pusat-pusat studi tentang Indonesia, ya di Indonesia. Sentralnya harus ada di Indonesia,” katanya.

M.Nuh juga menyatakan, akan memberikan dukungan penuh kepada pusat-pusat studi yang ada di Indonesia termasuk membangun kerja sama dengan pusat studi yang ada di berbagai negara.

Terkait kegiatan seminar di Bali, 9-10 Februari 2012 yang diselenggarakan oleh Universitas Indonesia dan International Conference and Summer School on Indonesian Studies (ICSSIS), menurut Nuh, itu sebagai salah satu roadmap untuk membangun Indonesia sebagai pusat studi Indonesia dan juga kawasan Asia.

Menurut Nuh, seminar di Bali mengangkat tema “Unity, Diversity and Future”. Dalam seminar itu, Profesor Stepphen Oppenheimer dari Oxford University akan menjadi pembicara kunci. “Beliau seorang profesor yang memiliki kompetensi yang sangat luar biasa dan penulis buku yang luar biasa,” kata Nuh.

Dalam tesisnya, Profesor Stepphen Oppenheimer secara ilmiah membuktikan bahwa Asia Tenggara di masa lalu merupakan sebuah kontinen dan peradaban yang maju. “Bukti-bukti mengenai masa lalu itu jelas sudah ada. Taruhlah Sangiran, di tempat itu ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya, itu 3000 tahun sebelum Masehi sudah ada. Artinya, sejak dulu kala, kita sudah ada, asal-usulnya pun beragam. Hanya saja karena perkembangan menjadi dibagi-bagi menjadi negara dan bangsa,” katanya.


Jurnas.com

0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...