Wednesday 26 September 2012

Dosen UGM Kembangkan Pupuk Penyerap Karbon

http://static.republika.co.id/uploads/images/square/pupuk_100802160439.jpgYogyakarta - Dosen Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Agus Kuncaka membuat dan mengembangkan pupuk berbahan biochar, atau arang yang mampu menyerap karbon di udara.

"Jadi, pupuk dengan nama Slow Release Organic Paramagnetic (SROP) itu tidak hanya mampu memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah tetapi juga dapat menyerap karbon," kata Agus Kuncaka di Yogyakarta, Rabu.

Menurut dia, pupuk tersebut cocok jika dipakai di daerah perkebunan kelapa sawit. Sejumlah negara di kawasan Eropa dan Amerika menuding industri kelapa sawit Indonesia banyak menyumbang emisi karbon dari lahan gambut dan pemupukan urea di kawasan perkebunan tersebut.

"Mereka melakukan aksi boikot impor terhadap produk industri kelapa sawit Indonesia yang dianggap sebagai pengotor dunia. Emisi karbon yang dilepas dari lahan gambut dan pemupukan urea di perkebunan Kalimantan diperhitungkan dapat mengotori atmosfer setara dengan pemakaian bahan bakar minyak (BBM) di Amerika selama dua tahun," katanya.

Ia mengatakan penggunaan pupuk SROP dalam pertanian maupun perkebunan dapat sebagai pengendali lingkungan karena pupuk itu mampu membuat neraca karbon negatif. Dengan kata lain pupuk SROP berfungsi sebagai pembersih udara sehingga peredaran emisi karbondioksida dari industri perkebunan dan pertanian dapat berkurang.

Pupuk SROP, kata dia, secara molekular mampu mendukung terbentuknya sistem kesetimbangan kimia dari nitrogen udara ke arah pembentukan amonium dan ion nitrat secara mikrobiologi yang sekaligus dapat menghambat pelepasan amonia (NH3) dan nitrogen oksida (N20).

Pupuk itu juga dapat mendukung terbentuknya sistem reaksi radikal air yang dapat mempercepat pembentukan lignin sehingga pertumbuhan tanaman dapat dipacu. Pupuk itu juga berfungsi sebagai sistem pelepas lambat ion amonium dan nitrat ke tanaman.

"Secara molekular pupuk itu juga mampu menangkap asam humat dan menahan air dengan maksimal," kata Agus yang juga Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum dan Pengembangan Sumber Daya Fakultas MIPA UGM.

Menurut dia proses pembuatan pupuk SROP tergolong sederhana. Awalnya dilakukan karbonisasi massa atau pengarangan dari limbah pertanian maupun perkebunan. Setelah diarangkan kemudian diaktifkan dengan larutan elektrolit.

"Selanjutnya diberi penambahan protein dari limbah peternakan maupun pertanian yang siap untuk digunakan sebagai pupuk. Pupuk SROP tersusun dari nitrogen, fosfor, potassium oksida, karbon organic, air, dan material paramagnetik," katanya.

0 comments:

Post a Comment

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...