Pendirian pabrik tersebut membutuhkan lahan hingga 10 hektare.
Mesin mobil Esemka.FOTO :ANTARA |
PT Solo Manufaktur Kreasi (PT SMK) serius untuk mempersiapkan pembangunan pabrik mobil karya anak bangsa Indonesia, setelah purwarupa Mobil Esemka Rajawali dinyatakan lulus uji emisi oleh Balai Thermodinamika Motor dan Propilsi (BTMP).
Pendirian pabrik tersebut membutuhkan lahan hingga 10 hektare. "Saya sudah menghabiskan waktu hingga lima bulan melakukan survei ke sejumlah tempat untuk membangun pabrik mobil tersebut," kata Direktur PT SMK Sulistyo Rabono kepada wartawan di Solo, hari ini.
Ia mengatakan, untuk lahan di bagian belakang Solo Technopark (STP) masih ada empat hektare. Nanti di sana akan dibuat microfactory, sementara pabrik besarnya dibuat di eks karesidenan.
"Saya sudah lima bulan ini sudah cek ke Karanganyar dan Kalioso tapi belum menemukan [lokasi] yang memenuhi syarat," katanya.
Sulistyo menargetkan, microfactory tersebut bisa selesai dalam jangka waktu satu tahun. "Tahun 2013 sudah bisa berdiri dan mulai produksi," katanya. Untuk membangun microfactory tersebut membutuhkan dana sekitar Rp 50 miliar hingga Rp 100 miliar, termasuk untuk penyediaan peralatan dan perlengkapan dasar.
Dengan adanya pabrik tersebut, diharapkan PT SMK mampu memproduksi satu tipe mobil dengan jumlah produksi hingga 200 unit per bulan.
"Berdirinya Pabrik Mikro di STP ini bisa jadi pemicu untuk kita, bahwa kita mampu memproduksi. Dengan jumlah produksi yang stabil, nantinya kita harus ke luar dari STP dan Masuk ke pabrik besar yang dipersiapkan," lanjutnya.
Mengenai pembiayaan produksi massal tersebut pihaknya tidak akan menggandeng investor besar. "Kami menolak investor besar karena akan mempengaruhi kebijakan PT SMK," katanya.
Menurut dia nantinya pembiayaan produksi mobil Esemka akan menggandeng pemodal dari sejumlah Koperasi SMK dengan harapan bisa memberi lapangan pekerjaan yang luas untuk masyarakat.
Saat ini ada 10 ribu jaringan SMK yang siap membentuk koperasi untuk urunan menjadi investor PT SMK. "Satu SMK membuat koperasi dan urunan masing-masing 10 sampai 20 juta saja itu sudah banyak," kata Direktur Pengembangan dan Operasional Solo Technopark Gampang Sarwono.
Posisi STP dalam pengembangan pabrik Mobil Esemka tersebut, tambah Gampang, hanya sebatas sebagai pendukung. "Posisi STP hanya supporting saja. Kita sudah siapkan satu gedung untuk sentral produksinya," katanya. Gedung tersebut nantinya juga akan digunakan sebagai pusat kantor PT SMK.
Pendirian pabrik tersebut membutuhkan lahan hingga 10 hektare. "Saya sudah menghabiskan waktu hingga lima bulan melakukan survei ke sejumlah tempat untuk membangun pabrik mobil tersebut," kata Direktur PT SMK Sulistyo Rabono kepada wartawan di Solo, hari ini.
Ia mengatakan, untuk lahan di bagian belakang Solo Technopark (STP) masih ada empat hektare. Nanti di sana akan dibuat microfactory, sementara pabrik besarnya dibuat di eks karesidenan.
"Saya sudah lima bulan ini sudah cek ke Karanganyar dan Kalioso tapi belum menemukan [lokasi] yang memenuhi syarat," katanya.
Sulistyo menargetkan, microfactory tersebut bisa selesai dalam jangka waktu satu tahun. "Tahun 2013 sudah bisa berdiri dan mulai produksi," katanya. Untuk membangun microfactory tersebut membutuhkan dana sekitar Rp 50 miliar hingga Rp 100 miliar, termasuk untuk penyediaan peralatan dan perlengkapan dasar.
Dengan adanya pabrik tersebut, diharapkan PT SMK mampu memproduksi satu tipe mobil dengan jumlah produksi hingga 200 unit per bulan.
"Berdirinya Pabrik Mikro di STP ini bisa jadi pemicu untuk kita, bahwa kita mampu memproduksi. Dengan jumlah produksi yang stabil, nantinya kita harus ke luar dari STP dan Masuk ke pabrik besar yang dipersiapkan," lanjutnya.
Mengenai pembiayaan produksi massal tersebut pihaknya tidak akan menggandeng investor besar. "Kami menolak investor besar karena akan mempengaruhi kebijakan PT SMK," katanya.
Menurut dia nantinya pembiayaan produksi mobil Esemka akan menggandeng pemodal dari sejumlah Koperasi SMK dengan harapan bisa memberi lapangan pekerjaan yang luas untuk masyarakat.
Saat ini ada 10 ribu jaringan SMK yang siap membentuk koperasi untuk urunan menjadi investor PT SMK. "Satu SMK membuat koperasi dan urunan masing-masing 10 sampai 20 juta saja itu sudah banyak," kata Direktur Pengembangan dan Operasional Solo Technopark Gampang Sarwono.
Posisi STP dalam pengembangan pabrik Mobil Esemka tersebut, tambah Gampang, hanya sebatas sebagai pendukung. "Posisi STP hanya supporting saja. Kita sudah siapkan satu gedung untuk sentral produksinya," katanya. Gedung tersebut nantinya juga akan digunakan sebagai pusat kantor PT SMK.
0 comments:
Post a Comment