Thursday 2 February 2012

Motor Hibrida Jadi Solusi

Kenaikan harga bahan bakar minyak memang belum diputuskan pemerintah. Tetapi, opsi menaikkan harga bahan bakar minyak agar subsidi negara tidak membengkak tampaknya bakal segera dihadapi masyarakat.

Harga bahan bakar minyak (BBM) yang meningkat berimplikasi pada meningkatnya pengeluaran untuk transportasi. Sayangnya, alternatif penghematan harga BBM tak serius diperkenalkan kepada masyarakat.

Pengalihan pengguna BBM kepada bahan bakar gas yang direncanakan pemerintah juga dirasakan bukan solusi yang mudah.

Padahal, solusi sederhana dengan harga terjangkau telah digagas tiga anak bangsa yang peduli terhadap masalah penghematan BBM dan teknologi hijau. Aksesori sepeda motor hibrida tanpa mengubah sepeda motor yang memakai BBM diyakini mampu membantu masyarakat, khususnya kelas menengah ke bawah, untuk menghemat pengeluaran membeli BBM.

Djlamprong Kartiko (Ketua Kelompok Keahlian Bidang Teknologi Industri Transportasi, Badan Kejuruan Mesin-Persatuan Insinyur Indonesia), Tutuko Wirjoatmoatmodjo (konsultan proses produksi usaha, praktisi, dan pengamat otomotif Indonesia), serta Agus Haryanto (praktisi industri rekayasa dan pengusaha) selama dua tahun ini mengembangkan retrofit sepeda motor hibrida. Dengan mempelajari sistem dalam sepeda motor listrik, mereka membuat aksesori yang membuat sepeda motor dari semua merek yang ada di pasaran bisa beroperasi dengan listrik dan BBM secara bergantian.

Prototipe sepeda motor hibrida telah dipamerkan dalam Konvensi Nasional Insinyur Mesin, Persatuan Insinyur Indonesia, tahun 2011 dan pameran di SMKN 2 Subang awal tahun 2012. Antusiasme pengunjung cukup tinggi dan pesanan mulai mengalir.

”Kami memang tidak menciptakan produk yang head to head dengan produk sepeda motor yang ada. Itu tentu saja berat. Jadi, produk kami ini semacam aksesori yang bisa dipasang ke sepeda motor yang ada,” kata Djlamprong.

Masyarakat tidak perlu mengubah bentuk sepeda motor, tetapi cukup menambahkan aksesori yang bisa dipindahkan ke sepeda motor lain. Dengan demikian, penghematan BBM bisa dialihkan untuk pembelian aksesori yang bermanfaat untuk jangka panjang.

Bergantian

Tutuko menjelaskan, sebenarnya alat-alat yang dibutuhkan untuk aksesori ini tersedia di pasaran. Namun, ketiga insinyur ini memodifikasi supaya dapat menjadi alat yang bisa membuat sepeda motor beroperasi dengan listrik dan BBM.

Penggerak roda depan sepeda motor diganti dengan motor utama atau add-on hybrid. Lalu ada kabel yang disambungkan ke speedometer. Bagian gas sepeda motor diberi pengendali berupa tombol on-off.

Semua perangkat itu disambungkan dengan empat baterai yang ditaruh di kotak kecil bagian depan motor. Saat pengguna motor hendak memakai sepeda motor listrik, persneling dinolkan. Pengguna tinggal mengegas saja sepeda motor.

Motor mendapatkan energi dari baterai yang bisa diisi ulang. Dalam prototipe sepeda motor hibrida yang dikembangkan dalam dua tahun ini, baterai dapat menggerakkan sepeda motor selama satu jam dengan kecepatan maksimal 60 km per jam.

Memang masih ada kelemahan, motor hibrida ini tidak kuat menanjak pada ketinggian 15 derajat. ”Pas tanjakan, ya... pengguna mengalihkannya dengan bahan bakar bensin. Ini bisa otomatis sebab sepeda motor bensin itu menggunakan roda belakang. Jadi, sepeda motor hibrida ini tidak bergantung,” kata Djlamprong.

Agus mengakui, sebenarnya teknologi baterai terus berkembang dan kini bisa tahan berjam-jam. Namun, pada tahap awal, mereka memilih baterai di pasaran yang harganya murah, sekitar Rp 2,5 juta.

”Sebagai tahap awal, prototipe ini sudah cukup. Nanti perlu juga dikembangkan supaya baterai bisa terisi saat sepeda motor melaju,” kata Agus.

Gandeng SMK

Pengembangan sepeda motor hibrida ini bukan hanya dipikirkan secara teknis. Kartiko, Tutuko, dan Agus yang mendirikan PT Berkah Mekar Mugi Rahayu (Bimmer) juga telah membuat konsep untuk pemasarannya dengan menggandeng koperasi SMK. Sebab, perusahaan dan pihak lain leluasa berbisnis dengan koperasi yang berbadan hukum.

Saat ini telah terbentuk Asosiasi Koperasi SMK Pengembang Motor Hibrida beranggotakan 50 SMK di berbagai daerah. Koperasi ini dapat menjalankan usaha menjual unit add-on hybrid, jasa pemasangan, pemeliharaan add-on hybrid, dan jasa sewa bengkel.

Potensi bisnis cukup besar karena saat ini ada sekitar 60 juta pengguna sepeda motor. Di tiap SMK setidaknya bisa menyasar sedikitnya 300 sepeda motor siswa dan guru untuk menjadi sepeda motor hibrida.

Jika sepeda motor hibrida terus berkembang, tahap selanjutnya SMK dikembangkan untuk memproduksi bagian-bagian aksesori.

Dalam benak pendiri PT Bimmer, tindakan nyata seperti ini ke depannya akan membuat Indonesia mampu mengembangkan teknologi otomotif yang hemat BBM dan berpihak pada teknologi hijau. Karena itu, harus ada kemauan bangsa ini untuk bisa memulai langkah nyata. (Kompas, 2 Februari 2012/ humasristek)


Ristek

0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...